Pemerintah Indonesia menganugerahkan penghargaan kepada tentara dan mantan pejabat pertahanan Filipina. Penghargaan itu terkait pembebasan nelayan Indonesia dari sekapan kelompok Abu Sayyaf.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
Laut Sulawesi, Laut Sulu, dan perairan Sabah pernah menjadi bagian kisah ”mengerikan” bagi nelayan asal Indonesia. Di perairan perbatasan tiga negara, Filipina-Malaysia-Indonesia, itu berulang-ulang kelompok teroris Abu Sayyaf mengumbar teror dengan menyandera sejumlah nelayan.
Sejak Maret 2015 hingga akhir 2020, sejumlah nelayan Indonesia diculik, beberapa di antaranya tewas dalam penyanderaan. Target para teroris itu adalah uang tebusan untuk melanggengkan teror mereka.
Sejumlah operasi digelar untuk membebaskan para nelayan itu. Dalam operasi yang digelar pada 22 Desember 2019, dua nelayan Indonesia dibebaskan oleh tentara Filipina. Pada operasi lanjutan yang dilakukan pada 15 Januari 2020, tentara Filipina membebaskan seorang nelayan Indonesia. Dalam misi itu, satu tentara Filipina gugur, dua lainnya terluka.
Ketiga nelayan Indonesia itu diculik kelompok Abu Sayyaf pada 23 September 2019. Mereka diculik saat berlayar di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, Malaysia.
Dikutip dari Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, keberhasilan pembebasan itu menandai eratnya kerja sama Filipina-Indonesia. Sebagai penghargaan, Duta Besar RI untuk Filipina Agus Widjojo—mewakili Pemerintah Indonesia—menyerahkan Medali Perdamaian kepada mantan Menteri Pertahanan Nasional Filipina Delfin N Lorenzana dan mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Jenderal (Purn) Cirilito E Sobejana di KBRI Manila pada Rabu (3/8/2022).
Dalam pernyataan pers resmi KBRI di Manila disebutkan, penghargaan itu diberikan Presiden RI Joko Widodo atas keberhasilan misi penyelamatan nelayan Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf Group pada 2019 dan 2020. Kedua pejabat itu juga dinilai aktif terlibat dalam upaya pembebasan lima WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf pada 2021.
Selain mereka, 50 prajurit AFP yang terlibat langsung dalam misi penyelamatan menerima Medali Dharma Pertahanan dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Medali Perdamaian adalah tanda jasa yang diberikan Presiden Indonesia kepada warga negara Indonesia atau warga negara asing yang berjasa besar memajukan perdamaian, persaudaraan, diplomasi, dan persahabatan. Sementara Medali Dharma Pertahanan adalah penghargaan yang diberikan Kementerian Pertahanan kepada perorangan atau militer asing yang berjasa dalam meningkatkan kerja sama bilateral dan kelancaran kegiatan yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan.
Kerja sama
”Pemberian penghargaan dari Pemerintah Indonesia ini merupakan wujud nyata dari keberhasilan kerja sama pertahanan dan keamanan yang efektif serta hubungan antara kedua negara yang selama ini terus terjalin baik,” kata Agus.
Penghargaan itu, ujarnya, merupakan apresiasi atas peran dan komitmen militer Filipina dalam misi penyelamatan WNI. Presiden Joko Widodo, menurut Agus, juga mengapresiasi peran vital Lorenzana dan Sobejana dalam menjaga keamanan, keselamatan, dan stabilitas regional.
Di sisi lain, penghargaan itu mengekspresikan pentingnya peningkatan kerja sama di bidang kontraterorisme dan penanganan kejahatan lintas batas.
Dalam sambutannya, Lorenzana menyampaikan apresiasi dan perhatian yang sama atas isu tersebut. Ia menekankan pentingnya peningkatan kerja sama yang berkelanjutan dalam memberantas terorisme.
”Penghargaan ini sangat bermakna bagi para penerima dan juga Departemen Pertahanan Nasional Filipina sebagai bentuk pengakuan atas kerja sama yang erat antara kedua negara,” ujarnya.