Twitter Inc menggugat Elon Musk ke pengadilan dan mendesaknya agar pembelian tetap dilakukan. Sejumlah bukti yang diperkirakan memperkuat argumen Twitter telah diajukan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Twitter Inc menggugat Elon Musk. Perusahaan itu mencoba memaksa Musk menuntaskan pembelian senilai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 632 triliun yang telah disepakati bersama pada pekan ketiga April lalu. Twitter menyebut tindakan Musk aneh dan beritikad buruk yang telah menyebabkan kerusakan sistemik, malapetaka, dan nilai saham perusahaan yang susah diperbaiki bagi platform media sosial itu.
Gugatan telah didaftarkan ke Delaware Court of Chancery yang sering menangani perselisihan bisnis banyak perusahaan di Amerika Serikat, Selasa (12/7/2022). Saham Twitter ditutup pada 34,06 dollar AS per lembar saat akhir perdagangan pada Selasa, naik sekitar 4,3 persen. Namun, harga ini jauh di bawah harga saham pada saat kesepakatan akusisi terjadi, yang mencapai 54,20 dollar AS per lembar.
Gugatan Twitter dibuka dengan tuduhan tajam. ”Musk menolak untuk menghormati kewajibannya kepada Twitter dan pemegang sahamnya karena kesepakatan yang dia tandatangani tidak lagi melayani kepentingan pribadinya,” sebut gugatan itu.
Twitter menuding Musk menganggap akusisi perusahaan dengan nilai besar itu sebagai ajang untuk mendapatkan perhatian. Ini sejatinya berdampak pada orang-orang yang menjalankan perusahaan tersebut. ”Setelah membuat akusisi menjadi tontonan publik dan membuat Twitter berada di panggung, setelah mengusulkan dan kemudian menandatangani perjanjian akusisi yang ramah penjual, Musk tampaknya percaya bahwa dia– tidak seperti setiap pihak lain yang tunduk pada undang-undang kontrak Delaware–bebas untuk berubah pikiran, membuang perusahaan, mengganggu operasional, menghancurkan nilai pemegang saham, dan pergi,” sebut gugatan itu.
Dalam gugatan itu juga disebutkan daftar panjang berbagai pelanggaran perjanjian akusisi yang dilakukan Musk. Pelanggaran itu telah menyebabkan kekacauan di dalam perusahaan, termasuk semakin banyaknya karyawan yang diberhentikan sejak kesepakatan terjadi. Tidak hanya itu, Twitter juga menuduh Musk telah membeli dan mengumpulkan saham perusahaan secara diam-diam tanpa mengungkapkan akusisi substansialnya kepada regulator.
Twitter dalam gugatannya berulang kali mengutip keinginan Musk untuk mulai membuat platform media sosial yang mirip dengan Twitter. Opsi ini tidak jarang dia sampaikan ke publik dan kepada para petinggi serta anggota dewan perusahaan. Itu sebabnya perusahaan memilih tidak mengungkapkan seluruh data akun bot dan akun spam karena dikhawatirkan akan merugikan perusahaan meski Musk pembeli potensial.
Twitter juga menyebut salah satu alasan yang diduga membuat Musk urung bahkan batal mengakusisi perusahaan itu karena anjloknya nilai saham Tesla, perusahaan kendaraan listrik yang didirikannya. Saham Tesla, sumber utama kekayaan Musk, telah kehilangan sekitar 30 persen nilainya sejak kesepakatan itu diumumkan dan ditutup pada Selasa dengan harga 699,21 dollar AS per lembar.
Saat gugatan didaftarkan, Musk mencuit melalui akun Twitter miliknya. ”Oh ironi lol (laughing out loud atau tertawa terbahak-bahak).”
Seusai membaca isi gugatan, profesor hukum di Universitas Boston, Brian Quinn, mengatakan, argumen dan bukti yang dikemukakan manajemen Twitter sangat meyakinkan dan kemungkinan akan diterima oleh pengadilan Delaware. Pengadilan ini dikenal tidak terlalu ramah kepada para miliuner pembeli perusahaan teknologi dan memiliki penasihat hukum dengan gaji selangit.
”Mereka membuat argumen yang sangat kuat bahwa ini hanya penyesalan pembeli. Anda harus menelan pernyataan Anda di pengadilan Delaware. Tampaknya pengadilan akan berpihak kepada Twitter,” kata Quinn.
Kejutan terbesar bagi Quinn adalah banyaknya bukti yang dimiliki Twitter, terutama komunikasi antara Musk dan manajemen soal hubungan industrial perusahaan- karyawan serta cuitan-cuitan miliuner itu sendiri yang menolak mundur. ”Mereka (manajemen Twitter) menyusun banyak cuitan Musk, yang menjadi bumerang bagi dirinya sendiri,” kata ujar Quinn.
Analis Wedbush Securities, Daniel Ives, mengatakan agar Musk membayar biaya perpisahan senilai 1 miliar dollar AS dibandingkan harus mengeluarkan 44 miliar dollar AS untuk mengakusisi perusahaan yang tidak cocok dengannya. ”Namun, tampaknya sangat tidak mungkin. Twitter sebagai fidusia jelas ingin menegakkan kesepakatan yang ingin dibatalkan Musk. Ini seperti membeli rumah yang tidak Anda inginkan,” katanya. (AP/REUTERS)