Tersangkut Korupsi Pajak, Kanselir Jerman Didesak Mundur
Bundestag menyelidiki keputusan pemerintah Hamburg membatalkan upaya menagih pajak 47 juta euro. Pajak itu seharusnya dibayarkan Bank Warburg untuk transaksi yang dilakukan oleh kelompok yang dikenal sebagai CumEx.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
AFP/MICHAEL SOHN / POOL
Kanselir Jerman Olaf Scholz saat berbicara pada konferensi pers soal Presidensi Jerman di Kelompok Negara-Negara G7 di Berlin, Jumat (21/1/2022h). Scholz dan pemerintahannya saat ini berada dalam tekanan karena sikapnya yang ambigu atas situasi di Ukraina. Kini, Scholz semakin tertekan karena dugaan keterlibatan pada kasus korupsi pajak
BERLIN, JUMAT - Kanselir Jerman Olaf Scholz didesak mengundurkan diri karena namanya disebut dalam kasus korupsi pajak dan pencurangan bendahara negara. Jika sampai mundur, ia menjadi pemimpin ketiga Eropa yang kehilangan jabatan dalam beberapa bulan terakhir.
Scholz dijadwalkan menghadiri pemeriksaan komite khusus parlemen Jerman, Bundestag, pada Jumat (19/8/2022) siang waktu Berlin. Politisi Partai Persatuan Kristen Demokratik Richard Seelmaecker menyebut Scholz dan Wali Kota Hamburg Peter Tschentscher harus mengundurkan diri. “Kasus ini sangat mencurigakan dan tidak mungkin tanpa pengaruh politik,” ujarnya sebagaimana dikutip media Jerman, DPA dan DW.
Ketua CDU Friedrich Merz mengatakan, sulit mempercayai apa pun keterangan Scholz dalam persoalan itu. “Saya tidak yakin dia lupa masalah itu. Saya harus berterus terang soal itu,” kata dia sebagaimana dikutip media Jerman, Handelsblatt.
CDU pernah menjadi partai penguasa Jerman dan kini menjadi kelompok oposisi. Sejumlah politisi CDU, seperti Seelmaecker, menjadi anggota komisi khusus Bundestag untuk menyelidiki dugaan korupsi pajak yang diduga melibatkan Scholz. Kasus itu terjadi kala Scholz masih menjadi Wali Kota Hamburg beberapa tahun lalu.
Komisi itu menyelidiki keputusan pemerintah Hamburg membatalkan upaya menagih pajak 47 juta euro. Pajak itu seharusnya dibayarkan Bank Warburg untuk transaksi yang dilakukan oleh kelompok yang dikenal sebagai CumEx.
Kelompok ini terdiri dari pialang saham, bank, dan perbankan. Mereka mengakali kementerian keuangan dan dinas pendapatan di sejumlah negara Eropa. Total kerugian kasus itu mencapai puluhan miliar euro. Jerman ditaksir rugi setidaknya 36,2 miliar euro. Ada pun Perancis, Italia, dan Denmark dirugikan masing-masing 17 miliar euro, 4,5 miliar euro, dan 1,7 miliar euro.
MS
Kanselir Jerman yang baru terpilih Olaf Scholz (kanan) memberikan bunga kepada mantan Kanselir Angela Merkel saat upacara serah terima di Berlin, Jerman, Rabu (8/12/2021).
Pada awal Agustus 2022, polisi menemukan uang 214.800 euro di kotak penyimpanan Johannes Kahrs. Seperti Scholz, Kahrs juga politisi Partai Sosial Demokrat (SPD) Jerman. Kahrs diduga mengatur pertemuan Scholz dengan pimpinan Bank Warburg, Christian Olearius, beberapa tahun lalu.
Selepas pertemuan itu, para pejabat Dinas Pendapatan Hamburg membatalkan upaya menagih pajak 47 juta euro ke Warburg dengan alasan waktu penagihan sudah kedaluwarsa. Belakangan, pengadilan memutuskan pajak tetap harus ditagih.
Selepas penemuan uang di kotak Kahrs, Bundestag membentuk komisi khusus. Pada 11 Agustus 2022, Scholz menghadap komisi itu. Scholz kembali diperiksa pada 19 Agustus 2022.
Bantahan
Scholz membantah mempengaruhi pemerintah Hamburg dalam kasus Warburg. “Sudah banyak orang didengar (kesaksiannya), sudah banyak berkas diperiksa, dan seperti disampaikan dalam berbagai dengar pendapat, kesimpulannya tidak ada pengaruh politik,” kata Scholz.
Ia mengaku tidak ingat soal pertemuan dengan Olearius. Beberapa hari lalu, ia menunjukkan kemarahan saat ditanya soal masalah itu.
Ia juga mengaku tidak tahu soal uang di kotak Kahrs. “Saya menduga anda ingin tahu dari mana asal uang itu. Mungkin dia (Kahrs) tidak akan memberitahukan (asal uang) itu kepada saya atau anda,” ujarnya kepada sejumlah jurnalis.
Ia mengaku siap memberikan keterangan lanjutan kepada Bundestag. Ia tidak mempersoalkan waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan itu. “Saya siap memberi jawaban apa pun,” kata dia.
Kasus itu terjadi kala popularitas Scholz terus melorot. Tekanan ekonomi menjadi alasan utama warga Jerman semakin tidak mempercayai pemerintahan Scholz. Dengan desakan CDU, posisi Scholz semakin tertekan.
Jika sampai mundur, Scholz akan menjadi pemimpin ketiga di Eropa yang kehilangan jabatan dalam beberapa bulan terakhir. Sebelum dia ada Perdana Menteri Inggris Boris Johson dan PM Italia Mario Draghi.
Sebelum akhirnya terpaksa mundur, Johnson menyatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin harus dimundurkan. Saat popularitas Putin terus meningkat, malah Johnson kehilangan jabatan. (AFP/REUTERS)