Presiden Xi Jinping Dorong ”Islam Berkarakteristik China”
Presiden China Xi Jinping menjamin kebutuhan komunitas Muslim etnis Uighur. Namun, ia juga meminta agar warga Uighur tetap setia pada nilai dan tradisi budaya bangsa China dan Partai Komunis China.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
AP/XINHUA/LI XUEREN
Presiden China Xi Jinping (depan, ketiga dari kiri) berkunjung ke Grape Valley di Turpan, Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang, China barat laut, 14 Juli 2022.
BEIJING, SENIN — Praktik ajaran Islam di China harus senantiasa berorientasi pada nilai-nilai dan tradisi budaya China. Kebutuhan umat Islam dijamin dan masyarakat Muslim didorong untuk tetap seiring sejalan dengan arah kebijakan dan visi misi Partai Komunis China serta Pemerintah China.
Hal itu dikemukakan Presiden China Xi Jinping saat berkunjung ke Wilayah Otonom Uighur Xinjiang sejak Selasa hingga Jumat, pekan lalu, seperti dikutip kantor berita resmi China, Xinhua, Senin (18/7/2022). Ini merupakan kunjungan Xi ke Xinjiang yang pertama dalam 8 tahun terakhir atau setelah tahun 2014.
Xi mengatakan, untuk memastikan ”kesetiaan” komunitas Islam dan kelompok-kelompok etnis yang lain, perlu upaya mendidik dan membimbing seluruh anggota kelompok etnis. Tujuannya, untuk memperkuat identifikasi kelompok etnis dengan bangsa, budaya, dan partai.
Saat berkunjung ke Xinjiang tahun 2014, Xi menyerukan ”perjuangan habis-habisan melawan terorisme, infiltrasi, dan separatisme”. Pemerintah Xinjiang lalu meningkatkan upaya melacak, mengontrol, dan ”mendidik kembali” warga Uighur.
Selama empat hari di Xinjiang, Xi mengunjungi berbagai lokasi, termasuk perkebunan kapas dan museum. Amerika Serikat melarang impor kapas dari Xinjiang karena ada kekhawatiran akan penggunaan tenaga kerja paksa. Selama ini, AS menuding China memperlakukan komunitas Muslim Uighur di Xinjiang dengan buruk. China berulang kali membantah tuduhan AS itu.
REUTERS/THOMAS PETER
Gerbang dari apa yang secara resmi disebut sebagai pusat pendidikan keterampilan kejuruan di Xinjiang, China barat.
Kantor berita China, Xinhua, Senin (18/7/2022), menyebutkan, bagi Xi, Xinjiang menjadi wilayah paling penting dalam program pembangunan China, seperti membangun pelabuhan, kereta api, dan pembangkit tenaga listrik yang menghubungkan China dengan berbagai wilayah mulai dari Asia Tengah hingga Eropa Timur.
Xi juga meminta para pejabat di Xinjiang mendengarkan aspirasi masyarakat demi memenangkan hati rakyat dan meneguhkan persatuan. Ia menekankan akan tetap memberlakukan langkah-langkah keamanan yang dinilai penting untuk bertujuan menjaga stabilitas sosial.
”Dalam perjalanan kita menuju era yang baru, kita akan membangun Xinjiang menjadi tempat yang indah, bersatu, harmonis, dan sejahtera dengan budaya yang maju serta hidup bahagia untuk semua,” kata Xi yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Komite Pusat PKC dan Kepala Komisi Militer Pusat China itu.
Media TV China, CCTV, juga mengutip Xi yang mengatakan bahwa Xinjiang harus mempersiapkan tim perwakilan agama yang ”dapat diandalkan secara politik”. Dengan perwakilan agama itu, Xinjiang diharapkan tidak lagi menjadi tempat berkembangnya gerakan antipemerintah dan antikomunitas Han.
Pada 2018, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan ada satu juta warga komunitas Muslim Uighur yang dimasukkan ke dalam kamp untuk indoktrinasi politik. Penindasan terhadap komunitas Muslim Uighur ini menuai kecaman keras dari negara-negara di Barat.
REUTERS/THOMAS PETER
China menjelaskan, kamp ”pendidikan ulang” menyediakan pendidikan atau pelatihan kejuruan.
China awalnya menyangkal keberadaan kamp itu. Namun, mereka kemudian mengatakan, China mendirikan ”pusat pelatihan kejuruan” berasrama. Di pusat pelatihan itu, siapa saja bisa secara sukarela masuk untuk mempelajari hukum, bahasa China, dan keterampilan kejuruan. Ini demi membantu memerangi ancaman ekstremisme. Pada 2019 disebutkan pula bahwa semua peserta pelatihan sudah ”lulus”. Pemerintah Xinjiang tidak melaporkan adanya serangan kekerasan lagi sejak pusat-pusat pelatihan itu didirikan.
”Xi ke Xinjiang untuk mengecek hasil kebijakannya beberapa tahun terakhir dalam upaya menstabilkan Xinjiang dan menyimpulkan pendekatan dan strateginya untuk Xinjiang berhasil,” kata Li Mingjiang, Guru Besar Sekolah Studi Internasional Rajaratnam di Singapura.
Para kritikus menyebutkan tindakan keras China yang menempatkan ribuan orang di kamp-kamp indoktrinasi, seperti penjara, itu sebagai genosida budaya. AS dan sejumlah negara telah menjatuhkan sanksi terhadap para pejabat yang bertanggung jawab pada penindasan terhadap Uighur karena ada dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Bahkan, AS juga melarang impor kapas khusus dari wilayah Xinjiang.
Dalam kunjungannya ke Xinjiang itu, Xi bertemu dengan para pemimpin Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang (XPCC), badan supra-pemerintah yang mengoperasikan pengadilan, sekolah, dan sistem kesehatan di bawah sistem militer yang diberlakukan di Xinjiang setelah Partai Komunis China (PKC) mengambil alih kekuasaan di China pada 1949.
AP/XINHUA/XIE HUANCHI
Presiden China Xi Jinping (tengah) mengunjungi komunitas Guyuanxiang di Distrik Tianshan, Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang, China barat laut, 13 Juli 2022.
Xi, demikian sebut Xinhua, belajar mengenai sejarah XPCC dalam mengolah dan menjaga daerah perbatasan. Xinjiang berbatasan dengan Rusia, Afghanistan, dan Asia Tengah yang kerap bergejolak. Wilayah-wilayah ini yang tengah didekati China melalui pemberian insentif ekonomi dan aliansi keamanan.
Rekaman video berbagai media pemerintah menunjukkan Xi berbicara dengan para siswa, pejabat Xinjiang, serta mendengarkan pertunjukan lagu dan tarian masyarakat setempat. Kunjungan Xi ke Xinjiang ini dilakukan menjelang kongres PKC yang menurut rencana akan digelar pada November mendatang.
Ketika berkunjung ke China, Mei lalu, Komisioner Tinggi HAM PBB Michelle Bachelet mendesak China menghindari tindakan ”sewenang-wenang dan tidak pandang bulu” di Xinjiang. Namun, ia juga mengakui ada kerugian yang disebabkan ”tindakan kekerasan ekstremisme”. Bachelet menolak menyebut perjalanannya ke China saat itu sebagai ”penyelidikan”.
Pernyataan Bachelet ini dikritik para pegiat HAM dan warga Uighur yang pernah mendekam di ”pusat pelatihan”. Bachelet dituding tak berkutik dan pasrah saja pada tur keliling wilayah yang sudah diatur oleh Pemerintah China. (REUTERS/AFP/AP)