Putin Izinkan Badan Energi Atom Internasional Tinjau PLTN Zaporizhzhia
Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan tim Badan Energi Atom Internasional untuk mengunjungi PLTN Zaporizhzhia di Ukraina. Dalam beberapa hari terakhir, terjadi pertempuran di sekitar fasilitas nuklir itu.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
MOSKWA, SABTU — Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan tim pemantau Badan Energi Atom Internasional untuk meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina. Langkah ini sedikit meredakan kekhawatiran akan bencana nuklir menyusul pertempuran antara militer Rusia dan Ukraina di sekitar fasilitas dalam beberapa hari terakhir.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia diduduki pasukan Moskwa sejak Maret. Beberapa hari terakhir, terjadi pertempuran antara militer Rusia dan Ukraina di sekitar fasilitas strategis itu. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran sebab bisa menyebabkan bencana lebih parah daripada kecelakaan nuklir terburuk yang pernah terjadi di Chernobyl pada April 1986.
Pertempuran antara militer Rusia dan Ukraina di sekitar fasilitas strategis PLTN menimbulkan kekhawatiran sebab bisa menyebabkan bencana lebih parah daripada kecelakaan nuklir terburuk yang pernah terjadi di Chernobyl pada April 1986.
Kepastian adanya izin Putin kepada tim pemantau Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tersebut disampaikan kantor Presiden Perancis Emmanuel Macron, Jumat (19/8/2022), di tengah kekhawatiran akan meningkatnya pertempuran di PLTN Zaporizhzhia.
Disebutkan, Putin telah ”mempertimbangkan kembali” permintaan Paris agar tim peninjau lapangan IAEA melakukan perjalanan melalui Rusia ke fasilitas nuklir Zaporizhzhia. Semula ada perselisihan terkait bagaimana tim pemantau IAEA bisa bergerak ke Zaporizhzhia yang dikuasai pasukan Rusia itu, melalui wilayah Ukraina atau Rusia.
Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menyambut kabar baru itu yang menunjukkan bahwa Ukraina dan Rusia mendukung tujuan IAEA untuk mengirim misi ke PLTN Zaporizhzhia. Sementara Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak pasukan Moskow di Zaporizhzhia untuk tidak menghentikan pasokan listik untuk jutaan warga Ukraina.
Kremlin mengatakan, Putin dan Macron telah bersepakat bahwa IAEA harus meninjau langsung sesegera mungkin untuk bisa menilai situasi sebenarnya di lapangan. Putin juga, kata Kremlin, ”menekankan bahwa penembakan sistematis oleh militer Ukraina di wilayah PLTN Zaporizhzhia menciptakan bahaya bencana skala besar.”
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berkunjung ke Kota Lviv, Ukraina barat, Kamis (18/8/2022). Mereka menyuarakan keprihatinan dan peringatan atas pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina di sekitar PLTN Zaporizhzhia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang menggelar pertemuan bilateral sekaligus trilateral dengan kedua pemimpin tersebut juga mendesak PBB untuk mengamankan kawasan di sekitar fasilitas tersebut.
Ukraina dan Rusia saling tuding terkait pertempuran di sekitar PLTN Zaporizhzhia yang diduduki Rusia. Pertempuran di lokasi itu dikhawatirkan akan menyebabkan bencana besar yang jauh lebih buruk dari bencana ledakan di fasilitas nuklir Chernobyl pada 26 April 1986.
”Musim panas ini mungkin tercatat dalam sejarah negara-negara Eropa sebagai salah satu yang paling tragis sepanjang masa. Tidak ada instruksi di PLTN mana pun di dunia yang menyediakan prosedur (penyelamatan) jika negara teroris mengubah PLTN (Zaporizhzhia) itu menjadi target (serangan),” kata Zelenskyy, Jumat malam waktu setempat atau Sabtu pagi WIB.
Menurut Zelenskyy, bencana di PLTN Zaporizhzhia yang telah dikuasai Rusia akan mengancam seluruh Eropa. ”Jika tindakan Rusia menyebabkan bencana, konsekuensinya juga dapat menimpa mereka yang masih tetap bertahan di sana sejauh ini.”
”Setiap insiden radiasi di PLTN Zaporizhzhia dapat mempengaruhi negara-negara Uni Eropa, Turki, Georgia, dan negara-negara dari daerah yang lebih jauh. Semuanya hanya bergantung pada arah dan kecepatan angin,” katanya.
Guterres saat kunjungannya di Odessa, Kamis lalu, mengatakan, hal pertama untuk mengakhiri krisis di PLTN Zaporizhzhia adalah demiliterisasi kawasan itu. Baik pasukan Ukraina maupun Rusia harus keluar dari sana.
”Jika demiliterisasi (dilakukan) seperti yang kami usulkan, masalah di PLTN itu akan terpecahkan,” kata Guterres ssebagaimana dikutip dari kantor pers Sekjen PBB.
Selama kunjungannya ke Odessa, Guterres juga mengatakan, listrik dari Zaporizhzhia adalah listrik Ukraina. Oleh sebab itu, energi listiknya harus digunakan rakyat Ukraina. ”Prinsip ini harus sepenuhnya dihormati,” katanya.
Berdasarkan data Badan Energi International (IEA), 35 persen dari total konsumsi energi di Ukraina selama periode 1990-2020 berupa energi listrik dan panas yang sebagian besar bersumber daru PLTN Zaporizhzhia. Kedua bentuk energi ini mengalahkan masing-masing konsumsi dalam bentuk energi fosil.
Pada Kamis, Moskwa mengatakan Kyiv sedang mempersiapkan ”provokasi” di lokasi yang akan membuat Rusia “dituduh memicu bencana buatan manusia di PLTN (Zaporizhzhia)”. Sebaliknya, Kyiv bersikeras menuduh Moskwa sedang merencanakan provokasi di fasilitas nuklir PLTN tersebut.
Kompleks PLN Zaporizhzhia, fasilitas nuklir terbesar di Eropa, dikuasai Rusia sejak awal Maret 2022, tidak lama setelah Moskwa menginvasi Ukraina. Sejak akhir Juli, Zaporizhzhia telah menjadi sasaran sejumlah serangan militer, di mana Moskwa dan Kyiv saling menyalahkan. Pertempuran yang membahayakan fasilitas nuklir itu menjadi topik pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, Kamis lalu. (AFP/AP/REUTERS)