Uni Eropa Terbelah Lagi Gara-gara Perang di Ukraina
Sejumlah negara Eropa berhenti memberi visa untuk warga Rusia. Mereka mendukung ajakan Ukraina untuk mengisolasi total Rusia.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
AP PHOTO/EVGENIY MALOLETKA
Peluncur roket multilaras Verba milik Ukraina ditembakkan dari Kharkiv ke arah pasukan Rusia pada 2 Agustus 2022. Di bulan keenam, belum ada tanda-tanda perang Rusia-Ukraina akan berakhir.
BERLIN, JUMAT — Uni Eropa kembali terbelah gara-gara isu terkait perang di Ukraina. Kali ini, anggota Uni Eropa berbeda sikap soal larangan penerbitan visa bagi seluruh warga Rusia.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebut, gagasan pelarangan penerbitan visa untuk warga Rusia sulit disetujui. Bagi dia, tidak adil apabila ada sanksi untuk seluruh orang Rusia. ”Presiden Rusia yang bertanggung jawab atas perang ini,” ujarnya di Berlin, Kamis (11/8/2022) sore waktu setempat atau Jumat dini hari WIB.
Ia mengingatkan, Uni Eropa (UE) telah dan akan mempersiapkan serangkaian sanksi kepada Rusia. Seluruh sanksi itu dinilai cukup dan tepat sasaran.
Dalam wawancara yang diterbitkan The Washington Post pada Senin (8/8/2022), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengusulkan larangan total bagi seluruh warga Rusia untuk memasuki sejumlah negara. ”Sanksi terpenting ialah menutup perbatasan. Sebab, orang Rusia mengambil tanah orang lain. Orang Rusia harus hidup di dunia sendiri sampai mengubah cara berpikirnya,” kata Zelenskyy.
Sejumlah negara Eropa mendukung ide itu. Latvia sudah menghentikan penerbitan visa bagi warga Rusia. Adapun Estonia akan menghentikan penerbitan visa bagi orang Rusia mulai pekan depan. ”Lawatan ke Uni Eropa adalah hak istimewa, bukan hak asasi,” ujar Perdana Menteri (PM) Estonia Kaja Kallas.
PM Finlandia Sanna Marin juga mendukung ide itu. ”Tidak saat Rusia melancarkan perang agresif dan brutal di Eropa, sementara orang Rusia bisa hidup normal, melawat ke Eropa sebagai pelancong,” katanya.
Berbeda dengan Estonia dan Latvia, Finlandia belum memutuskan penghentian visa bagi orang Rusia. Helsinki masih membahas keabsahan larangan itu.
AFP/OZAN KOSE
Foto udara menunjukkan kapal kargo Razoni yang berbendera Sierra Leone berlayar dalam perjalanan ke Tripoli, Lebanon, setelah menjalani pemeriksaan di Turki, Rabu (3/8/2022). Razoni merupakan kapal kargo pertama yang meninggalkan Ukraina dan menyeberangi Laut Hitam di bawah kesepakatan perang Rusia-Ukraina.
Jerman juga sedang membahas usulan pelarangan itu meski kanselirnya keberatan. Berlin membenarkan, sejumlah anggota UE mengusulkan agar masalah itu dibahas dalam pertemuan terdekat pada menteri dan pemimpin UE, yakni pertemuan menteri luar negeri UE pada akhir Agustus 2022 di Praha, Ceko.
Buntu
Zelenskyy melontarkan itu di tengah kebuntuan perang Rusia-Ukraina. Meski tetap saling serang, tidak ada perubahan penguasaan wilayah antara pasukan Moskwa dan Kyiv dalam perang yang sudah berlangsung enam bulan itu.
Serangan balik yang diumumkan Zelenskyy sejak awal Juni 2022 tidak kunjung terjadi. Sementara Rusia juga tidak menambah penguasaan wilayahnya di Ukraina.
Kantor Staf Umum Ukraina mengungkap, pasukan Ukraina berhasil menangkal serangan Rusia di Donetsk-Luhansk pada Kamis hingga Jumat dini hari. ”Rusia kembali mencoba maju di sejumlah palagan Donbas. Sebagian palagan terus diperebutkan. Sebagian lagi bisa kami tahan,” demikian pernyataan kantor tersebut pada Jumat pagi.
Bakhmut, Kramatorsk, dan Sloviansk yang sudah digempur sejak akhir Juni 2022 belum kunjung bisa dikuasai Rusia. Padahal, Moskwa nyaris tidak berhenti menembakkan artileri, rudal, dan roket ke tiga kota besar di Provinsi Donetsk itu. Rusia juga mengerahkan pesawat untuk mengebom Bakhmut.
Dosen Universitas Pertahanan Yunani, Panagiotis Gartzonikas, mengatakan, Rusia dan Ukraina sama-sama sulit membuat kemajuan. Ukraina akan sulit merebut ulang Kherson. Sementara Rusia akan sulit menambah penguasaan di luar wilayah yang kini dikendalikannya. ”Saya tidak yakin mereka (Rusia) bisa merebut Mykolaiv, apalagi Odesa,” katanya.
RUSSIAN DEFENSE MINISTRY PRESS SERVICE VIA AP
Foto yang dicuplik dari sebuah rekaman video Layanan Media Kementerian Pertahanan RUsia, 7 Agustus 2022, memperlihatkan bagian roket yang meledak di sekitar lokasi penyimpanan bahan radioaktif di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhia milik Ukraina yang kini dikuasai militer Rusia.
Rusia dan Ukraina sudah sama-sama kehabisan sumber daya untuk memperluas penguasaan wilayah. Kekurangan orang menjadi masalah utama bagi Kyiv dan Moskwa. ”Mereka (Ukraina) harus menyeberang Sungai Dnipro jika mau merebut Kherson lagi. Dengan kondisi sekarang, mereka akan sulit melakukannya,” kata Gartzonikas.
Banyak jembatan di Sungai Dnipro sudah dihancurkan Rusia ataupun Ukraina. Unit zeni kedua pasukan harus membangun jembatan darurat jika ada upaya menyeberang sungai. Upaya itu tidak mudah karena kedua belah pasukan terus saling melepaskan roket.
Sementara Wakil Kepala Kantor Staf Kepresidenan Rusia Sergey Kiriyenko mengatakan, para pemimpin Ukraina tidak peduli terhadap korban jiwa di antara orang Ukraina. Mereka memilih mengikuti nafsu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). ”NATO akan gigih bertarung, seperti mereka nyatakan tanpa ragu melawan Rusia sampai tersisa orang terakhir di Ukraina dan mereka (NATO) ridak akan menyesali,” ujarnya sebagaimana dikutip TASS. (AFP/REUTERS)