Presiden Jokowi Awali Lawatan Asia Timur ke China
Presiden Jokowi bertolak ke China, Senin (25/72022) siang. Dalam lawatan ke Asia Timur selama lima hari, China menjadi perhentian pertama yang dilanjutkan dengan Jepang dan Korea Selatan.
BEIJING, KOMPAS — Presiden Joko Widodo akan melakukan lawatan ke Asia Timur pada 25-29 Juli. Sebagai perhentian pertama, Presiden Jokowi akan berkunjung ke China untuk bertemu Presiden Xi Jinping guna membahas upaya peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara dan beberapa isu lainnya. Lawatan akan dilanjutkan ke Jepang dan Korea Selatan. Presiden dijadwalkan bertolak ke China pada Senin (25/7/2021) siang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan, Presiden Jokowi adalah kepala negara asing pertama yang mengunjungi China setelah Olimpiade Musim Dingin Beijing pada Februari 2022. China juga menjadi pemberhentian pertama perjalanan Asia Timur pertama Presiden Jokowi setelah epidemi.
Hal ini, menurut Wang, mencerminkan pentingnya hubungan bilateral China dan Indonesia. Presiden Xi Jinping akan bertemu Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Li Keqiang untuk bertukar pandangan tentang hubungan bilateral dan isu-isu utama di kawasan regional dan internasional.
Presiden Jokowi adalah kepala negara asing pertama yang mengunjungi China setelah Olimpiade Musim Dingin Beijing pada Februari 2022.
China dan Indonesia, Wang melanjutkan, adalah negara berkembang utama dan perwakilan negara berkembang dengan kepentingan bersama dan ruang kerja sama yang luas. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua belah pihak telah membangun komunitas dengan masa depan bersama untuk China dan Indonesia, membangun pola kerja sama bilateral ”penggerak empat roda” baru, dan kemitraan strategis yang komprehensif.
”Kami berharap dapat lebih memperdalam rasa saling percaya strategis dan kerja sama praktis, serta menciptakan model saling menguntungkan dan hasil yang juga saling menguntungkan bagi negara-negara berkembang utama di era baru. Sebuah model kebersamaan, pembangunan, dan garda depan kerja sama Selatan-Selatan,” papar Wang yang juga menyatakan dukungan dan apresiasi China terhadap Presidensi G20 Indonesia 2022.
Dalam kunjungannya ke China, Presiden Jokowi akan berkomunikasi tatap muka dengan para pemimpin China untuk membahas cara menanggapi tantangan global, menunjukkan solidaritas dan kerja sama negara-negara berkembang utama, dan bersama-sama menyuntikkan lebih banyak energi positif. ”Kita mendorong perkembangan ekonomi dunia pascapandemi lebih banyak kontribusi untuk mempromosikan keadilan dan keadilan global,” kata Wang.
Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang, dalam pernyataan dari Kemlu China, Jumat lalu, menyebutkan pertemuan China dan Indonesia memberikan panduan strategis dan dorongan kuat untuk pengembangan hubungan bilateral. Ketika diminta berkomentar mengenai Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global atau Partnership for Global Infrastructure
(PGII), ia mengecam hal itu dan menganggapnya sebagai upaya untuk mengejar ”kepentingan khusus” dan mengatasnamakan kerja sama regional.
PGII adalah proyek yang diluncurkan oleh G7 yang dipimpin AS pada awal Juli. Skema ini merupakan upaya G7 untuk menandingi Inisiatif Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Inisiative (BRI), proyek China yang diluncurkan pada 2013.
PGII menjanjikan investasi senilai 600 miliar dollar AS untuk pembangunan infrastruktur global pada 2027. Sebagian orang percaya kerangka kerja itu berpotensi memperkuat koneksi kabel telekomunikasi bawah laut Asia Tenggara dengan Eropa Barat bersama dengan jaringan listrik Asia Tenggara jika blok itu bisa memenuhi komitmennya.
Bagi Lu, inisiatif G7 itu eksklusif. ”Jenis kerja sama yang kami perjuangkan ini inklusif dan kami tidak seperti negara-negara tertentu yang mencoba mendorong jenis kerja sama eksklusif melalui pendekatan small yard, high fence, parallel development, atau decoupling karena kerja sama jenis itu bertujuan menempatkan beberapa negara berkembang di posisi yang sulit. Mereka dipaksa memilih kubu,” tutur Lu.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Duta Besar RI untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun, secara terpisah, menjelaskan pentingnya hubungan bilateral Indonesia dengan China. China merupakan mitra strategis Indonesia dan ASEAN di bidang ekonomi.
Retno menegaskan, kunjungan Jokowi ke China adalah untuk memperkuat hubungan kerja sama ekonomi, khususnya bidang perdagangan dan investasi. Selain itu, Jokowi juga akan membahas sejumlah isu penting di kawasan dan internasional. Salah satunya Konferensi Tingkat Tinggi G20.
Jokowi ke China adalah untuk memperkuat hubungan kerja sama ekonomi khususnya bidang perdagangan dan investasi.
Sebagai ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara, kata Retno, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk terus berkontribusi dalam upaya menjadikan kawasan Asia Tenggara dan Indo Pasifik sebagai kawasan damai, stabil, dan makmur. ”Di tengah dunia yang dipenuhi rivalitas tidak sehat dan nilai multilateralisme yang meluntur, Indonesia justru akan lebih giat menjalin kerja sama dan menebarkan spirit solidaritas dan perdamaian,” kata Retno.
Bagi Indonesia, China merupakan investor terbesar ketiga setelah Singapura dan Hong Kong. Pada triwulan I-2022, dalam situasi pandemi Covid-19, nilai investasi China di Indonesia sebesar 1,4 miliar dollar AS atau meningkat 40 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Di bidang perdagangan, total nilai perdagangan Indonesia-China sebesar 124,3 miliar dollar AS pada 2021 atau naik 58,4 persen dari tahun sebelumnya.
Djauhari lebih jauh menjelaskan hubungan diplomatik kedua negara yang dimulai sejak 13 April 1950 terus menguat dengan ditandatanganinya perjanjian Kerja Sama Strategis Komprehensif pada 2 Oktober 2013. Ada pula nota kesepahaman sinerja Global Maritime Fulcrum Vision (GMF) dan BRI pada 23 Oktober 2018.
Sinergi GMF dan BRI ini menyepakati pembangunan empat koridor ekonomi di Indonesia. Pertama, Sumatera Utara sebagai pusat ekonomi dan bisnis untuk ASEAN. Kedua, Kalimantan Utara sebagai pusat energi dan mineral. Ketiga, Bali sebagai pusat ekonomi kreatif dan teknologi tinggi. Keempat, Sulawesi Utara sebagai pusat ekonomi Lingkar Pasifik.
Dari sinergi itu lahir berbagai proyek kerja sama. Di antaranya adalah Pusat Pengembangan Teknologi dan Informasi di Kura-Kura Bali, proyek Two Countries Twin Parks, dan Taman Industri Hijau di Kalimantan Utara. Ada juga proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Pada bidang ekonomi, hubungan kedua negara menguat jika melihat angka realisasi investasi China ke Indonesia sebesar 3,2 miliar dollar AS selama 2021.
Produk-produk yang masuk ke China selama 2 tahun terakhir naik hampir 100 persen, seperti produk makanan dan minuman, termasuk kopi, teh, dan sarang burung walet.
Angka ini yang menempatkan China sebagai investor terbesar ketiga di Indonesia setelah Hong Kong dengan total realisasi investasi 4,6 miliar dollar AS. Indonesia juga menempati peringkat ketiga terbesar mitra dagang China di antara negara-negara anggota ASEAN, setelah Vietnam dan Malaysia.
”Ini bisa terjadi karena ada peningkatan ekspor dan kerja sama yang baik, terutama di sisi kemudahan investasi. Produk-produk yang masuk ke China selama 2 tahun terakhir naik hampir 100 persen, seperti produk makanan dan minuman, termasuk kopi, teh, dan sarang burung walet,” papar Djauhari.
Produk kreatif, seperti furnitur dan elektronik, pun ikut mendongkrak. Ditambah lagi ekspor produk turunan nikel Indonesia ke China. Ada nilai tambah dari produk unggulan ekspor Indonesia. ”Kita tidak ekspor sumber mineral lagi, tetapi barang setengah jadi atau barang jadi. Ini berkat kerja sama semua stakeholder, investor dan pemerintah. Kemudahan investasi ini membantu. Dalam sehari saja, ada dua investor datang ke KBRI tertarik investasi di Indonesia,” kata Djauhari.
Nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok mencapai 63,6 miliar dollar AS atau naik 70 persen dari tahun sebelumnya dan mengalami surplus dari China hingga 2,9 miliar dollar AS dan defisit Indonesia menyusut hingga 180,6 persen dari tahun sebelumnya. Pada periode Januari hingga Mei 2022, sesuai data Kepabeanan China, total nilai perdagangan Indonesia dengan China mencapai 57 miliar dollar AS atau tumbuh sebesar 29.8 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok mencapai 63,6 miliar dollar AS atau naik 70 persen dari tahun sebelumnya dan mengalami surplus dari China hingga 2,9 miliar dollar AS dan defisit Indonesia menyusut hingga 180,6 persen dari tahun sebelumnya.
Beberapa produk tercatat mengalami lonjakan ekspor secara signifikan dalam periode ini dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2021 dalam periode yang sama, antara lain besi dan baja, bijih logam, aneka produk kimia, dan tekstil. Selain kerja sama ekonomi, Indonesia juga sedang merintis kerja sama arsitektur kesehatan.
Belajar dari pengalaman Covid-19, Indonesia mendapatkan banyak vaksin dari China dalam waktu cepat. Dari pengalaman itu, kedua negara sepakat menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi untuk vaksin di kawasan dengan dukungan China. ”China kuat sebagai penyuplai bahan obat,” kata Djauhari.