Satu per satu sekutu Donald Trump yang didakwa mendalangi kerusuhan pada 6 Januari 2021 dipereteli. Bannon dikenai pasal penghinaan terhadap pengadilan dan DPR AS.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Pengadilan Federal Amerika Serikat menjatuhkan vonis hukuman kurungan maksimal 1 tahun kepada Steve Bannon. Ia adalah mantan kepala tim strategi Presiden AS 2017-2021 Donald Trump. Bannon terbukti terlibat dalam pecahnya kerusuhan di Capitol Hill atau Gedung DPR AS pada 6 Januari 2021.
Vonis itu dijatuhkan di Washington pada Sabtu (23/7/2022) sore waktu setempat. ”Ini bukan kasus yang rumit, tetapi sangat penting. Bannon terbukti tidak menghormati undang-undang negara ini serta menghina DPR dan pengadilan,” kata Wakil Jaksa Agung AS Molly Gaston dalam jumpa pers seusai putusan kepada NBC News.
Pengadilan Federal AS menyelidiki perkara kerusuhan 6 Januari ketika massa pendukung Trump menyerbu Capitol Hill. Bannon dipanggil pengadilan untuk menyerahkan berkas-berkas terkait rapat hasil pilpres November 2020 dari kubu Trump dan juga untuk bersaksi di depan juri. Akan tetapi, ia menolak dengan alasan diperintah langsung oleh Trump untuk tidak bekerja sama dengan pengadilan.
Atas perbuatannya itu Bannon dikenai pasal penghinaan pengadilan dan DPR AS. Pengacaranya, David Schoen, mengatakan, mereka akan mengajukan banding. ”Ini baru ronde pertama pertarungan kami. Lihat saja nanti,” ujarnya.
Manipulator
Bannon merupakan bankir pakar investasi khusus untuk perusahaan-perusahaan dan produk-produk media. Kedekatannya dengan Trump membuat ia dipercaya sebagai ahli strategi utama Trump saat berkampanye dalam pemilihan umum presiden AS tahun 2016. Berkat kedekatan dan kepercayaan Trump terhadap Bannon, ia pernah menghiasi sampul majalah Time dan diberi julukan ”Empu Manipulasi”.
Namun, hubungan keduanya rusak pada 2017. Kala itu, Trump mengeluarkan pernyataan hendak membangun tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko agar imigran-imigran dari Amerika Latin tidak bisa menyeberang. Bannon kemudian mengadakan acara lelang amal dengan dalih mengumpulkan biaya pembangunan tembok, padahal uang itu masuk ke rekening pribadinya. Gara-gara itu, Bannon dipecat Trump.
Pada 20 Januari 2021, Trump mengeluarkan amnesti untuk sejumlah orang. Di dalamnya mencakup besannya, Charles Kushner, yang didakwa menggelapkan pajak, serta Bannon. Diduga amnesti ini karena Bannon terlibat dalam menghasut Trump terkait hasil pilpres 2021 dan mendalangi kerusuhan 6 Januari.
Sejatinya, Trump sudah kalah dari Biden dalam pilpres populer pada November 2020. Akan tetapi, ia tidak terima. Melalui akun Twitter pribadinya, Trump mencuit dialah pemenang pilpres dan meminta pendukungnya menggugat panitia pemilu. Akhirnya, berbagai teori konspirasi beredar di media sosial yang menarasikan bahwa Partai Demokrat, panitia pilpres, dan berbagai jajaran lembaga pemerintah bersekongkol menjegal Trump.
Pada awal Januari, AS melakukan pilpres elektoral, yaitu menghitung suara berdasarkan jumlah wakil rakyat setiap negara bagian. Semua media arus utama, termasuk Fox News, mengabarkan Biden telah menang. Butuh 270 suara dari total 538 suara elektoral untuk dinyatakan menang dan Biden telah mencapainya.
Trump menolak dan meminta tim pengacaranya mengajukan gugatan ke Mahkamah Agung. Dilansir dari The New York Times, tim pengacara sudah menasihati Trump tidak ada rekayasa dalam pilpres dan semua hasil kemenangan Biden sah. Marah, Trump mengampanyekan di media sosial agar pendukungnya datang ke Washington untuk berunjuk rasa.
Bannon sebagai petinggi di media konservatif Breitbart turut mengompori narasi ini melalui berbagai siaran di internet dan mengajak agar massa beramai-ramai pergi ke depan Capitol Hill. Puncak unjuk rasa pada 6 Januari 2021 ketika massa menyerbu Capitol Hill dan mengobrak-abrik isinya.
Semua anggota DPR diamankan di dalam ruang sidang paripurna yang dijaga oleh aparat penegak hukum. Ada lima korban tewas pada kerusuhan ini. Mereka adalah satu petugas polisi, satu perusuh yang ditembak oleh aparat akibat memaksa masuk ruang paripurna, dan tiga orang lain meninggal di rumah sakit akibat luka-luka.
Penyelidikan mengenai perencanaan dan eksekusi kerusuhan ini masih dilakukan. Trump tetap menolak bekerja sama dengan penyelidik. (AP)