Penerapan Pembatasan Harga Minyak Rusia Harus Disikapi dengan Hati-hati
Negara-negara G7 tengah mendorong kesepakatan global untuk membatasi jumlah dan harga minyak Rusia di pasar global. Rencana ini harus dicermati dan disikapi dengan sangat hati-hati.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
(KYODO NEWS VIA AP)
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen (kanan) bertemu dengan Menkeu Jepang Suzuki Shunichi (kiri), Selasa (12/7/2022). Pemerintah Jepang sepakat dengan rencana AS untuk membatasi harga dan jumlah minyak Rusia di pasar internasional.
TOKYO, KAMIS – Rencana negara-negara ekonomi maju yang tergabung dalam kelompok G7 (group of seven) untuk membatasi, tidak hanya jumlah produk minyak tapi harga minyak Rusia di pasar internasional, terus dilakukan. Langkah itu diambil di tengah kekhawatiran bahwa pembatasan akan kontraproduktif dengan upaya perbaikan ekonomi dunia yang baru pulih dari pandemi. Harga energi yang sudah tinggi akibat invasi Rusia ke Ukraina telah memperlihatkan dampaknya, tidak hanya pada negara-negara pendukung para pihak berkonflik maupun global.
Upaya untuk membatasi harga dan jumlah minyak Rusia di pasar internasional tengah digalang oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen. Saat berbicara dengan Menteri Keuangan Jepang Suzuki Shunichi saat berkunjung ke Jepang, Selasa lalu, keduanya menyatakan bahwa mereka memiliki pandangan yang sama, sepakat, untuk mengeksplorasi kelayakan batas harga yang sesuai.
Dalam konferensi pers sebelum pertemuan para menteri keuangan negara-negara anggota G20 di Bali, Kamis (14/2/2022), Yellen meyakini, pemberlakuan batas harga dan jumlah pada minyak Rusia tidak hanya akan mengurangi kemampuan keuangan Kremlin untuk membiayai perang di Ukraina. Di sisi lain, Yellen meyakini bahwa pembatasan itu akan menurunkan harga minyak global.
Lebih lanjut dia menjelaskan, mereka (negara-negara pendukung pembatasan) tidak akan menutup semua pintu ekspor minyak Rusia ke pasar internasonal karena negara itu masih dapat mengekspor minyaknya dengan harga yang menguntungkan. Pada saat yang sama, negara-negara di dunia masih bisa membeli minyak Rusia dengan harga yang terjangkau. Mekanisme seperti itu, dalam pandangan Yellen, membuat Rusia masih bisa memperoleh pendapatan yang besar dari minyak sekaligus menjaga pasokan di pasar internasional.
“Kami mengusulkan pengecualian yang akan memungkinkan Rusia untuk mengekspor selama harganya tidak melebihi tingkat yang akan ditentukan,” kata Yellen. Dia menambahkan bahwa AS dan sekutu-sekutunya, yang setuju dengan pembatasan itu, akan menutup pintu ke pasar minyak internasional jika Rusia tidak menyetujui hal tersebut.
AP PHOTO/FIRDIA LISNAWATI
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen memberikan keterangan kepada media, Kamis (14/7/2022), di sela-sela penyelenggaraan pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 di Nusa Dua, Bali. Pemerintah AS tengah mendorong banyak negara untuk bersepakat dengan rencana mereka membatasi harga dan jumlah minyak Rusia di pasar internasional sebagai upaya menghentikan agresi Rusia di Ukraina.
Saat ditanya mengenai kemungkinan efek domino pembatasan minyak Rusia yang bisa merusak ekonomi dunia, Yellen mengatakan, hal itu seharusnya ditujukan pada invasi Rusia ke Ukraina. Dia menilai, agresi militer itulah yang saat ini menyebabkan efek kolateral di setiap sudut dunia.
Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo menilai rencana itu memiliki keuntungan ganda, yaitu membatasi pendapatan Rusia dari minyak dan memberikan peluang negara-negara konsumen untuk mendapatkan minyak dengan harga terjangkau. “Kami berpikir bahwa pada akhirnya negara-negara di dunia yang saat ini membeli minyak Rusia akan sangat tertarik untuk membayar sesedikit mungkin untuk produk itu,” katanya.
Adeyemo mengatakan, tanpa penetapan batas harga dan jumlah minyak Rusia yang boleh beredar di pasar internasional, ekonomi global akan memiliki risiko lebih besar, terutama potensi kenaikan harga minyak yang lebih tinggi. “Dan itu akan meningkatkan harga minyak bagi warga AS,” ujarnya.
PHOTO BY NATALIA KOLESNIKOVA / AFP)
Instalasi pengolahan minyak milik perusahaan energi Rusia Gazprom di tenggara Moskwa, Rusia, 28 April 2022. UE memutuskan menjatuhkan sanksi baru, larangan impor minyak mentah dan sulingan Rusia mulai enam bulan ke depan.
Ekonom Universitas Harvard, Jason Furman, mencuit bahwa rencana itu bisa menjadi solusi yang menguntungkan semua pihak jika berhasil dilaksanakan. “Jika rencana itu berhasil, itu akan menjadi solusi bagi para pihak, sekaligus memaksimalkan kerusakan pada msin rusia sambil meminimalisir kerusakan di seluruh dunia,” cuitnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakna, upaya G7 untuk membatasi harga dan jumlah minyak mereka di pasar internasional akan kontraproduktif dan menyebabkan melambungnya harga. "Rencana itu anti-pasar dan berisiko," katanya.
Pada saat yang sama, Zakharova menuding bahwa penyebab kenaikan harga minyak dan gas dunia adalah berkat tindakan ceroboh negara-negara barat pada sektor energi dan penjatuhan sanksi yang tak berdasar pada produsen energi besar dunia, seperti Rusia, Iran dan Venezuela.
Hati-hati
Walau rencana itu bagi beberapa negara sekutu AS menarik untuk dilakukan, sejumlah analis skeptis bahwa pembatasan harga dan jumlah minyak Rusia di pasar internasional bisa berhasil. Kekhawatiran terbesar adalah semakin terkereknya harga minyak dunia yang berujung pada memburuknya situasi ekonomi global yang telah diwarnai dengan kenaikan berbagai bahan kebutuhan pokok.
Neil Atkinson, seorang analis energi independen, dikutip dari laman CNBC mengatakan, dia tidak memahami cara kerja rencana tersebut, terutama karena kurang melibatkan konsumen utama minyak Rusia, yaitu China dan India.
GUNAWAN
infografik Kenaikan Harga Minyak Dunia di Tengah Konflik Rusia Ukraina
“Saya salah satu dari mereka yang menggaruk-garuk kepala. Sesuatu seperti ini hanya bisa berhasil jika Anda membuat semua produsen utama dan yang terpenting semua konsumen utama bekerja sama dan kemudian menemukan beberapa cara untuk menjalankan rencana apa pun yang Anda buat,” tambahnya.
China dan India, menurut Atkinson, sangat diuntungkan dengan diskon harga minyak yang diberikan Rusia, yaitu sekitar 30 dollar AS per barrel atau lebih. Dikutip dari laman Foreign Policy, penghematan yang bisa dilakukan India karena membeli minyak Rusia mencapai 27,5 juta dollar per hari atau sekitar 852 juta dollar dalam satu bulan.
“SeLama 2,5 bulan membeli minyak dengan harga diskon dari Rusia, membuat Pemerintah India bisa mengalihkan dananya untuk program subsidi makan siang bagi sekitar 120 juta siswa di seluruh negeri,” kata Charu Sudan Kasturi, seorang penulis, dikutip dari laman Foreign Policy.
Sementara itu, pendiri dan Direktur Riset Energy Aspects Amrita Sen menyatakan bahwa rencana itu kemungkinan akan gagal. “Gagasan bahwa seluruh negara di dunia berada di halaman yang sama, memiliki pemahaman dan ide yang sama dengan para pengambil kebijakan negara-negara Barat, khususnya soal keamanan energi, adalah sebuah kesalahpahaman terbesar saat ini,” katanya.
(PHOTO BY OLE BERG-RUSTEN / NTB / AFP)
Aktivis Greenpeace mencegat kapal tanker Ust Luga di Pelabuhan Aasgaardstrand, Norwegia, 25 April 2022, yang diduga mengangkut 95000 ton minyak mentah asal Rusia. Uni Eropa memutuskan untuk menjatuhkan sanksi baru berupa larangan impor minyak Rusia,, baik mentah maupun sulingan. (Photo by Ole Berg-Rusten / NTB / AFP)
David Wessel, peneliti senior di Institut Brookings yang berbasis di Washington mengatakan, rencana itu perlu dipikirkan secara matang, terutama jika menggandeng lembaga asuransi logistik, perkapalan, yang 85 persen dikuasai oleh perusahaan-perusahaan Eropa. Di satu sisi, menurut dia, ketiadaan perusahaan asuransi yang memungkinkan perusahaan pengangkutan membawa minyak Rusia ke pasar internasional atau langsung ke konsumen, akan merugikan Rusia dan membuatnya mengurangi ekspor minyaknya.
“Tapi, akibat pembatasan pasokan minyak ke pasar dunia, hal itu akan mendorong harga lebih tinggi dari yang sudah ada. Harga patokan Brent sudah di atas 100 dollar per barrel pada awal Juli. Analais di Barclays menyebut gangguan ekspor minyak mentah bisa mendorong harga minyak di atas 200 dollar AS per barrel,” kata Wessel.
Wessel meyakini, jika pembatasan harga dan jumlah minyak Rusia di pasar internasional melibatkan industri asuransi dunia, kemungkinan besar terjadi resesi ekonomi dunia sangat terbuka. (AP/Reuters)