Spekulasi kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan mencuat dan telah menimbulkan ketegangan di Selat Taiwan. Pemerintah China mengulangi ancamannya tentang kemungkinan aksi militer jika hal itu terjadi.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
AFP/SAUL LOEB
Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi memberikan keterangan pers mingguan di Gedung Capitol, Washington DC, Jumat (29/7/2022). Polemik kunjungan Pelosi sedikit mereda setelah dia tidak menyebut akan mengunjungi Taiwan dalam lawatannya ke kawasan Indo-Pasifik.
BEIJING, SELASA – Spekulasi bahwa Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat Nancy Pelosi akhirnya memutuskan berkunjung ke Taiwan, mencuat sehari sebelum keberangkatannya bersama rombongan dalam tur ke Asia. Spekulasi itu telah menimbulkan ketegangan di Selat Taiwan.
Kantor Pelosi, Minggu (31/7/2022), mengeluarkan pengumuman rencana perjalanan politikus Partai Demokrat itu ke Asia Pasifik. Taiwan tidak disebutkan menjadi salah satu tempat pemberhentian. Akan tetapi, kunjungan pejabat AS di sana biasanya dirahasiakan sampai delegasi mendarat.
Saat spekulasi meningkat, stasiun televisi CNN di AS dan TVBS Taiwan, mengutip sumber anonim, Senin (1/8/2022), melaporkan, Pelosi memang berencana memasukkan Taiwan sebagai bagian dari tur Asia. Kantor berita Reuters juga mengonfirmasi sumbernya bahwa Pemerintah AS telah memberi tahu beberapa sekutu mereka soal kunjungan Pelosi ke Taiwan.
Dua sumber lain mengatakan, Pelosi dijadwalkan bertemu dengan sekelompok kecil aktivis dan melakukan dialog terbuka tentang catatan hak asasi manusia China selama dia berkunjung di Taiwan. Menurut kedua sumber tersebut, kegiatan itu direncanakan berlangsung pada Rabu (3/8/2022).
Seorang pembaca menggunakan kaca pembesar untuk membaca berita di koran dinding di Beijing, China, Minggu (31/7/2022), tentang rencana kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan. Polemik kunjungan Pelosi sedikit mereda setelah dia tidak menyebut akan mengunjungi Taiwan dalam lawatannya ke kawasan Indo-Pasifik.
Global Times, media yang terafiliasi dengan Pemerintah China, menduga, jika hal itu terjadi, Pelosi mungkin menggunakan alasan kedaruratan, seperti terjadinya gangguan pada pesawat yang ditumpanginya atau pengisian bahan bakar untuk bisa melakukan pendarataan di Taiwan. ”Jika dia berani mendarat di Taiwan, hal itu akan menjadi saat yang tepat untuk memicu situasi di Selat Taiwan,” kata Hu Xijin, mantan editor Global Times dan sekarang menjadi komentator.
Spekulasi tentang rencana Pelosi di Taiwan bertepatan dengan peningkatan aktivitas militer di seluruh kawasan. Beberapa cuitan di Twitter, yang belum bisa diverifikasi, memperlihatkan sebuah kereta logistik militer China mengangkut kendaraan tempur dan artileri berat yang diduga menuju ke wilayah pesisir terdekat dengan Taiwan.
Reaksi atas spekulasi itu juga muncul dari angkatan bersenjata China, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Menggunakan platform Weibo, Komando Teater Timur PLA merilis sebuah rekaman kesiapsiagaan militer Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara China untuk bertempur.
”Kami akan mengubur semua musuh yang menyerang wilayah kami. Kami siap bertarung. Maju menuju pertempuran bersama dan perang yang menang,” bunyi teks pendek yang menyertai rekaman itu.
Dua anggota militer melipat bendera Taiwan seusai menurunkannya dari tiang bendera di Liberty Square of Chiang Kai-shek Memorial Hall in Taipei, Taiwan, Sabtu (30/7/2022).
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, kunjungan Pelosi ke Taiwan akan menjadi campur tangan kotor dalam urusan dalam negeri China. Dia memperingatkan, langkah itu akan mengarah pada perkembangan dan konsekuensi yang sangat serius.
”Kami ingin memberi tahu Amerika Serikat sekali lagi, China siap siaga. Tentara Pembebasan Rakyat China tidak akan pernah tinggal diam dan China akan merespons tegas dan tindakan balasan yang kuat untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya,” kata Zhao.
Ditanya tindakan apa yang mungkin diambil PLA, Zhao berkata, ”Jika dia berani datang, mari kita tunggu dan lihat.”
Meredam
Saat mendengar rencana Pelosi mengunjungi Taiwan, Gedung Putih dan Kementerian Pertahanan sempat memberikan pengarahan kepada Pelosi dan timnya mengenai situasi yang melingkupi Selat Taiwan. Tindakan itu dibaca sebagai ketidaksepakatan Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Departemen Pertahanan AS atas rencana tersebut.
WIN MCNAMEE / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / GETTY IMAGES VIA AFP
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby (kanan) berbicara kepada wartawa di Gedung Putih, Senin (1/8/2022), menjelaskan tentang spekulasi kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.
Akan tetapi, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan, Pelosi berhak berkunjung ke mana pun dia mau. ”Dia memiliki hak untuk mengunjungi Taiwan. Tidak ada alasan bagi Beijing untuk mengubah kunjungan potensial yang konsisten dengan kebijakan lama AS menjadi krisis,” katanya.
Mengutip data intelijen, Kirby mengakui ada pergerakan sejumlah peralatan militer China mendekat ke wilayah Taiwan yang akan memungkinkan terjadinya provokasi militer, termasuk penembakan rudal di Selat Taiwan atau serangan skala besar ke wilayah udara Taiwan. Dia menyatakan, AS tidak akan terintimidasi untuk terus bergerak bebas di kawasan Pasifik.
AP PHOTO/HUIZHONG WU
Kapal patroli kelas Ching Chiang milik Angkatan Laut Taiwan, Selasa (26/7/2022), mendemonstrasikan kemampuan tempurnya saat latihan tempur tahunan Han Kuang yang berlangsung di laut dekat Kota Yilan, Taiwan. Spekulasi tentang kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi telah membuat situasi di Selat Taiwan menegang.
Meski begitu, Kirby mencoba meredam ketegangan dengan menyatakan, kebijakan Satu China tidak akan berubah. Hal ini bisa diartikan Washington mendukung Beijing dan pada saat yang sama secara diplomatis mengakui ”kedaulatan” Beijing atas Taipei, serta menentang kemerdekaan penuh oleh Taiwan atau pengambilalihan paksa oleh China.
”Tidak ada yang berubah,” katanya. ”Tentu saja tidak ada alasan ini terjadi.”
Richard N Haas, Presiden Dewan Hubungan Luar Negeri AS, mencuit, jika Pelosi benar-benar singgah di Taiwan, ada beberapa hal yang bisa dilakukannya untuk mengurangi ketegangan, termasuk memperkuat kebijakan Satu China Gedung Putih. ”Pada saat yang sama, dia bisa menegaskan bahwa dirinya dan AS menentang penggunaan kekuatan militer oleh China atas Taiwan. Militer AS akan membantu Taiwan jika Beijing melakukan aksi militer terhadap wilayah itu,” kata Haas.
Shi Yinhong, profesor hubungan internasional di Universitas Renmin, Beijing, mengatakan, jika Pelosi mengunjungi Taiwan, itu akan mendorong tindakan balasan yang keras. Akan tetapi, dia tidak berharap hal itu akan memicu konflik militer besar.
”China telah menegaskan penentangan terhadap separatisme Taiwan. AS telah berulang kali menegaskan kebijakan Satu China tidak berubah dan menentang setiap perubahan status quo di kedua sisi Selat Taiwan. Kecuali secara tidak sengaja, saya yakin tidak ada pihak yang mengambil tindakan militer yang dapat menyebabkan risiko keamanan besar,” katanya. (AP/AFP/Reuters)