AS menyuplai dukungan militer dan ekonomi bagi Ukraina, khususnya dengan artileri jarak jauh dan presisi. Dengan cara ini, pasukan Ukraina bisa menyerang fasilitas milik Rusia jauh di dalam wilayah yang dikuasai.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
MOSKWA, SELASA – Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Amerika Serikat mengulur perang di Ukraina. Pernyataan itu telontar seiring terjadinya ledakan di sebuah fasilitas militer milik Rusia di Crimea, Selasa (16/8/2022).
”Situasi di Ukraina menunjukkan AS mencoba memperpanjang konflik ini. Washington menggunakan warga Ukraina sebagai umpan,” kata Putin dalam acara pembukaan konferensi keamanan di Moskwa.
Ia mengungkapkan, AS mengulur perang dengan mendukung Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan memunculkan perpecahan di Asia. Dia menyebut pakta keamanan AUKUS antara AS, Australia, dan Inggris sebagai bukti upaya Barat membangun blok ala Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di kawasan Asia Pasifik.
AS menyuplai dukungan militer dan ekonomi bagi Ukraina, khususnya dengan artileri jarak jauh dan presisi. Dengan cara ini, pasukan Ukraina bisa menyerang fasilitas milik Rusia jauh di dalam wilayah yang dikuasai.
Api besar membubung di lokasi ledakan di Semenanjung Crimea, Selasa, di tempat penyimpanan sementara amunisi milik pasukan Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan, ledakan terjadi di dekat Desa Mayskoye di Distrik Dzhankoi. Moskwa menyebut insiden itu sebagai sabotase.
Dua orang terluka, lalu lintas kereta terhenti, dan sekitar 1.000 orang di desa dekat depot amunisi dievakuasi. Kantor berita Rusia, RIA, melaporkan, tujuh kereta penumpang tertunda. Jaringan kereta di bagian utara Crimea dihentikan yang berpotensi mengganggu dukungan peralatan militer bagi pasukan Rusia di Ukraina.
Sepekan sebelumnya, ledakan juga terjadi di pangkalan udara militer di pesisir barat Crimea, menyebabkan kerusakan parah dan menghancurkan sejumlah pesawat tempur Rusia. Satu orang tewas dan lima orang terluka dalam ledakan tersebut.
Semenanjung Crimea di Laut Hitam yang dianeksasi Rusia dari Ukraina tahun 2014 merupakan pangkalan Armada Laut Hitam Rusia. Tempat ini juga populer sebagai resor liburan musim panas.
Kyiv tidak mengklaim bertanggung jawab atas kedua insiden di Crimea tersebut meski para pejabat senior Ukraina mengisyaratkan adanya keterlibatan militer. Penasihat kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak, menyebut ledakan di Crimea sebagai demiliterisasi. ”Sekadar pengingat: Crimea dalam kondisi normal adalah Laut Hitam, pegunungan, rekreasi, dan pariwisata, sedangkan Crimea di bawah pendudukan Rusia adalah ledakan depot dan risiko tinggi kematian bagi penyusup. Demiliterisasi sedang berlangsung,” katanya.
Kyiv berupaya mengganggu jalur suplai militer Rusia dengan serangan balik. Pangkalan militer Rusia di Crimea selama ini ada di luar jangkauan roket yang disuplai oleh negara-negara Barat. Jika benar bisa menjangkau Crimea, Ukraina menunjukkan kemampuan baru untuk menyerang lebih dalam ke jantung wilayah Rusia dan mengubah dinamika konflik yang sudah berlangsung selama enam bulan ini.
Rusia sebelumnya telah kehilangan kapal perang Moskva di Laut Hitam. Bulan lalu, militer Ukraina merebut kembali Pulau Ular, pos terluar strategis di lepas pantai barat daya Ukraina. Pulau tersebut vital untuk mengamankan jalur laut ke luar pelabuhan terbesar Ukraina di Odesa.
Sementara di wilayah Ukraina timur, pertempuran masih berlangsung sengit meski tidak ada kemajuan besar yang dicapai kedua belah pihak. Ukraina menyebut pasukan Rusia melancarkan serangan masif dari sebuah penyulingan minyak di kota Lysychansk, Provinsi Luhansk, yang belum lama ini direbut Rusia. (AFP/REUTERS)