Akhiri Lawatan Asia Timur di Korsel, Jokowi Upayakan RI-Korsel Makin Erat
Di Korea Selatan, misi ekonomi tetap menjadi agenda utama lawatan Presiden Joko Widodo. Korsel konsisten di urutan ketiga daftar sumber pendanaan proyek dan investasi asing di Indonesia setelah Singapura dan Jepang.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lawatan Presiden Joko Widodo dalam perhentian terakhir tur Asia Timur di Korea Selatan, Kamis (28/7/2022) ini, membuka peluang meningkatkan kedekatan Indonesia-Korea Selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan kedua negara semakin erat pada sektor ekonomi, pertahanan, dan budaya.
Presiden dan rombongan tiba di Seoul pada Rabu (27/7/2022) malam. Pada Kamis ini, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol akan menjamu Presiden Joko Widodo. Selepas dijamu Yoon, Jokowi akan bertemu dengan perwakilan sejumlah pebisnis Korsel.
Kunjungan ke Korsel ini merupakan bagian dari lawatan Asia Timur yang agendanya termasuk bertandang ke China dan Jepang. Dalam rangkaian kunjungan di dua negara sebelumnya, misi ekonomi menjadi agenda utama Presiden.
Di Korsel pun, misi ekonomi tetap menjadi agenda utama. Hal itu tidak lepas dari catatan hubungan kedua negara selama beberapa tahun terakhir.
Sejak 2016, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Korsel telah menanamkan 19,6 miliar dollar AS untuk berbagai proyek di Indonesia. Para pemodal Korsel juga menanamkan 9,2 miliar dollar AS investasi di berbagai bidang. Korsel konsisten berada di urutan ketiga daftar sumber pendanaan proyek dan investasi asing di Indonesia. Singapura dan Jepang selalu menempati peringkat pertama dan kedua.
Tidak hanya besar, investasi Korsel di Indonesia juga berorientasi ekspor dan masa depan. Pebisnis Korsel menanamkan modal pada industri kendaraan listrik, petrokomia, dan farmasi di Indonesia. Sektor-sektor itu berpeluang menambah devisa Indonesia dari ekspor ke sejumlah negara. Selama ini, Indonesia mempunyai banyak bahan baku untuk rantai produksi kendaraan listrik dan petrokimia. Peluang pengembangan pada dua industri itu masih sangat besar.
Pemodal Korsel juga melirik sejumlah kawasan industri untuk mengembangkan berbagai produk lain di Indonesia. Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadi sasaran utama penanaman modal Korsel. Konglemerasi Korsel, Cheil Jedang, menanamkan modal di sektor konsumsi mulai dari minuman energi, roti, hingga mendanai pembuatan film.
Perjanjian ekonomi
Korsel kini, antara lain, menanti ratifikasi Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) Indonesia-Korsel. Disahkan pada Desember 2020, Majelis Nasional Korsel meratifikasi kesepakatan itu pada Juni 2022. Sementara DPR baru mulai membahas rancangan undang-undang ratifikasi kesepakatan itu pada awal Juli 2022.
Dalam pernyataan di DPR pada awal Juli 2022, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan berharap anggota DPR segera mengesahkan RUU untuk ratifikasi CEPA Indonesia-Korsel. ”Saya yakin ada banyak kebaikan dihasilkan. Kesepakatan ini sudah dirundingkan secara teliti selama bertahun-tahun,” katanya.
Sebelumnya, pada April 2022, Seoul juga berharap Indonesia segera meratifikasi CEPA kedua negara. Seoul optimistis pengesahan itu akan mempercepat upaya kedua negara memulihkan diri dari dampak pandemi.
Selain ekonomi, hubungan Indonesia-Korsel juga terjalin erat lewat proyek pertahanan. Jakarta-Seoul tengah mengembangkan jet tempur KFX-21 yang disebut setara dengan F-15 Amerika Serikat dan Su-35 Rusia. Dalam penerbangan perdana KF-21 Boromae pada 19 Juli 2022, di badan pesawat ada bendera Merah Putih.
Pemasangan bendera Merah Putih itu tanda pengakuan Korsel atas keterlibatan Indonesia dalam pengembangan jet tempur tersebut. Selain 170 unit yang akan dipakai Indonesia-Korsel, KF-21 Boromae ditargetkan terjual hingga 700 unit secara global.
Korsel sedang berusaha menjadi pemain baru industri pertahanan global. Dalam pernyataan pada Rabu malam, Polandia mengumumkan pembelian 48 jet FA-50 buatan Korsel. Jet itu dikembangkan dari pesawat latih T-50i Golden Eagle yang antara lain dioperasikan Indonesia.
Warsawa juga membeli 980 tank berat K2 Black Panther dan 648 meriam swagerak K9 Thunder dari Seoul. Pembelian itu untuk mengganti cadangan persenjataan Polandia yang berkurang setelah membantu Ukraina.
Dalam sektor pertahanan, Korsel dapat disebut mitra terdekat Indonesia. Seoul telah setuju membuat bersama kapal selam yang dibeli Jakarta. Sebagian kapal selam dibuat di Korsel, sebagian lagi dibangun bersama Korsel-Indonesia di Jawa Timur.