AS-Taliban Saling Tuding Pelanggaran Kesepakatan Doha
Pada awal 2022, intelijen AS mendapatkan data awal soal rumah yang didiami Zawahiri di Kabul. April 2022, intelijen akhirnya menginformasikan keberadaan Zawahiri kepada Biden.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
KABUL, SELASA - Amerika Serikat mengumumkan kematian pemimpin Al Qaeda, Ayman Al-Zawahiri dalam serangan dengan pesawat nirawak di Afghanistan. Taliban menuding serangan itu melanggar Kesepakatan Doha.
Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid menyebut, serangan itu adalah pelanggaran jelas atas kesepakatan AS dengan Taliban. “Emirat Islam mengecam serangan ini dalam istilah paling keras dan mempertimbangkannya sebagai pelanggaran jelas atas prinsip internasional dan Kesepakatan Doha,” ujarnya dalam pernyataan tertulis pada Selasa (2/8/2022).
Emirat Islam Afghanistan adalah sebutan Taliban untuk pemerintahan yang mereka bentuk di Afghanistan. Ada pun Kesepakatan Doha adalah kesepakatan antara AS-Taliban yang dibuat di masa pemerintahan Donald Trump.
Dalam kesepakatan itu antara lain diatur AS menarik pasukan dari Afghanistan. Sementara Taliban berjanji tidak akan menampung kelompok teror dan radikal seperti mereka lakukan kala berkuasa pada 1996-2001.Bagi AS, posisi Al Zawahiri di Kabul justru menunjukkan ada pelanggaran Kesepakatan Doha oleh Taliban. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut, Taliban jelas menampung Al Zawahiri yang sudah bertahun-tahun ditetapkan sebagai teroris internasional.
Zawahiri diklaim tewas pada serangan pada 30 Juli 2022 di Kabul. Serangan terhadap warga Mesir itu diputuskan kala Presiden AS Joe Biden tengah dalam masa isolasi mandiri dan perawatan karena terinfeksi Covid-19. Biden mengesahkan serangan itu pada 25 Juli 2022.
Saat mengumumkan kematian Zawahiri pada Senin, Biden juga masih dalam masa isolasi kedua. Sebab, setelah dinyatakan negatif beberapa hari sebelumnya, Biden kembali mengumumkan ia positif Covid-19 pada 31 Juli 2022 atau sehari setelah pesawat nirawak AS melancarkan serangan udara yang menewaskan Zawahiri.
Sejak masa pemerintahan George Bush, AS sudah beberapa kali melancarkan serangan untuk membunuh Zawahiri. Serangan pertama, juga dengan pesawat Nirawak, dilancarkan pada 7 Oktober 2001 di Kandahar. Serangan oleh Badan Intelijen Pusat (CIA) AS itu gagal menewaskan Zawahiri. Sejak itu, ia diburu AS yang menawarkan hadiah hingga 25 juta dollar AS bagi siapa pun yang bisa memberi informasi untuk menangkap Zawahiri.
Dalam laporan CNN dan New York Times disebutkan, kesempatan untuk membunuh Zawahiri kembali hadir pada awal 2022. Seiring penguasaan ulang Taliban atas Afghanistan, Zawahiri diam-diam masuk ke Kabul.
Pada awal 2022, intelijen AS mendapatkan data awal soal rumah yang didiami Zawahiri di Kabul. Washington memperkuat data itu dengan informasi soal istri, anak, cucu, dan orang-orang yang keluar masuk rumah tersebut. Sejak mulai diamati beberapa bulan lalu, Zawahiri tidak pernah terpantau keluar rumah. Ia hanya terpantau kerap berada di balkon rumahnya.
Menurut pejabat AS kepada CNN, orang-orang di rumah itu sangat waspada. Mereka melakukan berbagai cara untuk memastikan tidak diikuti atau dipantau pihak lain. Meski demikian, Washington bisa terus memantau selama berbulan-bulan.
Pada April 2022, intelijen akhirnya menginformasikan keberadaan Zawahiri kepada Biden. Kala itu, Biden meminta digali informasi lebih lanjut dan dibuat simulasi serangan. Permintaan itu didasari fakta Zawahiri tinggal di permukiman padat penduduk.
Biden tidak mau mengulangi insiden kematian warga sipil seperti terjadi pada Agustus 2021. Kala itu, serangan pesawat nirawak AS menewaskan sejumlah warga sipil di Kabul. Awalnya, Washington berkeras korban adalah pelaku bom bunuh diri. Belakangan, AS mengakui salah menyasar warga sipil.
Intelijen dan militer AS diminta menyiapkan sasaran yang presisi. Mereka diminta memastikan hanya Zawahiri akan tewas dalam serangan itu. Secara berkala, mereka diminta melapor perkembangan ke Biden. Di ruang operasi Gedung Putih ada miniatur tiruan rumah Zawahiri. Tiruan itu untuk memudahkan Biden dan pejabat lain memahami perkembangan keadaan.
Sampai akhir Juni 2022, Biden belum mengizinkan serangan. Pada 1 Juli 2022, ia kembali menerima informasi dari para pejabat keamanan dan intelijen AS. Sejumlah tim hukum pemerintah AS juga menyiapkan dasar hukum untuk serangan itu.
Pada 25 Juli 2022, setelah mendapat pengarahan dari pejabat militer dan intelijen, Biden menyetujui serangan itu. Pada 30 Juli 2022 pukul 06.18 pagi waktu Kabul, dua roket “Api Neraka” menghancurkan balkon rumah Zawahiri. Kala itu, Zawahiri sedang berada di balkon.
Dalam pernyataan pada Senin sore, Biden menyebut tidak ada korban selain Zawahiri. Kerusakan juga dibatasi pada balkon dan ruangan yang terhubung dengan balkon. (AFP/REUTERS/RAZ)