Pahlawan Terlupakan Perang Dunia I
Pada Perang Dunia I, China memberikan kontribusi unik dengan mengirimkan buruh atau pekerja untuk ikut membantu pasukan Sekutu. Guna mengenang jasa-jasa para pekerja, dibuat museum khusus bagi mereka.
”Di sini dulu tempat ratusan ribu warga China dilatih dan diberangkatkan ke medan pertempuran Perang Dunia I. Tempat ini sekarang menjadi museum,” kata pemandu wisata Monumen dan Museum Pekerja China di Perang Dunia I yang berada di kota Weihai, Provinsi Shandong, China, 3 Agustus 2022.
Selama Perang Dunia I yang pecah pada 1914, sekitar 140.000 pekerja atau buruh China direkrut untuk berperang di front barat di daratan Eropa. Mereka memberikan kontribusi penting bagi kemenangan pasukan Sekutu sekaligus memengaruhi sejarah modern China.
Ketika pemandu wisata menyebut museum, tidak tampak ada bangunan museum. Yang terlihat hanya lapangan rumput hijau, lalu pagar beton. Rupanya, museum yang dimaksud ada di bawah tanah.
Sejak dibuka pada Juli 2020, museum ini sudah didatangi sedikitnya 200.000 orang setiap tahun.
Di depan museum, ada patung rancangan pematung terkenal China, Yan Shufen, yang menggambarkan situasi para pekerja China saat Perang Dunia (PD) I. Untuk mengenang jasa-jasa para pekerja China, kota Weihai membangun monumen peringatan dan museum pekerja China yang berjasa selama PD I di lahan bekas tempat pelatihan dan pemberangkatan mereka di Taman Haiyuan Weihai yang berada di pinggir pantai.
Di taman seluas 2.344 meter persegi itu dibangun museum bawah tanah seluas 720 meter persegi. Jika dilihat dari atas, museum ini berbentuk palang. Dengan tema besar ”Pekerja Itu Suci”, ruang pamer museum ini dibagi lima bagian, yakni perubahan besar abad ini, tempat terbaik untuk perekrutan, ribuan mil untuk menjadi tentara, tempat untuk dipulangkan, dan gelombang pasang Timur.
Sekitar 200 peninggalan sejarah dipamerkan, seperti gelang dari tembaga, lencana di topi, dokumen, buku harian, dan medali penghargaan. Sejak dibuka pada Juli 2020, museum ini sudah didatangi sedikitnya 200.000 orang setiap tahun.
Museum ini dibangun di Weihai karena setengah lebih dari ratusan ribu pekerja China yang berpartisipasi dalam PD I berasal dari Shandong dan lebih dari setengahnya dari Weihai atau berangkat ke Eropa dari Weihai.
Banyak pekerja direkrut dari wilayah ini karena warga Shandong yang merupakan tempat kelahiran Konfusius dikenal sebagai orang-orang yang memiliki fisik kuat, berpengetahuan dan sopan, pekerja keras, disiplin, serta patuh pada perintah.
Anak-anak muda dikirim tersebar ke medan pertempuran di front barat dan timur Eropa serta sebagian ke front selatan.
Anak-anak muda dikirim tersebar ke medan pertempuran di front barat dan timur Eropa serta sebagian ke front selatan. Di front barat, Jerman berperang melawan Inggris dan Perancis dari Sekutu. Di front timur, Jerman dan Austria-Hongaria dari Blok Sentral menyerang Rusia yang tergabung dalam Sekutu.
Di front selatan, Austria-Hongaria dari Blok Sentral berperang melawan Italia dari Sekutu. Pada awal-awal perang, banyak korban jatuh di pihak Inggris dan Perancis. Pada musim semi 1915, jutaan orang tewas atau terluka.
Pada awal PD I, Pemerintah China berkali-kali mengusulkan bergabung dengan Sekutu untuk berperang melawan Jerman guna meningkatkan status internasionalnya, tetapi ditentang keras oleh Jepang. Negara-negara Eropa juga menolak usulan China karena mereka lebih membutuhkan dukungan Jepang. China mengusulkan strategi mengirimkan pekerja sebagai pengganti prajurit dan mengupayakan kerja sama dengan Inggris, tetapi gayung tak bersambut.
Pada 1916, moral pasukan Inggris merosot karena banyaknya korban jiwa. Akhirnya, Inggris terpaksa mencari buruh dari China. Inggris sudah mengamankan Pelabuhan Weihai di Teluk Heqing sebagai konsesinya di China utara. Ini tempat perekrutan tentara bayaran dan pekerja China. Mayoritas pekerja yang direkrut berasal dari Shandong dan sebagian lagi dari Hebei, Tianjin, dan lain-lain.
Pada 1916, moral pasukan Inggris merosot karena banyaknya korban jiwa. Akhirnya, Inggris terpaksa mencari buruh dari China.
Semua pekerja harus menjalani pemeriksaan fisik yang ketat sebelum direkrut. Tahapan selanjutnya, pengambilan foto, penandatanganan kontrak, dan pengambilan pakaian. Untuk menarik lebih banyak minat, setengah dari upah pekerja China akan dibayarkan kepada kerabat mereka di China.
Pada salah satu diorama di museum, terlihat petugas Inggris sedang mengatur pekerja dan memeriksa gelang mereka dengan nomor identifikasi. Pekerja yang lolos pemeriksaan fisik akan direkrut dan diberi nomor identitas yang diukir pada lempengan tembaga yang digulung menjadi gelang. Para pekerja harus memakai gelang ini sampai kembali ke China lagi setelah kontrak tiga tahun berakhir.
Upah dan perlengkapan mereka yang disimpan di kantor akuntansi dibagikan sesuai nomor gelang. Ada gelang asli yang dipajang di salah satu lemari ruang pamer bertuliskan No.100603 dan diukir dengan tulisan ”TSINGTAO” (Qingdao).
Selama PD I, sekitar 44.000 pekerja China berangkat dari Pelabuhan Weihai ke garis depan di Eropa. Mengingat sulitnya ketersediaan kapal selama perang, para pekerja harus menunggu lama, bisa sampai lebih dari 20 hari hanya di lokasi perekrutan. Ratusan hingga ribuan pekerja bisa sekali angkut, tergantung dari jenis kapal.
Para pekerja harus naik tongkang untuk berlayar hingga berbulan-bulan. Banyak dari mereka yang meninggal di tengah jalan karena penyakit sehingga jenazahnya terpaksa dilempar ke laut. Setibanya di Eropa, mereka ke garis depan untuk mempelajari teknologi modern, cara memakai senjata, bahkan terkadang harus menjalani tugas fisik yang berat dan berbahaya.
Kapal pengangkut biasanya berangkat dari Pelabuhan Weihai, Qingdao, Tanggu, dan Pukou. Rutenya kemudian melintasi Samudra Hindia, Terusan Suez, dan Laut Tengah atau Tanjung Harapan ke Eropa.
Setibanya di Eropa, mereka ke garis depan untuk mempelajari teknologi modern, cara memakai senjata, bahkan terkadang harus menjalani tugas fisik yang berat dan berbahaya.
Setelah Jerman melancarkan perang kapal selam, rute baru diambil untuk mengirim para pekerja. Mereka naik kapal di Pelabuhan Weihai atau Qingdao dan melakukan perjalanan ke timur melintasi Samudra Pasifik ke Vancouver, Kanada, atau Halifax di pantai timur. Kemudian, mereka dikirim ke Perancis dengan kapal atau lewat jalur selatan melintasi Terusan Panama ke Perancis dengan bantuan Amerika Serikat.
Banyak dari pekerja yang ikut bergabung hanya karena iming-iming upah besar. Mereka tak menyadari risiko perang yang kejam, nasib serba tak pasti, dan perlakuan tidak adil di luar negeri.
Kontak dengan peradaban Eropa Barat membuat mereka menyadari konsep berbangsa dan membangkitkan patriotisme mereka yang kuat. Beberapa buruh China terdidik menetapkan cita-cita tinggi sebelum pergi ke luar negeri.
Di antara mereka ada yang bernama Sun Gan, Jiang Jinghai, Ma Chunling, dan Gu Xingqing yang menuliskan pengalaman mereka. Ada impian untuk mempelajari budaya dan teknologi Barat yang maju untuk mengubah situasi China pada waktu itu.
Salah satu buku harian mereka juga dipamerkan. Ada yang berisi catatan mengenai perjalanan ke Perancis yang menggambarkan proses perjalanan para pekerja secara gamblang. Kondisi kerja, penderitaan, dan kondisi psikologis para pekerja juga diceritakan sehingga pengunjung bisa ikut merasakan apa yang dialami para pekerja.
Sesampainya di Eropa, mereka berkumpul di Noyelles, Perancis, lalu disebar ke berbagai wilayah. Sekitar 90.000 pekerja dikirim ke front Perancis dan Belgia karena kondisi di sana kritis. Ada 10.000 pekerja yang membantu Amerika Serikat. Hampir semua pekerja yang direkrut Inggris maju ke garis depan.
Pekerja yang direkrut Perancis ditugaskan di perusahaan militer atau swasta terkait pertahanan negara di garis belakang. Mereka dikirim ke garis depan setelah China akhirnya bergabung dalam perang.
Di garis depan atau belakang, pekerja tetap diberi tugas paling sulit dan berat. Misalnya, menggali parit, membangun benteng, melakukan penyelamatan di lapangan, menjadi jembatan komunikasi medan perang, dan menggali mayat yang terkubur.
Obat rindu pada kampung halaman bagi pekerja hanyalah surat-surat dari keluarga. Surat-surat mereka pun terpasang di ruang pamer.
Ada pula pekerjaan membersihkan ranjau, membangun jalan dan jembatan, mengangkut makanan, memuat dan membongkar persediaan, membuat amunisi, menebang hutan, dan menambang. Setiap kali ada pekerjaan berat di medan perang, selalu ada pekerja China.
Pemandu wisata menceritakan itu sambil menunjuk ke diorama yang menunjukkan para pekerja China sedang mengangkut muatan ke kereta api tanpa menghiraukan pertempuran sengit yang sedang terjadi, tak jauh dari stasiun kereta. Meski begitu, karena situasi peperangan yang tak menentu, para pekerja sering harus pindah kamp bersama tentara.
Kondisi kamp juga tak layak karena lembab dan kotor. Untuk urusan makan pun susah karena mereka sulit beradaptasi dengan makanan Barat. Jadi, mereka memasak makanan sendiri. Obat rindu pada kampung halaman bagi pekerja hanyalah surat-surat dari keluarga. Surat-surat mereka pun terpasang di ruang pamer.
Setelah PD I, sekitar 20.000 pekerja dipulangkan dan sisanya tinggal di Eropa untuk membantu proses rekonstruksi pascaperang, membersihkan medan perang, dan mengubur mayat-mayat. Selama proses rekonstruksi, banyak yang tewas. Keberadaan mereka tidak diketahui. Korban tewas yang terdaftar hanya 2.000 orang.
Sekitar 120.000 pekerja China juga dipulangkan setelah kontrak berakhir dan ada 3.000 pekerja yang kemudian tinggal menetap di Perancis. Mereka itulah yang menjadi generasi pertama imigran.
Ada 93.357 medali penghargaan yang diberikan kepada para pekerja yang membantu pasukan Inggris.
Ada 93.357 medali penghargaan yang diberikan kepada para pekerja yang membantu pasukan Inggris. Di dalam lemari kaca terlihat medali yang bagian depannya ada citra kepala Raja Inggris George V selama PD I dan kata-kata dalam bahasa Inggris, ”GEORGIVS V BRITT OMN REX ET IND IMP”.
Di bagian belakangnya ada tulisan ”1914-1918”. Di bagian bawah ada kesatria menunggang kuda yang tengah berlari. Selain itu, ada citra tengkorak manusia dan perisai yang diukir dengan simbol elang terbang Jerman di kaki tapal kuda. Di sampingnya terukir nomor pekerja China dan kata ”CHINESE L.C.”.
Atas partisipasi pekerjanya dalam perang, China juga mendapat status negara pemenang pada PD I. Pada Konferensi Perdamaian Paris, China ingin mencabut hak dan kepentingan Jerman di Shandong, tetapi negara-negara Sekutu mengalihkan hak itu pada Jepang.
China protes, lalu pecahlah ”Gerakan Empat Mei” yang menyebar cepat ke segala penjuru negeri, yang pada akhirnya nanti membawa lahirnya Partai Komunis China dan China modern.
Pada PD I, pekerja China memberikan kontribusi yang unik dan pengorbanan besar untuk pemulihan perdamaian dan rekonstruksi pascaperang di Eropa. Mereka juga berkontribusi pada perkembangan China dan dunia.
”Periode sejarah pekerja China ini akan dikenang selamanya, sekaligus menjadi pengingat bagi kita untuk menghargai perdamaian dan membangun masa depan kita bersama,” kata pemandu wisata sambil mengakhiri kunjungan ke museum itu.