Dulu, China terkenal sebagai negeri penuh polusi dan sungai kotor. Bernapas terasa sesak akibat pencemaran pabrik dan kendaraan bermotor. Kini, kualitas udara membaik, langit biru bersih, dan bernapas pun tak sesak lagi.
Oleh
LUKI AULIA, DARI BEIJING, CHINA
·6 menit baca
”Masihkah pekat polusi di China? Dulu polusinya parah sampai berkabut. Bikin sesak napas”. ”Sungainya bersih atau kotor sekarang?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering muncul dari teman dan saudara di Indonesia.
Ketika pertama kali berkunjung ke China lima tahun yang lalu, polusi itu masih terasa. Langitnya tak pernah cerah bersih dan lebih sering seperti mendung. Sekarang, kondisinya jauh berbeda. Langit lebih sering cerah dan biru bersih. Jika pun mendung, selalu kemudian diikuti hujan. Bernapas tak terasa sesak meski sedang bersepeda di tengah kemacetan kendaraan roda empat. Jika kita ingin iseng berenang di sungai, banyak sungai yang bersih dan aman.
Apabila mau menikmati udara yang lebih segar lagi, kita bisa mampir ke taman-taman di dalam kota yang rindang. Di Beijing saja ada sedikitnya 15 taman dan hutan kota yang bisa digunakan untuk beraktivitas apa pun. Hanya duduk leha-leha menikmati pemandangan, bisa. Mau piknik, olahraga jalan, lari, badminton, pingpong, papan luncur, tai chi, jianzi, atau sepak kenchi (olahraga menendang dengan kok berbentuk seperti kok bulu tangkis), bermain layang-layang, latihan menari bersama, naik perahu di danau, semua bisa.
Taman-taman tak pernah sepi. Selalu ramai pengunjung, terutama saat pagi dan sore hingga malam menjelang.
Seperti Taman Ritan dan taman di sepanjang Sungai Liangma di Distrik Chaoyang, dua lokasi favorit yang sering saya kunjungi. Di Taman Ritan, suasana sampai pukul 21.00 masih ramai. Apalagi, di Liangma, pukul 23.00 masih saja ramai. Jika bosan duduk-duduk saja, kita bisa juga naik perahu di sepanjang aliran sungai yang indah dengan pohon willow di kiri kanan.
Ketika menyusuri Liangma, Senin (22/8/2022), terlihat airnya yang bersih, tidak ada sampah apa pun yang mengapung. Tak ada bau tak sedap yang membuat mual. Pemandangan kian menawan kala malam karena lampu sorot aneka warna. Kita bisa juga makan malam sambil menikmati matahari tenggelam di salah satu restoran di pinggir Liangma. Romantis.
Harian Global Times, 8 Mei 2022, menyebutkan, panjang Sungai Liangma mencapai 9,3 kilometer. Hilirnya berfungsi sebagai saluran drainase seluas 14,25 kilometer persegi. Sungai Liangma berasal dari Parit Timur Laut, berkelok-kelok melewati kawasan kedutaan besar asing, Jembatan Jiuxianqiao, Taman Chaoyang, lalu bergabung dengan Sungai Bahe. Sungai Liangma lalu bergabung dengan Sungai Wenyu dan mengalir ke utara Terusan Besar. Liangma merupakan bagian integral dari sabuk budaya Kanal Besar.
Sungai Liangma mendapat julukan ”Seine of Peking” karena pengaturannya yang indah dan bergaya Eropa. Di sepanjang sungai banyak restoran tertata apik, bersih, dan nyaman karena kawasan ini ditetapkan sebagai pusat rekreasi internasional yang ramah wisatawan. Di dekat Liangma terdapat banyak hotel dan gedung perkantoran, terutama kedutaan besar asing.
Pembangunan dan tata kelola di sepanjang Sungai Liangma selama dua tahun terakhir berhasil menarik banyak pengunjung yang penasaran. Jika New York terkenal dengan Sungai Hudson, London punya Sungai Thames, Paris punya Sungai Seine, kini Beijing juga punya Sungai Liangma.
Semasa Periode Yongle dari Dinasti Ming, Liangma berfungsi sebagai bagian dari istal kerajaan untuk memandikan dan mengeringkan kuda. Dulu, Liangma hanya anak sungai biasa di pinggiran timur Beijing yang kotor dan banyak nyamuk. Pada 1980-an, mulai ada hotel bintang lima di sana diikuti dengan perusahaan-perusahaan retail terkenal.
Baru pada April 2019, pemerintah distrik mengubahnya menjadi kawasan seperti sekarang dan mulai Agustus 2020 dibuka untuk umum. Pada akhir Juli 2021 mulai dibuka juga tur malam dengan perahu pesiar sejauh 1,8 kilometer dari Yansha Wharf atau Solana Wharf dan tiba di tempat lain dalam waktu 45 menit. Tur romantis ini mengintegrasikan tur perahu pesiar, pertunjukan cahaya jembatan, ruang budaya tepi air, dan pertunjukan cahaya.
Liangma menggabungkan pengelolaan lingkungan pesisir dengan konstruksi peradaban ekologi air yang mengintegrasikan sistem air, kota, lanskap, budaya, dan pariwisata. Proyek ini mengadopsi pendekatan komprehensif untuk mengelola wilayah perairan dan ruang hijau di darat, terutama mencakup pemeliharaan air dan ekologi air, penghijauan lanskap, serta pencahayaan pemandangan malam.
Bekas pabrik
Selain merevitalisasi sungai, Pemerintah China juga berupaya mengurangi polusi dengan memindahkan industri yang menggunakan batubara ke luar Beijing. Lokasi bekas industri diubah menjadi taman kota, salah satunya Taman Shougang.
Setibanya di bekas kawasan pabrik besi dan baja milik Shougang Group, Rabu (24/8/2022), pemandangan menjadi agak menyeramkan sekaligus mengagumkan karena kami disambut tiga menara pendingin raksasa yang merupakan bagian dari pabrik. Pabrik ini merupakan salah satu yang tertua di China karena sudah beroperasi sejak tahun 1919.
Pabrik ini lalu dipindah ke Provinsi Hebei pada 2003 untuk mendukung Olimpiade Beijing tahun 2008 sekaligus memulai pembangunan terkoordinasi Beijing-Tianjin-Hebei. Strategi ini kemudian berhasil mengurangi tingkat polusi di Beijing.
Ketika turun dari bus lalu berdiri di depan bekas pabrik dan di dalam menara pendingin, napas kami tak terganggu rasa sesak. Langit juga biru bersih. Tujuan pertama rombongan wartawan asing adalah mengunjungi bekas pabrik yang kini dijadikan museum. Di dalamnya, pemandu menjelaskan seluruh proses produksi besi dan baja dengan semua peralatan berat yang masih lengkap tetapi berkarat dan aus dimakan usia. Terbayang betapa berisiknya dulu di dalam pabrik ini.
Berada di dalam menara pendingin yang sudah dibersihkan pun menjadi pengalaman menarik. Bagaikan ada di dunia liliput. Untuk menikmati pemandangan seluruh kawasan industri, termasuk Danau Qunming di tengah-tengah, dibangun skywalksepanjang 3,2 kilometer. Lebar skywalk di jalur utama mencapai 4-6 meter dan di bagian-bagian lainnya 3-4 meter.
Skywalk ini dibangun di atas jaringan pipa dan saluran yang sudah ada sejak 1919. Rencananya, skywalk ini akan menghubungkan semua bangunan dan area publik yang ada di bekas pabrik tersebut.
Persis di sebelah menara pendingin dibangun wahana khusus yang permanen untuk cabang olahraga freeskiatau snowboard untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. Pada Juli 2015, Beijing terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022. Lalu dipilihlah Shougang sebagai lokasi kantor panitia penyelenggara Beijing 2022 sekaligus lokasi penyelenggaraan freeski/snowboard.
Ketika kami diajak naik ke titik awal peluncuran, rasanya agak ngeri-ngeri sedap karena tingginya mencapai 60 meter, hampir setinggi menara pendingin. ”Tempat ini akan dipakai lagi nanti untuk acara-acara musim dingin tingkat internasional,” kata Lizy, penerjemah bahasa Inggris yang bekerja pada Kementerian Luar Negeri China.
Guru Besar Ekonomi pada Renmin University, Song Feng, menjelaskan, tidak mudah bagi China untuk mengurangi tingkat polusinya. China harus memindahkan semua industri yang menggunakan batubara keluar dari Beijing ke wilayah China selatan dan ke luar negeri, seperti ke Vietnam.
Kerja besar China setidaknya membawa hasil karena hanya dalam waktu enam tahun sudah terasa hasilnya. ”Tingkat polusi di Beijing atau wilayah China utara berkurang dan kualitas udara membaik karena tak ada lagi pabrik yang memakai batubara di sini. Ada untung ruginya. Untung, karena udara jadi bersih, tetapi rugi karena perekonomian di wilayah utara terganggu,” ujarnya.
Selalu ada untung rugi untuk setiap kebijakan yang dibuat. Akan tetapi, setidaknya ada upaya mengurangi tingkat polusi di China. Menikmati pemandangan seluruh kawasan industri dari ketinggian 60 meter membawa ingatan kembali ke kawasan industri baja di Cilegon atau di daerah-daerah lain di Indonesia. Tebersit rindu pada kampung halaman, tetapi lebih besar lagi rasa rindu pada langit biru bersih dan udara yang bersih dan segar tanpa polusi.