Kebanggaan Warga Istanbul, Berenang antara Dua Benua dan Dua Lautan
Tak banyak warga dunia yang menikmati keistimewaan seperti warga Istanbul, Turki. Di sela aktivitas harian, mereka mengisi waktu dengan berenang atau berolahraga pantai lainnya. Mereka biasa berenang di antara dua benua.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
Istanbul
Ada kebanggaan tersendiri bagi warga Istanbul, Turki, khususnya para penggemar renang. Berkat lokasi geografis kota tempat tinggal mereka, Istanbulite—sebutan bagi warga Istanbul dalam bahasa Inggris—bisa berenang di antara dua benua, Eropa dan Asia, yakni di Selat Bosphorus. ”Sebuah keistimewaan bisa berenang di antara dua laut dan dua benua,” ujar Eren Tor (64), seorang pensiunan.
Dua laut yang dimaksud ialah Laut Hitam di utara dan Laut Marmara di selatan. Selain berlokasi di antara dua lautan, Istanbul juga berada di antara dua benua, yaitu Asia dan Eropa. Kota megalopolis yang tak pernah sepi itu berpenduduk sekitar 16 juta jiwa.
Seperti halnya warga kota New York, Beirut, dan sejumlah kota global lainnya, warga Istanbul bisa berenang sepanjang musim panas, sepanjang yang mereka suka. Mudah dijumpai, warga yang sehabis berenang pulang naik kereta bawah tanah, memakai sandal yang belepotan pasir pantai, dengan kulit tubuh mereka yang tampak terbakar sinar matahari.
Tor mengaku, dirinya setiap pagi berenang di Selat Bosphorus sekalipun musim dingin, juga saat bersalju. Suhu Bosphorus sekitar 23 derajat celsius pada musim panas dan rata-rata 11 derajat celsius di musim dingin.
Kebanyakan orang Istanbul pernah berenang di selat tersebut, merasakan kondisi cuaca yang kadang menyulitkan dan bisa menghanyutkan. Levent Aksut (92) menuturkan, dirinya biasa berenang ”tiga atau empat kali per pekan”.
Istanbul mempunyai 85 titik pantai atau pemandian antara Laut Hitam, Laut Marmara, dan Selat Bosphorus. Pantai-pantai itu ada yang terbuka untuk umum, ada pula yang privat. Sebagian pantai menjadi tujuan kelompok masyarakat yang biasa berpakaian hijab. Sebagian pantai lainnya untuk warga yang biasa berbikini saat berenang. Namun, seperti jamaknya di masyarakat Turki, tak jarang kedua kelompok itu berenang di satu pantai.
Dalam beberapa kesempatan, terlihat garis pembatas antara area pantai khusus untuk masing-masing dari dua kelompok tersebut. Ini antara lain terlihat di dekat area permukiman Sile. Di titik ini, air Laut Hitam bertemu dengan ujung utara Selat Bosphorus, yang memisahkan wilayah Turki di Eropa dan wilayah negara itu di Asia.
”Istanbulite tahu, Anda bisa menemukan pantai hanya 35-40 menit dari pusat kota,” tutur Eren Bizmi (32), agen real estat yang biasa bermain bola voli dengan rekan-rekannya di area khusus bikini di sela-sela waktu kerja. ”Laut Hitam adalah yang terbaik karena tidak terlalu asin jika dibandingkan dengan Laut Marmara.
”Dan saya bisa bekerja di waktu yang hampir bersamaan,” timpal Sema Basaran (22), satu-satunya perempuan dalam permainan bola voli itu. ”Jika ada klien menelepon, saya tinggal cabut dan memperlihatkan rumah kepadanya, dan lalu kembali ke pantai lagi.”
Namun, di kalangan generasi lebih tua, lanskap pemandangan kota Istanbul sudah banyak berubah. ”Dulu, Anda bisa mengakses pantai di mana pun,” ujar Metin Cakmakci (74), pensiunan. ”Kini, Anda lihat gedung di mana-mana. Pantai juga sudah berubah. Kini, kami hidup seolah berada di atas yang lain.”
”Meski begitu, bisa melihat laut di tengah kota raksasa, seperti Istanbul, sudah lumayan,” lanjut Cakmakci. Setiap pagi, ia menikmati pemandangan pantai sambil duduk di kursi di bawah payung.
Aparat pemerintah kota Istanbul telah menambah area berjemur di pantai yang biasa dikunjungi Cakmakci. Setelah diperluas, area itu bisa menampung 300 orang. Disediakan 170 payung di area yang hanya berjarak 25 menit dengan berjalan kaki dari tempat tinggal para pensiunan.
Menurut Sezgin Kocak, yang mengurusi pantai tersebut, pengunjung pantai pada tahun ini meningkat. Di tengah krisis ekonomi dengan kenaikan harga barang hingga 80 persen dalam setahun ini, lokasi-lokasi pantai di Istanbul menawarkan tempat rekreasi murah meriah dan mudah dijangkau bagi warga setempat.
”Banyak orang saat ini tak mampu bepergian keluar dari Istanbul,” ujar Canan Civan, warga berusia 60-an tahun. ”Bahkan, andai punya uang sekalipun, saya tidak akan bepergian ke tempat lain. ”Daripada menghabiskan waktu 10 hari berlibur ke luar negeri, mending datang ke sini tiap hari selama tiga bulan,” katanya. (AFP)