Sehari setelah Pertemuan Para Menteri Luar Negeri G20, Amerika Serikat dan China menggelar pertemuan bilateral tingkat menteri luar negeri. Pertemuan berlangsung di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (9/7/2022)
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·3 menit baca
NUSA DUA KOMPAS – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri China Wangi Yi menggelar pertemuan bilateral di salah satu hotel di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (9/7/2022). Pertemuan berlangsung mulai pagi dan dijadwalkan selesai siang.
Pada saat berita ini diturunkan sekitar pukul 11.30 WITA, acara masih berlangsung. Pertemuan di antara dua adidaya yang tengah berkompetisi sengit ini tertutup untuk media massa.
Sejauh ini, tidak ada jadwal konferensi pers dari Kementerian Luar Negeri China. Sebaliknya, Departemen Luar Negeri AS mengagendakan konferensi pers usai acara.
Melalui Kedutaan Besar AS di Indonesia, Departemen Luar Negeri AS menginformasikan rencana Blinken memberikan keterangan pers kepada wartawan dalam negeri. Waktunya kira-kira siang menjelang sore. Konferensi pers itu tidak semata soal bilateral AS-China tetapi juga sejumlah isu lain, termasuk hubungan Indonesia-AS.
Pertemuan bilateral antara Blinken dan Wang di Bali tersebut menjadi forum bilateral pertama antara keduanya sejak Oktober 2021. Di samping perang dagang, ketegangan antara AS dan China yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir juga menyangkut isu keamanan terkait Taiwan dan Laut China selatan.
Pertemuan itu sekaligus menjadi bagian penting dalam rencana pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jin Ping dalam beberapa minggu mendatang. Xi belum pernah melakukan perjalanan luar negeri sejak pandemi Covid-19. Sementara Biden beberapa kali telah melakukan kunjungan luar negeri. Di antaranya ke Eropa, Timur Tengah, dan Asia.
Mengutip media milik Partai Komunis China, China Daily, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian pada Selasa (5/7), menyatakan, Blinken dan Wang akan bertukar pandangan tentang hubungan AS-China mutakhir. Selain itu, keduanya juga akan berdiskusi tentang isu-isu internasional dan regional.
Sementara sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, diplomat top AS untuk Asia Timur, Daniel Kritenbrink, berharap pertemuan itu bisa membawa hasil positif untuk hubungan kedua negara.
”Saya perkirakan pembicaraan bisa mendiskusikan batasan-batasan dalam hubungan (AS-China) sehingga persaingan kami (AS-China) tidak melebar sampai menjadi salah perhitungan atau konfrontasi. AS juga tetap berkomitmen mengeksplorasi bidang-bidang kerja sama yang potensial sesuai kepentingan nasional kami,” katanya.
Persaingan antara AS-China menjadi lakon utama dalam politik internasional sejak minimal lima tahun terakhir. Ini terjadi seiring tumbuhnya China sebagai kekuatan ekonomi global baru. AS selaku adidaya tunggal dalam beberapa dekade terakhir, berkepentingan menjaga hegemoni globalnya.
Oleh karena itu, AS berkepentingan membendung perkembangan pengaruh global China yang kian membesar. Hal ini dilakukan melalui berbagai bidang, mulai ekonomi, politik, sampai keamanan. Sebaliknya, China berkepentingan memperbesar dan memperluas pengaruhnya secara global.
Persaingan dua adidaya ini berdampak luas ke berbagai negara, terutama di kawasan Indo-Pasifik. Sebab, besarnya ekonomi kedua negara berjejaring luas dengan berbagai negara di dunia.
Sejumlah pakar memperkirakan bahwa persaingan AS-China akan mewarnai arus utama politik internasional dalam setidaknya sepuluh tahun mendatang. Episentrum persaingannya di Indo-Pasifik dengan beberapa titik panas, seperti Taiwan, Hong Kong, dan Kepulauan Senkaku atau Kepulauan Diaoyu.
Sengketa China dengan beberapa negara di Laut China Selatan juga menjadi titik panas. Bahkan persaingan AS-China meluas hingga negara-negara kepulauan di Pasifik selatan. Kedua adidaya berebut pengaruh di negara-negara tersebut. (LAS)