Cuaca ekstrem memicu hujan lebat di India selama empat hari terakhir. Bom hujan, istilah untuk hujan dengan cerah yang jauh melampaui rata-rata tahunan, menyebabkan longsor dan banjir.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
BHUBANESWAR, SENIN — Sebagian negara bagian di India masih dilanda hujan lebat yang sudah mencapai hari keempat. Total 50 orang tewas akibat tertimbun longsor ataupun terseret banjir. Pemerintah daerah mengkhwatirkan jumlah korban akan terus bertambah.
Banjir melanda, antara lain, Negara Bagian Odisha, Himachal Pradesh, dan Uttarakhand. Odisha sejauh ini mejadi daerah paling terdampak dengan jumlah korban tewas terbanyak, yaitu 37 orang.
Mengutip surat kabar Hindustan Times, komite tanggap darurat setempat mencatat 800.000 warga terdampak banjir di daerah itu per Senin (22/8/2022). Sebanyak 120.000 warga harus diungsikan karena tempat tinggal mereka tenggelam.
Tim penanganan bencana nasional dan daerah memperkirakan jumlah korban jiwa bisa terus bertambah. Sebab, hujan deras masih terus berlangsung sehingga mengakibatkan banjir bandang beserta longsor yang menimbun ratusan rumah. Di Himachal Pradesh, misalnya, ada satu keluarga yang terdiri atas delapan orang yang dilaporkan hilang karena terseret arus.
Selain di India, banjir juga terjadi di Pakistan. Transportasi umum, seperti bus dan kereta, sempat dihentikan selama dua hari, menurut surat kabar Express Tribune. Sejumlah jalanan dan jembatan juga tertimbun longsor. Jalur telekomunikasi, yaitu sinyal telepon dan internet, terganggu. Per Senin, semua mulai kembali berjalan seperti biasa.
Banjir parah di India diakibatkan fenomena cloudburst atau biasa disebut dengan bom hujan. Ini adalah fenomena ketika dalam satu jam, curah hujan mencapai 10 sentimeter di dalam wilayah seluas 10 x 10 kilometer.
Sementara curah hujan rata-rata setiap tahun di India adalah 116 cm. Artinya, dalam satu jam bom hujan curah hujannya setara 10 persen curah setahun.
Umumnya, bom hujan terjadi di dataran tinggi, seperti pegunungan dan perbukitan, sehingga mengakibatkan longsor. Bom hujan terparah yang pernah dialami India terjadi pada Juli 2005 di Kota Mumbai. Ketika itu, kota yang menjadi pusat industri Bollywood itu dilanda hujan dengan curah mencapai 94 cm dalam 24 jam. Peristiwa itu mengakibatkan 400 warga meninggal serta kerugian material kota dan masyarakat mencapai 1 miliar dollar AS.
Tahun ini, bom hujan pertama terjadi di Australia, yakni di Negara Bagian Queensland dan News South Wales pada Februari. Setidaknya 50.000 rumah dinyatakan rusak parah dan tidak layak huni lagi oleh pemerintah setempat. Pada Agustus, bom hujan juga terjadi di Pulau Selatan Selandia Baru. Sebanyak 500 orang harus dievakuasi.
”Bom hujan ini gara-gara pemanasan global yang merusak siklus alami air,” kata Mohammad Muslim, ahli lingkungan hidup Universitas Kashmir, kepada media India.com.
Ia menjelaskan, meningkatnya suhu Bumi membuat gletser dan katup-katup es di puncak gunung meleleh. Akibatnya, volume air di sungai dan danau bertambah. Pada saat yang sama, cuaca juga menjadi lebih lembab dan menambah penumpukan uap air di angkasa. Ketika hujan terjadi, curahnya lebih lebat. Air dari langit ini bergabung dengan air sungai yang kemudian meluap dan mengakibatkan banjir.
”Di saat yang sama, menumpuknya kelembaban pada titik-titik tertentu membuat kekeringan di titik-titik lain. Ini yang menjadikan di saat ada belahan Bumi banjir, di sisi lain menderita kemarau berkepanjangan,” tutur Muslim. (REUTERS)