Minum bersama dan bersulang "Ganbei" merupakan tradisi China. Berbeda dengan bersulang "cheers" di Barat, ketika Ganbei, minuman harus diminum hingga gelas kosong. Biasanya gelasnya pun berisi minuman beralkohol.
Oleh
Luki Aulia, dari Beijing China
·7 menit baca
"Semoga kita selalu sehat dan banyak rezeki. Ganbei!" kata salah satu pejabat perwakilan kota Qingdao di Provinsi Shandong, sambil mengangkat gelas dan mengajak bersulang satu per satu gelas 33 wartawan asing yang hadir pada perhelatan makan malam, awal Agustus lalu. Setelah kata Ganbei, lalu gelas pun musti segera dikosongkan alias minum sampai habis. Di belakangnya, ada pelayan yang sigap mengisi kembali gelasnya dengan anggur putih lalu ia pun berpindah ke meja lain dan mengajak bersulang Ganbei lagi.
Ganbei merupakan salah satu budaya China yang penting dan saking pentingnya sejak usia dini sudah diajarkan cara Ganbei yang benar. Ganbei yang terjemahan bebasnya kira-kira "kosongkan gelas" itu mirip dengan "cheers" kalau di Barat. Bedanya, kalau Ganbei, harus minum sampai habis. Untung saja boleh ikut bersulang dengan segelas air atau jus saja tanpa alkohol seperti wine atau bir. Jika gelas harus berisi minuman beralkohol dan ada 5 kali ajakan bersulang saja, bisa-bisa pulang dalam kondisi badan terhuyung-huyung.
Agar "selamat" dan tak terhuyung-huyung, air putih atau jus menjadi pilihan lebih aman. Jika mau meminum alkohol, bir atau dalam bahasa China-nya "pijiu" bisa jadi alternatif lain ketimbang wine atau minuman anggur beralkohol. Apapun minumannya, yang penting harus diminum sampai habis dalam sekali minum. Pemakluman itu bisa diberikan bagi warga non China tetapi bagi warga China rasanya susah mengelak. Apalagi jika sedang kumpul-kumpul atau ada acara perjamuan resmi. Lagipula, kata teman yang asli Beijing, orang China toh sudah biasa minum alkohol.
Bahkan tradisi minum alkohol di China sudah berusia ribuan tahun. Harian China Daily menyebutkan penggunaan alkohol di China sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu. Tetapi situs web DrinkBaijiu memiliki catatan berbeda, alkohol sudah ada di China sejak 9.000 tahun yang lalu di Jiahu, Provinsi Henan. Pada waktu itu, orang-orang menyeduh minuman dari beras, madu, anggur, dan buah hawthorn. Minuman keras putih dan kuning tradisional China termasuk salah satu kekayaan nasional. China juga tidak memiliki ketentuan khusus yang mengatur usia berapa orang baru boleh minum alkohol.
Ritual minum-minum di China sebenarnya sama saja dengan di negara lain yang minum apa saja ketika kumpul-kumpul saat santai atau nongkrong bersama teman atau saudara. Belakangan, dalam beberapa tahun terakhir, ada tren gaya hidup sehat yang memengaruhi konsumsi alkohol. Mulai ada permintaan, terutama di kalangan perempuan muda, akan minuman dengan kadar alkohol yang rendah dan minuman yang lebih sehat. Tren bir rendah alkohol juga berkembang hingga ada yang mengembangkan bir non-alkohol.
Bertahan
Meski ada tren konsumsi bir non-alkohol, bir beralkohol tetap populer. Salah satunya seperti bir Tsingtao yang markas besarnya ada di kota Qingdao, Provinsi Shandong. Tsingtao Brewery Co., Ltd., produsen bir tsingtao, mulai memproduksi bir pada Agustus 1903. Perusahaan yang dulu namanya the Germania-Brauerei Tsingtao Co., Ltd., dan didirikan pengusaha Jerman dan Inggris itu merupakan salah satu tempat pembuatan bir pertama di China dan kini termasuk 500 merek terbaik di dunia.
Pada akhir 2021, Tsingtao memiliki lebih dari 60 tempat pembuatan bir di 20 provinsi, daerah, dan wilayah otonomi di China dan menguasai pasar domestik. Pada 2021, Tsingtao Brewery memperoleh pemasukan tertinggi. Total volume penjualannya 7,93 juta kiloliter dengan pendapatan 30,17 miliar yuan atau naik 8,7 persen tahun-ke-tahun. Laba bersihnya 3,16 miliar RMB yuan untuk pemegang saham dan ini meningkat sampai 43,3 persen tahun-ke-tahun. Tsingtao juga memenangkan hampir semua penghargaan emas dalam kontes kualitas bir di domestik Cina sejak 1949 dan internasional.
Berbekal misi "ciptakan kebahagiaan hidup" dan motto "good people to brew good beer", Tsingtao Brewery mendirikan museum khusus mengenai sejarah dan proses pembuatan bir tsingtao. Museum yang dulu pernah menjadi pabrik itu dibuka sejak 15 Agustus 2003 ini menjadi salah satu tujuan kunjungan rombongan wartawan asing peserta program Pusat Komunikasi Pers Internasional China (CIPCC) tahun 2022. Bukan akhir pekan saja, museum penuh pengunjung dan susah untuk bergerak. Padahal di dalam museum itu banyak diaroma yang dipamerkan. Sayang, tak bisa mencermati satu per satu karena kesenggol dan tertabrak orang terus.
Karena ruangan pamer penuh, terasa agak pengap. Agak aneh di masa pandemi Covid-19 begini masih ada tempat umum yang tidak membatasi jumlah pengunjung yang boleh masuk. Untung saja, agak lega di ruang pamer yang lain. Yang agak mengherankan lagi, setidaknya bagi saya, banyak anak kecil yang ikut masuk ke museum bir. Ada juga rombongan anak-anak SD yang seperti sedang karyawisata di museum ini. Di dalam museum yang memanfaatkan sepenuhnya arsitektur dan peralatan Jerman berusia 100 tahun, pengunjung bisa mempelajari pengembangan bir tsingtao tua, proses pembuatan bir, dan operasiolan produksi modern. Museum ini mengintegrasikan sejarah budaya, proses pembuatan bir, hingga bisa mencicipi bir yang masih segar.
"Ini bir terenak yang pernah saya rasakan selama ini. Pantas saja bir merek ini terkenal di sini. Saya harus beli lagi nanti di minimarket," kata Phet, wartawan dari Laos yang memang doyan minum bir.
Di bagian ruang pamer fermentasi gandum, tercium aroma gandum yang kuat. Dengan citra 4D, kami dibawa masuk ke ruangan fermentasi yang penuh dengan drum-drum kayu berukuran besar sampai manusia dewasa pun bisa masuk tanpa harus membungkukkan badan. Di bagian ruang pamer yang terakhir, dari balik kaca terlihat tangki-tangki berisi bir yang siap untuk dikonsumsi. Sebelum sampai di bagian tangki, pengunjung masuk ke lorong panjang berwarna metalik. Di kiri kanannya ada jendela-jendela kecil dengan proyeksi holografik bir dengan buih-buih putih tampak menyegarkan. Karena penasaran, tergiur juga untuk mencicipi. Rasanya segar karena tersaji dingin, sedikit pahit, tetapi terasa ringan. Karena tak mau oleng, mencicipi bir segelas kecil dan ramping saja sudah cukup. Tak seperti saya yang agak ragu meminum bir, di depan saya berdiri anak perempuan kecil kira-kira usia 6 tahun yang meminum satu gelas bir yang sama dengan saya dan habis diminumnya sendirian.
Cita rasa lokal
Bukan hanya bir saja yang populer di China. Minuman anggur beralkohol atau wine juga populer dan panjang sejarahnya, terutama wine dari wilayah Penglai. Pada 1873 ada misionaris dari Amerika bernama Nevis yang memperkenalkan tanaman anggur pertama yang digunakan untuk membuat minuman anggur di Penglai. Kemudian pada 1998, COFCO Great Wall, salah satu dari 500 merek minuman anggur terkenal di dunia mulai buka juga di Penglai. Pada 2009, kelompok the chateau of Lafite-Rothschild juga buka di sini. Kemudian sejak 2022, Penglai dikenal sebagai penghasil wine high-end dan berkelas internasional.
Seperti halnya mencicipi bir, kami juga mendapat kesempatan mencicipi lima jenis minuman anggur dengan kadar alkohol beragam. Setiap minuman anggur berbeda karena jenis anggur dan proses pengolahan yang berbeda. Meski sama-sama berasal dari Penglai yang berada di pesisir Utara dari Semenanjung Shandong. Yang unik di Penglai, pada musim dingin, iklimnya hangat. Penglai adalah satu-satunya wilayah di China Utara yang tak perlu menutup akar-akar anggur dengan tanah untuk mencegah kedinginan. Selain memproduksi anggur merah dan putih, Penglai yang dikenal dengan nama "Kota Anggur" dan "Negeri Dongeng" itu juga mengadaptasi permintaan konsumsi baru dengan mengembangkan minuman-minuman trendi seperti Haicang Wine, sparkling wine, dan Xida wine. Lebih dari 400 minuman anggur produksi Penglai berhasil menang penghargaan internasional dam domestik.
Dengan luas daratan 1.063,6 kilometer persegi, luas perairan 4.047 kilometer persegi, dan garis pantai sepanjang 251,8 kilometer, Penglai memiliki kebun anggur berkualitas tinggi berstandar 80000-mu, 61 perusahaan penghasil anggur, 33 kilang anggur, dan 1 kota berkarakteristik anggur. Perusahaan hulu dan hilir meliputi 1 pabrik tong kayu ek dan 1 pabrik label anggur. Kapasitas produksi tahunannya sekitar 140.000 kiloliter dan pendapatan komprehensif industri mencapai 4,5 miliar RMB yuan.
Salah satu produsen wine di China, Chateau Junding yang memiliki area seluas 13,7 kilometer persegi, menjadi lokasi icip-icip wine kami. "Kastil" ini menjadi objek wisata nasional karena paling inovatif dan oriental. Junding memperkenalkan ide-ide baru dalam pengembangan model bisnis perusahaan anggur dan menciptakan era baru anggur kelas atas di China. Junding mengambil budaya oriental sebagai konsep inti, mengintegrasikan teknologi tradisional dan teknologi modern, mengambil keuntungan dari dunia lama dan baru, dan berkonsentrasi pada pembuatan anggur terbaik dengan pesona oriental yang unik. Beragam penghargaan internasional diperoleh seperti Kompetisi Mencicipi Anggur Internasional Vinales, Kompetisi Anggur Internasional Brussel, dan Kompetisi Tantangan Anggur Internasional.
"Ini anggur yang citarasanya oriental katanya dan sebanding dengan anggur kelas dunia," kata kawan wartawan dari Tanzania yang terbiasa minum anggur di negerinya.
Kami lalu bersama-sama mencicipi lima gelas berisi anggur merah dan putih yang sudah disiapkan di depan masing-masing wartawan. Tentunya tak sampai habis karena khawatir "kapal oleng, kapten!" Dari lima gelas itu, ada 1 gelas yang betul-betul tak bisa dinikmati karena terasa bagaikan minum spiritus dan ada efek seperti panas terbakar di tenggorokan. Sementara keempat lainnya masih bisa ditoleransi. Namun, akan lebih enak sebenarnya jika diminum bersama masakan ikan atau steak daging atau kambing guling.