Parlemen Sri Lanka akan Pilih Pengganti Rajapaksa Pekan Depan
Parlemen Sri Lanka akan memilih presiden baru untuk menggantikan Gotabaya Rajapaksa yang melarikan diri karena tekanan massa di tengah krisis ekonomi dan politik di negara itu.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·3 menit baca
COLOMBO, JUMAT – Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe dilantik menjadi penjabat presiden, Jumat (15/7/2022), di Colombo. Peristiwa politik ini terjadi setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa mengirim surat elektronik pengunduran dirinya ke parlemen dari pelariannya di Singapura.
Kantor Perdana Menteri Sri Lanka mengatakan, Wickremesinghe dilantik sebagai presiden sementara di hadapan Hakim Agung Jayantha Jayasuriya. Jabatan Wickremesinghe sebagai Pelaksana Tugas Presiden Sri Lanka akan berjalan sampai parlemen memilih pengganti Rajapaksa dalam sepekan ke depan.
Ketua Parlemen Sri Lanka Mahinda Yapa Abeywardana mengatakan, Rajapaksa mundur dari kursi presiden efektif sejak Kamis (14/7). Rajapaksa mundur dalam pelariannya setelah protes massal berbulan-bulan menyusul krisis ekonomi terburuk di negara itu.
Di tengah krisis ekonomi dan gelombang massa yang menduduki Istana Kepresidenan dan gedung-gedung pemerintahan sejak Sabtu (9/7), Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa pada Rabu (13/7) dini hari. Ia terbang bersama istrinya, Ioma, dengan didampingi dua pengawalnya.
Di sana, Rajapaksa menginap semalam di sebuah resor mewah sebelum melanjutkan pelariannya ke Singapura. Setiba di Singapura pada Kamis (14/7) malam, menurut Abeywardana, Rajapaksa mengirim surat elektronik ke parlemen. Selanjutnya, parlemen akan bersidang pada Sabtu (16/7) untuk memilih presiden baru.
Presiden terpilih baru, Abeywardana melanjutkan, akan menjalani sisa masa jabatan Rajapaksa yang akan berakhir pada 2024. Dia memperkirakan proses pemilihan akan selesai dalam tujuh hari. Presiden baru memiliki kewenangan memilih perdana menteri baru untuk disetujui parlemen.
Abeywardana menjanjikan proses pemilihan presiden akan berlangsung cepat dan transparan. Dia meminta warga negara Sri Lanka menciptakan suasana damai. ”Itu penting demi kelancaran proses demokrasi parlemen dan memungkinkan semua anggota terlibat secara bebas dan hati-hati,” katanya.
Sementara Wickremesinghe meminta anggota parlemen bekerja menuju konsensus untuk membentuk pemerintahan semua partai di negara yang dilanda krisis itu. Dia mengharapkan dukungan luas masyarakat agar proses di parlemen dapat berjalan dengan lancar untuk kepentingan bangsa.
Massa pengunjuk rasa selama beberapa bulan terakhir menuntut dinasti Rajapaksa mundur. Mereka menganggap korupsi dan salah urus yang dilakukan dinasti itu sebagai penyebab krisis di Sri Lanka.
Mantan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed dianggap ikut terlibat dalam proses pelarian Rajapaksa. Nasheed mengatakan, Rajapaksa khawatir akan dibunuh jika tetap tinggal di Sri Lanka. ”Saya yakin Presiden tak akan mengundurkan diri jika dia masih di Sri Lanka. Namun, dia takut kehilangan nyawanya,” cuit Nasheed.
Saat ini, Rajapaksa berada di Singapura. Tidak segera jelas apakah Singapura akan menjadi tujuan akhir pelariannya. Hal yang pasti, dia berada di Singapura untuk kunjungan pribadi. Kementerian Luar Negeri Singapura mengonfirmasi telah memberinya izin untuk kunjungan pribadi. Namun, Rajapaksa tidak meminta suaka kepada Pemerintah Singapura. Sebaliknya, Pemerintah Singapura tidak memberikan suaka kepada Rajapaksa.
Dengan telah mundurnya Rajapaksa, tekanan pada Wickremesinghe meningkat. Para oposan memandang pengangkatannya sebagai perdana menteri pada Mei lalu mengurangi tekanan pada Rajapaksa untuk mundur.
Rajapaksa dinilai masyarakat luas Sri Lanka bertanggung jawab atas krisis ekonomi dan keuangan negara itu. Sri Lanka tak mampu membayar utang luar negeri senilai 51 miliar dollar AS yang jatuh tempo pada April.
Masyarakat selama berbulan-bulan kesulitan memperoleh bahan pokok, pupuk, bahan bangunan, obat-obatan, dan bahan bakar. Bahkan, selama itu terjadi pemadaman listrik secara bergilir.
Kemerosotan ekonomi Sri Lanka yang cepat mengejutkan karena ekonomi negara itu terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir dengan kelas menengah yang terus berkembang. Korupsi dan pandemi Covid-19 dilaporkan telah memperparah keadaan. Klan Rajapaksa menyangkal melakukan korupsi.
Menurut Wickremesinghe, Sri Lanka sedang mencari bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan kreditor lainnya. Namun, dengan situasi perekonomian global seperti saat ini dan situasi politik yang belum solid di Sri Lanka, hal ini tak akan mudah dicapai. (AFP/AP/REUTERS)