Hadapi Kuatnya Tekanan China, Taiwan-AS Rapatkan Kerja Sama Perdagangan
Di tengah tekanan yang semakin kuat dari Beijing, Taiwan merapatkan barisan dengan AS dalam kerja sama perdagangan. Salah satunya melalui prakarsa baru untuk perdagangan AS-Taiwan abad ke-21.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU, MUHAMMAD SAMSUL HADI
·5 menit baca
TAIPEI, KAMIS — Amerika Serikat dan Taiwan secara resmi memulai perundingan perdagangan bilateral dalam upaya meningkatkan hubungan ekonomi di antara kedua pihak di tengah semakin kuatnya tekanan China terhadap Taipei. Meski tidak secara eksplisit disebutkan, langkah itu tampaknya ditujukan sebagai bagian dari upaya membendung tekanan dari China daratan.
Melalui pernyataan yang dirilis, Rabu (17/8/2022) waktu AS atau Kamis (18/8/2022) WIB, Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) mengatakan, perundingan perdagangan AS-Taiwan itu digelar di bawah prakarsa baru, yang disebut ”Prakarsa Perdagangan Abad Ke-21 AS-Taiwan” (US-Taiwan Initiative on 21st-Century Trade). Prakarsa ini telah diluncurkan pada 1 Juni 2022.
Kantor Perwakilan Dagang AS menyebutkan, pertemuan perdana untuk menandai peluncuran prakarsa baru itu sudah dilakukan pada 27 Juni 2022. Prakarsa tersebut berada di bawah naungan Institut Amerika di Taiwan (AIT) serta Kantor Perwakilan Ekonomi dan Kebudayaan Taipei di Amerika Serikat (TECRO).
Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan, kedua pihak telah ”mencapai konsensus tentang mandat negosiasi”. Diharapkan, perundingan putaran pertama akan berlangsung pada awal musim gugur atau akhir September 2022. Dari perundingan tersebut, AS-Taiwan ingin menetapkan komitmen berstandar tinggi dan membantu pembangunan ekonomi abad ke-21.
”Kami ingin mengejar target ambisius mencapai komitmen berstandar tinggi dan hasil yang berarti. (Komitmen) ini meliputi 11 bidang perdagangan dalam mandat negosiasi guna membantu membangun ekonomi abad ke-21 yang lebih adil, sejahtera, dan tangguh,” kata Deputi Perwakilan Dagang AS Sarah Bianchi.
Dalam pernyataan terpisah, seperti yang dikutip Bloomberg, Kantor Perundingan Dagang Taiwan mengatakan, perundingan tersebut bertujuan untuk memperkuat ekonomi Taiwan dengan mempromosikan perdagangan produk-produk pertaniannya serta membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berekspansi ke pasar AS. Taipei juga ingin meningkatkan kepercayaan para investor internasional terhadap Taiwan dan memberikan peluang pada Taiwan untuk ”menarik dana serta teknologi dari AS dan dunia”.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan China terkait perundingan dagang AS-Taiwan tersebut. Pengumuman perundingan dagang AS-Taiwan ini dirilis di tengah ketegangan yang semakin meningkat antara China dan Taiwan. Dipicu oleh kunjungan kontroversial Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan, 2-3 Agustus 2022, militer China menggelar latihan besar-besaran di wilayah sekeliling Taiwan.
Selain menggelar latihan militer, China juga mengumumkan penghentian sementara ekspor pasir ke Taiwan untuk konstruksi serta penghentian impor beberapa komoditas, termasuk pangan dan buah jeruk, yang disebutkan terkait temuan residu pestisida.
Antisipasi koersi China
Dalam keterangan pers di Washington DC, Rabu (17/8/2022) waktu setempat, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, AS memperkirakan ”intimidasi militer dan taktik ekonomi koersif” China terhadap Taiwan akan terus berlanjut.
”Kami akan terus mengambil langkah-langkah yang tegas, tetapi juga tenang, guna menjaga perdamaian dan stabilitas dalam menghadapi upaya Beijing saat ini untuk menggerogoti status quo,” ujar Price yang dikutip Bloomberg.
China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari teritorialnya. Namun, wilayah pulau itu memerintah secara mandiri sejak 1949 saat pemimpin komunis Mao Zedong mengalahkan pemimpin Kuomintang (KMT) Chiang Kai-shek yang menyingkir dan mendirikan Pemerintah Taiwan. Penyatuan Taiwan ke pangkuan China sudah lama menjadi impian Presiden Xi Jinping.
Washington tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taipei. Dengan kebijakan resmi ”Satu China”, setidaknya seperti yang secara resmi kerap diumumkan, AS hanya menjalin hubungan diplomatik dengan China. Meski demikian, dengan kebijakan yang kerap disebut ”ambiguitas strategis”, AS tetap menjalin relasi dengan Taiwan, termasuk memberikan dukungan di bidang pertahanan.
Koordinator Indo-Pasifik Pemerintah AS, Kurt Campbell, pekan lalu, mengatakan bahwa perundingan dagang AS-Taiwan akan ”memperdalam hubungan kami dengan Taiwan”. Meski demikian, ia menekankan, kebijakan AS terkait China tidak berubah.
Tak masuk IPEF
Awal perundingan dagang AS-Taiwan tersebut diumumkan beberapa pekan setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden melansir Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF), Mei 2022. Inisiatif ekonomi tersebut tidak memasukkan Taiwan, tetapi dirancang untuk membendung pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik meski dikritik tidak banyak menawarkan hal konkret, seperti akses pasar atau penurunan tarif. Indonesia termasuk dalam daftar 14 negara anggota IPEF.
Dalam pernyataan USTR, disebutkan secara tidak langsung mengarah pada Beijing, bahwa tujuan perundingan dagang AS-Taiwan, antara lain, ”untuk menangani praktik-praktik distortif perusahaan-perusahaan milik negara serta kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik nonpasar”.
Mandat negosiasi yang dirilis bersamaan dengan pengumuman itu mengatakan, AS-Taiwan telah menetapkan agenda yang kuat untuk membahas isu-isu strategis. Misalnya, fasilitasi perdagangan, praktik regulasi yang baik, dan penghapusan hambatan diskriminatif terhadap perdagangan.
Dikatakan pula, awal dari perundingan formal nanti bertujuan untuk mencapai kesepakatan dengan ”komitmen standar tinggi dan hasil yang berarti secara ekonomi”. Namun, tidak disebutkan soal kemungkinan kesepakatan perdagangan bebas secara luas, yang sangat diharapkan Taiwan.
Saat peluncuran prakarsa baru bersama John Deng, menteri tanpa departemen di Taiwan, Juni lalu, Bianchi mengatakan, AS-Taiwan memiliki hubungan perdagangan dan investasi jangka panjang yang berakar pada nilai-nilai bersama. ”Prakarsa ini akan membuka peluang pasar, mempromosikan inovasi, dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif bagi pekerja dan bisnis kita,” ujar Bianchi.
AS melihat Taiwan sebagai mitra ekonomi yang prospektif dan sangat maju. Ekonomi Taiwan menghasilkan sekitar 786 miliar dollar AS barang dan jasa pada 2021. Keduanya memiliki hubungan komersial, keuangan, dan perdagangan yang dalam dan berkembang, untuk memajukan kepentingan AS serta membantu menciptakan peluang ekonomi di AS.
Situs Pemerintah AS mengatakan, AS dan Taiwan sejak 2020 menggelar Economic Prosperity Partnership Dialogue guna meningkatkan hubungan ekonomi dan komersial. Itu termasuk keamanan dan ketahanan rantai pasok, penyaringan investasi, kesehatan, iptek, serta ekonomi digital.
Departemen Perdagangan AS meluncurkan kerangka kerja Teknologi, Perdagangan, dan Kolaborasi Investasi dengan Taiwan pada 2021. Itu untuk menyediakan platform demi mengembangkan program komersial dan mengeksplorasi aksi untuk memperkuat rantai pasok penting.
Taiwan adalah mitra dagang terbesar ke-8 AS, sementara AS adalah mitra dagang terbesar kedua Taiwan. Ekspor barang dan jasa AS ke Taiwan membantu penyerapan sekitar 188.000 pekerja AS pada 2019. Investasi kumulatif Taiwan di AS hampir mencapai 137 miliar dollar AS pada 2020.
Investasi langsung Taiwan di AS yang paling menonjol bergerak di bidang manufaktur, perdagangan grosir, dan lembaga penyimpanan. Investasi ini secara langsung membantu penyerapan sekitar 21.000 tenaga kerja baru di AS dan sekitar 1,5 miliar dollar AS dalam ekspor AS.
Meski demikian, mitra dagang terbesar Taiwan adalah China. Tahun lalu, sekitar 42 persen ekspor Taiwan dikirim ke China dan Hong Kong, dibandingkan dengan 15 persen ekspor Taiwan ke AS. Menurut Pemerintah Taiwan, perusahaan-perusahaan Taiwan menanam investasi di China daratan hampir mencapai 200 miliar dollar AS. Beijing menyebut, berdasarkan data sensus tahun 2020, sekitar 158.000 pengusaha dan tenaga profesional asal Taiwan tinggal di China daratan.
Taipei berupaya mengurangi ketergantungan ekonomi pada Beijing dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen terus mencari jalan untuk memperkuat hubungan perdagangan serta investasi dengan negara-negara di Asia Tenggara, India, Australia, dan Selandia Baru. Tahun lalu, Taiwan juga mendaftar bergabung pada kemitraan ekonomi Asia Pasifik. Namun, proses ini masih menunggu kelanjutan karena pada saat bersamaan China juga mendaftar bergabung dalam kemitraan ekonomi tersebut. (REUTERS/AP/AFP)