Amnesty International Ungkap Pelanggaran, Ukraina Menyanggah
Dalam laporannya, Amnesty International menyimpulkan ada kejahatan perang oleh Rusia. Di sisi lain, organisasi itu juga menemukan bukti dan kesaksian pasukan Ukraina sengaja membahayakan warga sipil.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
KYIV, JUMAT — Ukraina marah setelah Amnesty International mengungkap penggunaan fasilitas sipil untuk keperluan militer Ukraina. Kyiv menuding Amnesty International membantu Rusia ”membersihkan diri”. Sebelum Amnesty International, Perserikatan Bangsa-Bangsa lebih dulu menyimpulkan dugaan penggunaan sipil untuk keperluan militer Ukraina.
Amnesty International menyiarkan temuan penyelidikan di Ukraina pada Kamis (4/8/2022) pagi. Pada Kamis malam waktu Kyiv atau Jumat dini hari WIB, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan kemarahan atas laporan itu. ”Laporan itu mewakili upaya pengampunan kepada negara teroris dan mengalihkan kesalahan dari penjajah ke korban,” katanya.
Menurut dia, laporan itu tidak bisa ditoleransi karena menyamakan korban dan penjajah. Ukraina menegaskan diri sebagai korban atas serangan tanpa alasan. ”Mereka bermain dengan tangan Rusia. Siapa pun yang membuat laporan manipulatif itu ikut bertanggung jawab atas kematian warga sipil (Ukraina) oleh Rusia,” katanya.
Ia mengingatkan, 200 tempat ibadah, 900 rumah sakit, dan lebih dari 2.200 sekolah Ukraina hancur dalam perang ini. ”Tidak ada laporan yang mengungkap kejahatan Rusia,” katanya.
Temuan
Dalam laporannya, Amnesty International menyimpulkan ada kejahatan perang oleh Rusia. Di sisi lain, organisasi itu menemukan bukti dan kesaksian pasukan Ukraina sengaja membahayakan warga sipil. Sebab, mereka menggunakan fasilitas sipil untuk menempatkan pasukan dan persenjataan. Kepada penyelidik Amnesty International, warga sipil di berbagai penjuru Ukraina mengungkap penggunaan fasilitas sipil oleh pasukan Ukraina. Warga mengaku tidak berdaya, meski tindakan pasukan itu membahayakan nyawa mereka.
Penyelidik Amnesty International juga menyaksikan pasukan Ukraina menggunakan lima rumah sakit sebagai markas. Penyelidik organisasi itu menemukan bukti penggunaan 22 sekolah untuk markas pasukan Ukraina. Bukti yang ditemukan termasuk sisa amunisi, ransum, dan sisa kendaraan tempur.
Sebagian sekolah, rumah sakit, dan aneka bangunan sipil yang dipakai pasukan Ukraina itu jadi sasaran serangan Rusia. Sebagian rumah sakit dan sekolah atau kampus itu juga berada di dekat rumah susun. Dampaknya, banyak rumah susun juga terkena serangan Rusia.
Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnès Callamard mengatakan, organisasinya menemukan pola itu di berbagai kota. ”Pasukan Ukraina membahayakan warga sipil dan melanggar hukum perang. Bertahan (dari serangan) tidak berarti membebaskan militer Ukraina dari kewajiban menghormati hukum kemanusiaan internasional. Militer seharusnya jangan pernah menggunakan rumah sakit untuk keperluan pertempuran,” katanya.
Temuan PBB
Bukan hanya Amnesty International yang punya kesimpulan seperti itu. Dalam laporan pada 29 Juni 2022, Kantor Komisi Tinggi PBB untuk HAM (OHCHR) menyimpulkan, Ukraina dan Rusia sama-sama memanfaatkan sebagian sarana pendidikan untuk keperluan militer. ”OHCHR prihatin pada perkembangan permusuhan, baik Rusia maupun Ukraina menempatkan posisi di permukiman atau dekat obyek sipil, di mana mereka melancarkan serangan tanpa mengambil langkah untuk melindungi warga sipil sebagaimana disyaratkan dalam Hukum Kemanusiaan Internasional. OHCHR juga prihatin pada laporan penggunaan perisai manusia,” demikian tercantum di halaman delapan dalam laporan itu.
OHCHR antara lain menemukan bukti di panti jompo Stara Krasnianka di Luhansk. Sejak awal Maret 2022, pengelola sudah meminta agar penghuni dan pekerja panti dievakuasi. Permintaan sulit dilakukan karena di sekitar panti bertebaran ranjau yang dipasang tentara Ukraina. Bahkan, pada 7 Maret 2022, pasukan Ukraina masuk ke panti. Rusia menyerang panti itu mulai 9 Maret 2022.
Dalam berbagai pernyataan, Rusia mengaku mengikuti panduan berperang sebelum menyerang berbagai target di Ukraina. Dalam panduan tempur Rusia edisi 2005 ditegaskan, semua orang dan obyek yang dilindungi, menurut Hukum Kemanusiaan Internasional, tidak boleh diserang jika tidak terlibat tindakan permusuhan dan tidak dipakai untuk keperluan militer. Dengan kata lain, Moskwa mengizinkan tentaranya menyasar warga dan obyek sipil jika ada bukti warga dan obyek sipil terkait dengan keperluan militer lawan.
Para anggota NATO, seperti Amerika Serikat, Belgia, Belanda, Inggris, dan Kanada, juga membuat panduan dengan ketentuan sejenis. Buku panduan prajurit Belgia menegaskan, obyek yang dikuasai atau digunakan oleh militer lawan adalah obyek militer. Ketentuan itu berlaku untuk rumah warga, sekolah, hingga gereja. Lewat panduan tersebut, Brussels mengizinkan tentaranya menyasar permukiman dan fasilitas sipil yang dipandang telah digunakan militer lawan.
Hukum internasional juga punya klausul yang menghilangkan perlindungan obyek sipil dari serangan. Pengecualian perlindungan pada obyek sipil, antara lain, ditegaskan dalam Pasal 19 dan 21 Konvensi Geneva Jilid IV. Pasal-pasal itu dengan jelas menyebut perlindungan bagi fasilitas kesehatan hilang apabila fasilitas itu digunakan untuk keperluan militer. Pasal-pasal tersebut mengharuskan ada peringatan sebelum serangan dilancarkan.
Sementara dalam Protokol Tambahan Konvensi Geneva ditegaskan, perlindungan pada warga dan obyek sipil hilang jika terbukti terlibat langsung dalam permusuhan. Komisi HAM Inter-Amerika menyebutkan, keterlibatan langsung adalah tindakan yang dimaksudkan untuk membahayakan nyawa dan benda milik lawan. (AFP/REUTERS)