Diembargo oleh Barat, Rusia mencari sahabat-sahabat yang lain. Kali ini, Rusia hendak mempererat hubungan dengan Iran.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
TEHERAN, SELASA — Presiden Rusia Vladimir Putin melawat ke Teheran untuk bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Mereka akan membicarakan sejumlah topik, antara lain mengenai konflik di Suriah, kerja sama ekonomi, ketahanan pangan, dan negosiasi pembukaan Laut Hitam untuk mengekspor gandum dari Ukraina yang tengah berkonflik dengan Rusia.
Putin tiba di Teheran pada Selasa (19/7/2022). Ia datang setelah beberapa hari lalu Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengunjungi Arab Saudi dan Israel yang merupakan musuh Iran. Pertemuan Biden tersebut dipenuhi lika-liku. Israel menolak mengembargo Rusia terkait invasi mereka ke Ukraina. Bagaimanapun juga, Rusia adalah teman Israel dan keberadaan Rusia di Suriah membantu Israel dari segi keamanan.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menolak meningkatkan produksi minyak. Mereka beralasan jumlah produksi sudah disepakati dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama dengan negara-negara mitra mereka yang mencakup Rusia.
Kedatangan Putin ke Iran ini penting untuk meningkatkan citranya di dalam negeri. Ia menunjukkan, di tengah sanksi dari Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, Rusia masih bisa melakukan diplomasi. Iran adalah negara yang sudah 30 tahun dijatuhi sanksi oleh Barat akibat mengembangkan program nuklir. Oleh sebab itu, Iran menjadi sahabat dan mitra yang penting bagi Rusia untuk ekonomi ataupun pertahanan.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahain mengunggah di akun Twitter miliknya bahwa Iran adalah pusat diplomasi dinamis. Selain bertemu dengan Raisi dan Erdogan, Putin juga turut dijadwalkan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameini.
”Pertemuan dengan Khamenei sangat penting. Dialog yang tepercaya telah berlangsung di antara keduanya dalam isu-isu terpenting bilateral dan agenda internasional. Dalam banyak isu, posisi kami dekat atau identik,” kata Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin.
Gedung Putih mengatakan, mereka memperoleh informasi intelijen bahwa dalam beberapa pekan terakhir sejumlah pejabat militer Rusia sudah dua kali ke Iran. Mereka menengok pabrik pembuatan pesawat nirawak. Rusia berencana membeli senjata tersebut untuk dipakai berperang melawan Ukraina.
Dilansir dari kantor berita Rusia, TASS, Penasihat Ayatollah Khameini, Kamal Kharrazi, menuturkan, pengembangan nuklir akan menjadi pembicaraan penting. Iran ditekan dengan perjanjian proliferasi nuklir, yakni Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Iran didesak agar kembali ke batas pengayaan uranium yang disepakati JCPOA, yaitu 3,67 persen.
”Iran sudah bisa mengayakan uranium hingga 60 persen. Mudah sekali bagi kami meningkatkannya menjadi 90 persen. Akan tetapi, kami belum berminat membuat bom,” kata Kharrazi.
Menurut dia, dengan semakin berdayanya Iran mengayakan uranium, segala sanksi Barat tidak akan ada pengaruhnya karena mereka harus mencari pendekatan lain dan berhenti mengisolasi Iran.
Terorisme
Agenda utama dalam pertemuan trilateral itu juga mencakup upaya mengurangi kekerasan di Suriah. Erdogan mengancam akan meluncurkan lebih banyak operasi militer untuk memperlebar zona aman hingga 30 kilometer di sepanjang perbatasan. Moskwa dan Teheran menentang rencana Turki.
”Mengelola integritas teritorial Suriah sangat penting. Serangan militer apa pun di utara Suriah sejatinya akan menghancurkan Turki, Suriah, dan seluruh kawasan, dan justru menguntungkan teroris,” ujar Khamenei kepada Erdogan.
Iran dan Rusia sama-sama mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Sementara Turki mendukung pasukan pemberontak Suriah.
Meski demikian, dalam pertemuan tiga kepala negara itu, semua bersepakat bahwa penghentian terorisme adalah hal utama. Baik Turki, Iran, maupun Rusia berkepentingan dengan munculnya kelompok-kelompok teroris di Suriah. Erdogan mengatakan, kelompok itu antara lain Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang ingin memisahkan diri.
”Mereka dicap teroris tidak hanya oleh Turki, tetapi juga oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sehingga kita semua harus memastikan tidak ada pengaruh mereka memasuki wilayah kita ataupun ke negara-negara lain,” kata Erdogan.
Turki merupakan salah satu anggota NATO. Turki memiliki hubungan yang kompleks dengan Rusia karena berkonflik untuk urusan Azerbaijan, Libya, dan Suriah. Akan tetapi, pada saat yang sama, Rusia dan Turki sama-sama memusuhi PKK dan kelompok separatis Kurdistan yang beroperasi di Suriah.
Bagi Rusia, kedekatan dengan Turki penting karena Turki bisa menjadi mediator untuk dialog damai dengan Ukraina. Selain itu, Turki bisa membantu negosiasi pembukaan koridor ekspor Laut Hitam. Saat ini, gandum dari Ukraina tertahan di pelabuhan Laut Hitam dan berakibat pada krisis pangan global. (AP/AFP/REUTERS)