Menjelang Pertemuan Para Menteri Luar Negeri G20 di Bali, Kementerian Luar Negeri Indonesia menggelar tiga pertemuan bilateral, Rabu (6/7/2022). Mitra pertemuan meliputi Uni Eropa, Argentina, dan Senegal.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·3 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS – Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi memulai sejumlah pertemuan bilateral menjelang Pertemuan Para Menteri Luar Negeri G20, 7-8 Juli, di Nusa Dua, Kabupaten Badung Bali. Pada Rabu (6/7/2022), Retno bertemu perwakilan dari Uni Eropa, Argentina, dan Senegal.
Mengutip siaran pers Kementerian Luar Negeri Indonesia, Retno menggelar pertemuan bilateral dengan High Representative of the Union For Foreign Affairs and Security Policy (HR/VP) Uni Eropa, Josep Borrell Fontelles. Dalam kesempatan itu, Retno menyampaikan apresiasi atas kehadiran Borrel untuk Pertemuan Para Menteri Luar Negeri G20 di tengah situasi dunia yang penuh tantangan.
Borrel menghargai kepemimpinan Indonesia dalam G20 dan mengapresiasi cara Indonesia mengelola kepemimpinannya ditengah situasi sulit ini. Borrel juga menyampaikan dukungan kuat terhadap presidensi Indonesia di G20.
Dalam pertemuan itu, Retno dan Borrel membahas mengenai situasi di Ukraina, termasuk masalah rantai pasok pangan dan pupuk. Pertemuan bilateral keduanya dilakukan terakhir pada Juni di Brussels.
Berikutnya, Retno bertemu Menteri Luar Negeri Argentina, Santiago Cafiero. Kedua menteri luar negeri menandatangani Nota Kesepahaman tentang perpanjangan Forum Konsultasi Bilateral yang membahas upaya peningkatan kerja sama kedua negara di berbagai bidang.
Keduanya juga sepakat meningkatkan kerja sama di bidang pertanian dan energi. Cafiero menyatakan minat perusahaan Argentina untuk berpartisipasi dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Negara baru.
Cafiero menyatakan minat perusahaan Argentina untuk berpartisipasi dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Negara baru.
Retno dan Cafiero juga membahas perkembangan terkini di Ukraina dan dampaknya terhadap rantai pasok pangan global, terutama bagi negara-negara berkembang. Keduanya sepakat bahwa penting bagi negara-negara berkembang untuk terus menyuarakan pentingnya perang dapat segera diakhiri.
Masih mengutip siaran pers Kementerian Luar Negeri Indonesia, Retno juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Senegal, Aissata Tall Sall. Saal hadir pada Pertemuan Menlu G20 dalam kapasitas sebagai Ketua Uni Afrika.
Sall menyampaikan apresiasi terhadap Indonesia sebagai Presiden G20 pertama yang mengundang kehadiran Uni Afrika dalam pertemuan G20. Terkait kerja sama bilateral, Retno dan Sall telah menandatangani Nota Kesepahaman Konsultasi Diplomatik yang akan menjadi forum pembahasan peningkatan kerja sama bilateral di berbagai bidang.
Kedua menteri luar negeri juga menyepakati secara prinsip rezim bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dinas. Retno menyampaikan permintaan agar Indonesia dikeluarkan dari klasifikasi C System Visa Senegal. Alasannya, kebijakan itu sangat tidak sesuai dengan kondisi Indonesia.
Sall sepakat bahwa kebijakan visa Senegal terhadap Indonesia sudah tidak sesuai dengan situasi Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan otoritas di Senegal untuk meninjau ulang kebijakan tersebut.
Selain isu bilateral, situasi terkini di Ukraina juga menjadi tema pembicaraan. Kedua menteri luar negeri memiliki kesamaan pandangan mengenai pentingnya menyatukan suara negara-negara berkembang dalam upaya menghentikan perang.