Jelang Rencana Kunjungan Pelosi, Militer China Latihan Perang Dekat Taiwan
China menggelar latihan militer setelah memperingatkan Ketua DPR AS Nancy Pelosi agar membatalkan rencana untuk mengunjungi Taiwan.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
BEIJING, SABTU – China menggelar latihan militer di lepas pantainya di seberang Taiwan, Sabtu (30/7/2022). Latihan yang biasanya melibatkan artileri itu dilakukan setelah Beijing dengan keras memperingatkan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, agar membatalkan rencana untuk mengunjungi Taiwan, yang diklaim Beijing sebagai bagian dari teritorinya.
Kantor berita resmi China, Xinhua, mengatakan, sayap militer Partai Komunis yang berkuasa, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), sedang melakukan “latihan tembak-menembak” di dekat pulau Pingtan, lepas pantai Provinsi Fujian. Latihan itu berlangsung dari pukul 08.00 sampai pukul 21.00 waktu setempat. Pulau Pingtan terletak sejajar dengan Taipei, ibu kota pemerintahan demokratis Taiwan.
Administrasi Keselamatan Maritim China memperingatkan semua kapal untuk menghindari daerah yang menjadi pusat latihan militer tersebut. Latihan semacam itu di masa lalu biasanya menyertakan artileri. Namun, pengumuman singkat oleh PLA pada Sabtu itu tidak memberikan indikasi apakah latihan kali ini melibatkan sistem senjata rudal, pesawat tempur, atau senjata canggih lainnya.
Hari sebelumnya, Global Times melaporkan, unggahan singkat Kelompok Tentara Ke-80 PLA tentang "Preparing for war!" menghasilkan lebih dari 300.000 dukungan (like) di jejaring sosial Weibo dalam kurun 12 jam. Menurut media China, dukungan itu menjadi amunisi penyemangat tentara menjelang peringatan 95 tahun berdirinya PLA dan eskalasi ketegangan Selat Taiwan.
Unggahan di Sina Weibo telah menerima lebih dari 19.000 komentar. Banyak netizen dilaporkan berkomentar dengan penuh semangat, "Prajurit PLA, berjuanglah! Kami mendukung kalian!" Beberapa veteran mengatakan, mereka selalu siap untuk kembali ke PLA kapan pun negara membutuhkan. Beberapa netizen menyatakan keinginan untuk reunifikasi dua sisi Selat Taiwan.
Menjelang peringatan 95 tahun berdirinya PLA, Senin, 1 Agustus 2022, Presiden China Xi Jinping yang adalah Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis China (CPC) dan Ketua Komisi Militer Pusat, menekankan perlunya menerapkan lebih lanjut strategi penguatan angkatan bersenjata. Menurut Xinhua, penguatan itu dilakukan dengan melatih personel yang kompeten di era baru saat ini.
Selama kunjungan ke Museum Militer Revolusi Rakyat China pada Rabu lalu, Xi mengatakan, PLA akan menandai peringatan 100 tahun pendiriannya dalam kurun 5 tahun ke depan. Dia menyerukan kemajuan baru dalam membangun angkatan bersenjata yang lebih kuat untuk menopang peremajaan skala besar dan luas bangsa China.
Pada Rabu lalu, Xi juga memberikan Medali 1 Agustus kepada tiga prajurit militer dan menganugerahkan bendera kehormatan kepada batalion militer atas pengabdian mereka yang luar biasa. PLA Daily mengatakan, pernyataan Xi baru-baru ini meningkatkan moral tentara dan akan mendorong semua tentara PLA untuk terus maju dan bekerja keras untuk mencapai tujuan 100 tahun PLA.
Agenda Pelosi
Dinamika yang berkembang di sekitar Taiwan terjadi menjelang rencana kunjungan Pelosi ke Taipei. Ketua DPR AS itu menjadi pejabat tinggi AS pertama yang berencana mengunjungi Taiwan sejak 1997. Namun ia belum mengkonfirmasi apakah rencana kunjungan ke Taiwan masih terjadwal.
Xi telah memperingatkan Presiden AS Joe Biden, dalam percakapan per telepon pada Kamis (29/2/2022), terhadap bahaya "campur tangan eksternal" dalam urusan Taiwan.
Meski tidak setuju, militer AS siap mengamankan lawatan yang belum pasti akan terjadi itu. Sejumlah pejabat AS malah dilaporkan berusaha membatalkan lawatan tersebut. Hubungan AS-China makin tegang sejak rencana lawatan Pelosi ke Taiwan diungkap pertengahan Juli 2022. Sejak mengubah relasi dari Taipei ke Beijing pada 1979, Washington berhati-hati dalam menerapkan pengakuan ”satu China” dengan tidak mengirim pejabat tingkat tinggi ke Taiwan.
China mengatakan Taiwan tidak memiliki hak melakukan hubungan luar negeri. AS sendiri masih mengakui satu China dan tidak mengakui Taiwan sebagai negara. Namun AS terus saja mendukung persenjataan dan memperkuat hubungan ekonomi, perdagangan, dan investasi dengan Tiawan. Sikap dua kaki AS ini sebenarnya menyusahkan hubungan AS-China.
Beijing melihat kunjungan para pejabat Amerika sebagai dukungan bagi Taiwan untuk mengukuhkan kemerdekaan de facto yang telah berusia puluhan tahun. Kementerian Pertahanan memperingatkan Washington minggu ini untuk tidak mengizinkan Pelosi mengunjungi Taiwan. Level Pelosi setara dengan Biden sebagai pemimpin salah satu dari tiga lembaga tinggi pemerintahan AS.
Seorang pejabat AS, Rabu lalu, mengatakan, AS hanya memiliki ketakutan kecil jika Pelosi jadi berkunjung. Namun, Pelosi akan memasuki salah satu titik terpanas dunia jika kunjungan terwujud. Kata pejabat itu, kecelakaan, salah langkah, atau kesalahpahaman, dapat membahayakan keselamatan Pelosi sendiri.
Jenderal Mark Milley, Komandan Kepala Staf Gabungan AS, baru-baru ini juga mengatakan, diskusi soal rencana perjalanan Pelosi masih prematur. AS memiliki hubungan informal dengan Taiwan, bagian dari kebijakan Satu China. Tidak boleh ada kunjungan resmi petinggi AS ke Taiwan.
Seorang juru bicara mengatakan PLA akan mengambil "langkah-langkah kuat" yang tidak ditentukan untuk menghentikan kegiatan pro-kemerdekaan. Taiwan dan China berpisah pada 1949 setelah perang saudara yang berakhir dengan kemenangan komunis di daratan.
PLA telah menerbangkan semakin banyak pesawat tempur dan pengebom di dekat Taiwan. Di masa lalu, PLA telah menembakkan rudal ke jalur pelayaran menuju pulau itu.
Sementara itu Direktur Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) Marie-Gabrielle Ineichen-Fleisch mengharapkan negaranya tetap netral ketika mengadopsi tindakan hukuman apa pun oleh Uni Eropa atas China jika menyerang Taiwan.
Taipei mengatakan hanya 23 juta penduduk Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka. Taiwan akan membela diri jika diserang. (AP/REUTERS/AFP)