Tidak masuk akal bagi Taiwan untuk bertahan dari serangan China. Latihan itu menunjukkan Taiwan akan kesulitan menangkal serangan China.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
BEIJING, MINGGU - China kembali mengumumkan latihan perang di sekitar Taiwan dan pangkalan Amerika Serikat di Jepang-Korea Selatan. Latihan itu diumumkan di tengah rangkaian latihan gabungan AS bersama sejumlah negara sejak Agustus sampai Oktober 2022.
Dalam pengumuman pada Minggu (21/8/2022), otoritas maritim Zhejiang mengumumkan penutupan wilayah udara dan perairan Zhejiang pada Senin (22/8/2022). Dikutip dari media China, Global Times, penutupan berlaku mulai pukul 02.00 hingga 16.00. Semua kapal dan pesawat yang tidak dioperasikan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China diminta menjauhi lokasi latihan. Sebab, latihan menggunakan roket dan rudal asli.
Tidak dijelaskan dampak latihan itu pada dua pelabuhan terbesar China, Shanghai dan Ningbo. Pelabuhan-pelabuhan itu masuk dalam 10 besar pelabuhan tersibuk dunia. Area latihan berada di jalur masuk dan keluar pelabuhan itu.
Selain menutup akses ke dua pelabuhan besarnya, latihan China juga berdekatan dengan dua pangkalan AS di kawasan itu. Di Okinawa, Jepang, yang berada di timur Zhejiang, ada Pangkalan Kadena.
Pangkalan itu menjadi tempat transit Ketua DPR AS Nancy Pelosi dalam rangkaian lawatan ke Asia pada awal Agustus 2022. Muhibah itu termasuk kunjungan ke Taiwan dan membuat China marah besar. Setidaknya 15 rudal dan roket dalam jumlah tidak terhitung sudah ditembakkan China dalam latihan militer selepas lawatan itu.
Sejak 4 Agustus 2022, latihan perang China di sekitar Taiwan tidak kunjung berhenti. Latihan terbaru dilakukan di sekitar Zhejiang.
Menjelang latihan berlangsung, Kementerian Pertahanan Taiwan mengumumkan 17 pesawat dan lima kapal PLA terpantau di sekitar Taiwan. Sebagian kapal dan pesawat itu melewati garis tengah Selat Taiwan.
Latihan AS
Rangkaian latihan China digelar kala AS juga terlibat dalam sejumlah latihan perang di kawasan. Selepas menuntaskan Perisai Garuda di Indonesia, AS mengirimkan pasukan ke Australia. Pada 19 Agustus-8 September 2022, tentara AS bergabung dalam latihan perang udara Pitch Black.
Seperti Perisai Garuda, Pitch Black juga melibatkan tentara di berbagai negara. Bahkan, Jerman mengirimkan delapan jet tempur Eurofighter Typhoon dan tiga Stratotanker. Selepas dari Australia, skuadron Luftwaffe itu direncanakan melintasi wilayah udara Taiwan.
Latihan AS di Indo-Pasifik bukan hanya di Australia dan Indonesia. Selepas dari Australia, AS akan berlatih perang di Uttarakhand, India. Lokasi latihan pada Oktober 2022 itu berjarak 100 kilometer dari perbatasan yang disengketakan India dengan China. Lokasinya menunjukkan AS-India berlatih perang di daerah bersalju dan dataran tinggi.
Selain latihan di negara lain, AS juga unjuk kekuatan dengan menguji rudal balistik antarbenua Minuteman-III. Dalam pernyataan pada Selasa (16/8/2022), angkatan udara AS mengumumkan uji tembak rudal itu dari pangkalan udara Vandenbberg di California. AU AS menyebut pengujian itu menunjukkan militer AS senantiasa siap dalam situasi apa pun. Rudal itu terbang 6.760 kilometer sebelum jatuh di lokasi sasaran. AS tidak memasang hulu ledak pada rudal itu.
AS tidak menyebut rudal itu diarahkan ke mana. Dalam radius itu, rudal bisa menjangkau Rusia tengah, Peru, hingga Kiribati.
Kondisi Taiwan
Sejumlah pihak di Taiwan cemas dengan unjuk kekuatan China sejauh ini. Latihan itu menunjukkan Taiwan akan kesulitan menangkal serangan China. Mantan anggota tim pengembangan rudal Taiwan, Chang Cheng, menyebut rudal Tien Kung III hanya mampu terbang paling tinggi 70 km. Sementara rudal-rudal yang ditembakkan China dalam rangkaian latihan sekarang terbang di ketinggian 100 km. Dengan kata lain, Tien Kung III sulit dipakai mencegat rudal-rudal China. “Taiwan harus membuat rudal yang bisa terbang lebih tinggi,” kata dia kepada media Taiwan, Taipei Times.
Pejabat di kementerian Pertahanan Taiwan malah lebih pesimistis dengan kemampuan rudal pertahanan udara itu. Sejauh ini, Tien Kung III terbukti hanya bisa terbang paling tinggi 45 km.
Dosen pada Universitas Nasional Taiwan Chen Shih-min mengatakan, tidak masuk akal bagi Taiwan untuk bertahan dari serangan China. Kesimpulan itu didasarkan perkembangan kekuatan PLA dan ditunjukkan dalam serangkaian latihan 2,5 pekan terakhir. Karena itu, Taiwan harus fokus membangun kekuatan penggentar yang membuat China akan terus mempertimbangkan ulang serangan ke pulau itu.
Ada pun peneliti pada Association of Strategic Foresight Taiwan Chieh Chung mengatakan, Taiwan harus menemukan cara menghentikan China melewati garis tengah Selat Taiwan. Risiko perang terbuka semakin meningkat seiring intensitas pengerahan pesawat dan kapal PLA melintasi garis itu. “Taiwan tidak bisa menembak, hanya bisa mengusir atau membayangi pesawat dan kapal itu,” kata dia.
Pengerahan jet tempur oleh Taiwan bukan hanya meningkatkan risiko konflik terbuka. Pengerahan itu akan semakin memperpendek usia operasional pesawat-pesawat Taiwan. Seluruh pesawat tempur Taiwan berusia paling muda 23 tahun. (AFP/REUTERS)