Timor Leste Menargetkan Tahun 2022 Bisa Masuk ASEAN
Timor Leste sebagai negara di Asia Tenggara sudah sewajarnya menjadi anggota ASEAN. Akan tetapi, sejumlah anggota ASEAN keberatan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta mengemukakan target Timor Leste bergabung dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara per tahun 2022. Berbagai persiapan dilakukan dengan bantuan Indonesia. Hal ini demi meningkatkan kapasitas Timor Leste di bidang ekonomi, teknologi, dan juga pengaruh di kawasan.
Demikian dikemukakan Horta ketika berbicang-bincang dengan Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosianna Silalahi di Jakarta, Rabu (20/7/2022). Sehari sebelumnya, ia bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Setelah itu, Horta bertemu dengan pimpinan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Horta menjelaskan niat Timor Leste untuk bergabung dengan ASEAN. “Pada dasarnya, Timor Leste pernah menjadi bagian dari ASEAN ketika masih masuk sebagai salah satu provinsi Indonesia,” ujarnya.
Ia memaparkan fakta bahwa Timor Leste merupakan negara di Asia Tenggara dan berhak untuk melamar masuk ke ASEAN. Menjadi anggota entitas ini memiliki nilai plus untuk membawa Timor Leste ke ranah yang lebih luas dalam tataran global. Negara ini bisa kian terintegrasi dengan perkembangan ekonomi, teknologi, dan diplomasi dunia.
“ASEAN adalah lembaga yang penting, tidak hanya di kawasan, tetapi juga secara global sehingga tentu memberi banyak manfaat kepada Timor Leste,” kata Horta.
Timor Leste telah mengajukan diri menjadi anggota ASEAN sejak tahun 2011. Akan tetapi, hingga kini, mereka belum diterima karena salah satu syarat keanggotaan ASEAN adalah disepakati oleh semua negara anggota. Filipina, Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Kamboja telah menyatakan dukungan atas Timor Leste. Sisa anggota yang lain masih keberatan. Faktor pendapatan domestik bruto (PDB) menjadi pertimbangan mereka.
Berdasarkan perhitungan ke depan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) yang dirilis pada bulan April 2022, PDB Timor Leste menempati peringkat ke-171 dari 194 negara. Jumlahnya setara dengan 4,5 miliar dollar Amerika Serikat. Nilainya memang kalah jauh jika dibandingkan dengan PDB anggota-anggota ASEAN. Namun, Horta berargumen bahwa semestinya menjadi anggota ASEAN tidak dilihat dari jumlah PDB. Syarat masuk ASEAN ialah negara yang berada di Asia Tenggara, disetujui oleh semua anggota, dan mematuhi semua aturan ASEAN.
“Negara-negara di luar lima pendiri ASEAN ketika melamar menjadi anggota tidak pernah dikenakan persyaratan soal PDB. Kenapa Timor Leste diperlakukan demikian? Sikap ini mirip dengan mentalitas Eropa Timur di masa lalu,” tutur Horta.
Ia menjelaskan, posisi Timor Leste strategis untuk penanaman modal asing. Beberapa sektor yang dinilai potensial ialah kesehatan, pendidikan, dan mode. Negara ini memiliki pertumbuhan masyarakat kelas ekonomi menengah cukup pesat dengan daya beli yang terus meningkat.
Selain itu, ada banyak kerja sama dengan Indonesia terkait pengembangan ekonomi. Perantau Indonesia ada banyak sekali di sana. Menurut Horta, setiap hari, setidaknya ada 4 juta dollar AS yang masuk ke Indonesia berkat kegiatan ekonomi para perantau di Timor Leste ini. Mereka semua bekerja, misalnya dengan menjalankan usaha-usaha kecil di bidang kuliner.
Horta mengungkapkan, salah satu topik yang dibahas saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo kemarin ialah rencana pembangunan zona Industri di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Fokus dari zona ini ialah meningkatkan kapasitas produksi dan mutu produk yang akan diekspor ke Eropa dan Amerika Serikat.
Ia juga menerangkan, indeks demokrasi Timor Leste termasuk yang terbaik. Dari segi kebabasan pers, indeksnya ialah peringkat pertama di Asia dan ke-17 di dunia. Sebagai negara demokrasi, Pemerintah Timor Leste menyadari justru kontraproduktif membatasi pers.
Persaudaraan
Ketika ditanya mengenai satu hal yang menggambarkan hubungan Timor Leste dengan Indonesia, Horta menjawab persaudaraan. Ia menjelaskan, memang ada sejarah kelam antara kedua negara. Perpisahan Timor Leste dari Indonesia pada tahun 1999 setelah referendum berbuntut kepada kekerasan. Ketika itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa di bawah tekanan negara-negara Barat meminta pembentukan pengadilan internasional untuk meminta militer Indonesia bertanggung jawab.
Namun, Timor Leste menolak, seperti yang disampaikan oleh pemimpin perjuangan mereka, Xanana Gusmao yang kemudian menjadi presiden pertama Timor Leste. Demikian pula dengan Horta. Justru, Timor Leste dan Indonesia bergandengan membentuk Komisi Pengakuan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi. Terungkap berbagai pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penghilangan nyawa setidaknya 200.000 jiwa. Berdasarkan fakta itu, kedua belah pihak memulai proses memperbaiki hubungan.
“Indonesia dan Timor Leste, mulai dari pemerintah hingga warganya, menunjukkan kebesaran jiwa. Kita tidak saling menjelek-jelekkan dan ikatan emosi antara warga kedua negara tetap erat. Kita mampu bersikap dewasa untuk tidak tenggelam di dalam dendam. Sebaliknya, kita menerima bahwa konflik sudah selesai harus diikuti dengan proses pembenahan,” papar Horta.
Seluruh presiden Indonesia tidak pernah ada yang menyebut Timor Leste dalam ucapan negatif. Sementara itu, di Timor Leste sudah menjadi tradisi bahwa setiap kali presiden yang baru terpilih, negara pertama yang ia kunjungi adalah Indonesia dan yang kedua Australia. Ini menyimbolkan kedekatan dan persaudaraan kedua bangsa.