Cerita Hajatan ASEAN di Phnom Penh, dari Kabur Berbelanja hingga Kebanjiran
Untuk ketiga kalinya sejak bergabung dengan ASEAN sebagai anggota termuda pada 1999, Kamboja menjadi ketua ASEAN. Tak seperti tahun 2012, kali ini hajatan pertemuan menlu ASEAN di negara itu terbilang lancar.

Suasana di ruang media Pertemuan Ke-55 Para Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) di Hotel Sokha, Phnom Penh, Kamboja, Jumat (5/8/2022), saat pertemuan para menlu telah selesai.
Pertemuan Menteri Luar Negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) atau AMM di Phnom Penh, Kamboja, berakhir pada Jumat (5/8/2022). Komunike bersama sebanyak 119 poin juga telah dirilis. Kenangan 10 tahun silam, saat pertemuan menlu ASEAN di Kamboja gagal melahirkan komunike bersama, syukurlah tidak terulang kali ini.
Meski ada drama ketegangan antara Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menlu Jepang Yoshimasa Hayashi, yang membatalkan rencana pertemuan bilateral gara-gara pernyataan sikap G7—Jepang adalah salah satu anggotanya—terkait krisis di Selat Taiwan, secara keseluruhan AMM berjalan tuntas. Semua lega.
Baca juga: ASEAN Titik Beratkan Kerja Sama Inklusif
Para wartawan juga bernapas lega. Bagi awak media, ”ketegangan” terjadi dipicu oleh koneksi internet yang bermasalah dan agenda yang sering berubah-ubah selama empat hari pertemuan. Dalam penulisan, selalu ada kendala karena sambungan internet di ruang media tidak stabil.
Jumat, delegasi para menlu ASEAN ditambah delegasi dari 18 negara sahabat satu per satu meninggalkan Hotel Sokha, lokasi pertemuan. Di lantai dasar, ruang pusat media yang awalnya sesak dan hiruk-pikuk, mendadak sepi. Wartawan lokal dan asing juga sudah menyelesaikan tugas mereka.

Wartawan memotret kedatangan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov (kanan) pada pertemuan Forum Regional ASEAN (ARF) Ke-29 dalam rangkaian Pertemuan Para Menlu ASEAN (AMM) di Phnom Penh, Kamboja, Jumat (5/8/2022).
Ada kelegaan karena selama 4 hari meliput sebagian besar agenda para wartawan adalah menunggu. Setiap hari, tidak ada agenda yang pasti mengenai waktu wawancara dengan narasumber incaran. Sambil mengisi waktu saat menunggu, kami biasanya menulis berita yang lain. Kasus yang terus kami pantau adalah tindak pidana perdagangan orang yang dialami oleh 100 warga negara Indonesia di Kamboja.
Baca juga: Cerita Korban TPPO di Kamboja: Saya Dipaksa Jadi Operator Penipuan Daring Menarget WNI
Dalam situs resmi pertemuan pun dikatakan, semua jadwal bersifat sementara dan bisa berubah sewaktu-waktu. Praktis, wartawan hanya bisa mengandalkan informasi dari humas kementerian luar negeri masing-masing.
Isu Indonesia ”seksi”
Wartawan Indonesia, misalnya, jika ingin mencegat Menlu Retno LP Marsudi, harus bertanya terlebih dulu kepada humas Kemenlu RI. Pagi hari biasanya pihak Kemenlu mengabarkan bahwa Retno bisa ditemui pada sore ketika semua pertemuan ASEAN ataupun bilateral telah selesai. Kami diminta menunggu 30 menit sebelumnya.
Baca juga: Pertemuan Menlu ASEAN Dibuka, RI Minta Sesi Khusus Bahas Myanmar
Namun, ada juga hari-hari ketika mendadak humas mengabarkan Retno tidak bisa ditemui sore. Ia hanya bisa ditemui dalam 30 menit, bahkan tak jarang kabar kesempatan wawancara tersebut disampaikan pada saat itu juga. Sontak para wartawan kelabakan.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi memperlihatkan suvenir kanguru dalam sesi Pertemuan Menlu ASEAN-Australia dalam rangkaian Pertemuan Para Menlu ASEAN (AMM) di Phnom Penh, Kamboja, Kamis (4/8/2022).
Telepon genggam ataupun komputer yang sedang dipakai untuk mengetik berita langsung kami cabut dari colokan dan dimasukkan sekenanya ke dalam tas. Setelah itu, kami berlari-lari ke lift untuk menuju lantai yang ditentukan.
Teman-teman wartawan stasiun televisi lebih repot lagi. Jika sedang melakukan pengambilan gambar saat panggilan kesempatan wawancara itu disampaikan, mereka harus segera mengemas kamera, tripod, dan kabel. Bermanuver diri keluar dari ruang media juga membutuhkan keahlian khusus saking banyaknya wartawan yang hadir.
Baca juga: Indonesia Dorong Kelembagaan Dialog HAM ASEAN
Selain itu, segala topik mengenai Indonesia selalu dibilang ”seksi”. Beberapa wartawan asing kerap menanyakan jika mereka bisa ikut bertemu dan mewawancarai Retno. Boleh jadi, hal itu antara lain terkait posisi Indonesia tahun ini menjadi ketua G20 dan tahun depan menjadi ketua ASEAN.
Biasanya, humas Kemenlu saat membocorkan waktu luang Retno berbisik, ”Ibu hanya bisa memberi informasi latar saja, ya. Jangan dikutip dan jangan bawa wartawan lain.”

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kanan) bersama dengan Perwakilan Indonesia untuk Komisi Hak Asasi Manusia ASEAN (AICHR) Yuyun Wahyuningrum memberi pernyataan pers seusai Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, Selasa (2/8/2022).
Namun, yang namanya mata wartawan selalu jeli. Jika para wartawan Indonesia terlihat tergopoh-gopoh serombongan, para wartawan asing itu langsung tahu bahwa ada sesuatu yang hendak disampaikan Retno dan mereka segera mengekor. Karena itu, kami memang harus pandai-pandai menyelinap di tengah keramaian.
Memburu Blinken
Salah satu sorotan terhadap penyelenggaraan AMM ini adalah peraturan yang berbeda antara wartawan media cetak dan televisi. Kedatangan Menlu AS Antony Blinken adalah hal yang ditunggu-tunggu. Apalagi, suasana di Selat Taiwan sedang panas. Seluruh wartawan ingin sekali meminta pernyataan dia.
Baca juga: Reaksi AS Lebih Lunak pada Kemarahan China
Blinken diberi satu aula khusus untuk berbicara. Memasuki ruangan tersebut, wartawan diminta mengurus izin tersendiri kepada panitia. Beberapa wartawan media cetak mendatangi meja panitia untuk meminta izin tersebut. Panitia mengatakan, hanya mereka yang membawa kamera profesional bisa diberi izin.
Kami protes. Menurut kami, peraturan ini konyol. Bagaimana mungkin hanya juru kamera yang boleh meliput. Panitia beralasan, toh nanti akan ada keterangan tertulis yang diunggah di situs resmi acara.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melambaikan tangan saat tiba di lokasi acara Gala Dinner ASEAN di Chroy Changvar International Convention and Exhibition Center di Phnom Penh, Kamboja, Kamis (4/8/2022).
Mendengar jawaban itu, kami membalas, jika panitia mengunggah keterangan pers, sebenarnya tidak perlu juga para juru kamera televisi merekam langsung. Kan, panitia bisa saja menyediakan rekamannya di situs dan nanti tinggal diunduh oleh media yang membutuhkan. Gampang, kan?
Kabur berbelanja
Saling lamanya menunggu saat meliput AMM, para wartawan jenuh. Akhirnya, pada Rabu (3/8/2022), wartawan Indonesia memutuskan kabur di tengah-tengah acara. Kami memastikan kepada humas Kemenlu bahwa jadwal Bu Menteri sudah pasti. Mereka membenarkan, Retno hanya bisa ditemui pada pukul 17.30.
Mendengar hal tersebut, seorang rekan segera mengontak pengemudi yang disediakan oleh Kedutaan Besar Indonesia di Phnom Penh. Namanya Pak Ishmail. Dia orang Kamboja dan lancar berbahasa Indonesia. Biasanya, di mobil ia menceritakan sejarah dan adat istiadat penduduk setempat.
Baca juga: Merangkul Kamboja, Menjaga ASEAN
Kami pun meminta Pak Ismail mengantar ke Central Market. Pasar pusat, Tanah Abang-nya Phnom Penh. ”Tenang saja. Nanti saya bawa ke kios langganan pejabat Indonesia. Ibu-ibu jenderal, pokoknya tamu-tamu kedutaan senang belanja di sana,” kata Pak Ishmail.

Bagian dalam Central Market Phnom Penh, Kamboja, Rabu (3/8/2022). Bangunan bergaya art deco ini dibuat oleh arsitek Perancis Louis Chauchon pada tahun 1937.
Setiba di Central Market, sebuah bangunan bergaya art deco yang dibangun pada 1937, kami dibawa ke kios Ibu Tha. Ia ternyata lancar berbahasa Melayu saking banyaknya langganan dia dari Indonesia dan Malaysia. Oleh-oleh untuk keluarga pun bisa dibeli karena tidak ada kesempatan lagi untuk berbelanja.
Baca juga: ”Berkah” Pandemi, Warga Kamboja Makin Akrabi Sistem Pembayaran Digital
Daya tarik
Waktu kabur itu juga kami manfaatkan untuk mengambil foto-foto suasana kota Phnom Penh walaupun seadanya. Kota berpenduduk 2,2 juta jiwa ini kecil jika dibandingkan dengan Jakarta. Akan tetapi, penataannya apik dan bersih. Di taman-taman banyak pedagang kaki lima, tetapi sampah tidak berceceran.
Baca juga: Matinya Tikus Pengendus Ranjau Darat, Duka bagi Kamboja
Daya tarik Phnom Penh adalah bangunan-bangunan peninggalan kolonial. Ada rumah, pertokoan, dan kantor-kantor pemerintah. Meskipun begitu, terdapat banyak sekali bangunan pencakar langit sedang dibangun. Pak Ishmail mengatakan, pandemi Covid-19 membuat semua terhenti dan belum ada tanda konstruksi dilanjutkan.

Alun-alun Kota Phnom Penh, Kamboja, dilihat dari atap Hotel Frangipani pada hari Selasa (2/8/2022). Kompleks beratap keemasan adalah istana kerajaan. Di sebelah kanan, bangunan berwarna merah adalah Museum Nasional.
Pengalaman menarik lainnya ialah menyeberangi Sungai Mekong dengan mobil. Warga Phnom Penh yang membawa kendaraan terbiasa menyeberang menggunakan feri. Ini menghemat waktu dibandingkan melalui jalan darat yang berputar-putar.
Baca juga: Kamboja Tunda Pembangunan Bendungan di Sungai Mekong
Phnom Penh dilalui dua sungai, yaitu Mekong dan Tonle Sap. Keduanya bersih dan dipenuhi kapal-kapal berlalu lalang. Sempat dua hari hujan lebat, tetapi sungai tidak meluap. Justru, mobil minibus Hyundai H-1 kami terperangkap banjir di tengah-tengah perumahan akibat di lokasi itu saluran air tidak memadai.
Ketinggian air mencapai setengah badan mobil yang sempat mogok. Untungnya, ketika Pak Ishmail mematikan pendingin udara dan mencoba beberapa kali, mobil kembali hidup. Syukurlah, jika tidak, bisa-bisa wartawan Indonesia terpaksa berenang mengarungi banjir di negeri orang dengan berpakaian formal.