Penembakan Massal Nodai Hari Kemerdekaan AS
Serangan bersenjata di Amerika Serikat, yaitu penembakan massal, terjadi lagi. Ironisnya pada hari kemerdekaan negara tersebut.
CHICAGO, SELASA — Perayaan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat berakhir tragis, antara lain, di Chicago dan Philadelphia. Terjadi peristiwa penembakan yang menewaskan sejumlah orang. Pengendalian peredaran dan penggunaan senjata api merupakan momok besar di negara tersebut.
Kemeriahan dan sukacita mendadak tercerabut di Highland Park, sebuah daerah suburban di kota Chicago, Negara Bagian Illinois. Pada Selasa (4/7/2022), warga sedang menikmati festival Hari Kemerdekaan AS. Sudah menjadi tradisi di negara tersebut hari kemerdekaan diperingati dengan acara arak-arakan, konser musik, dan pesta kembang api.
Baca juga: Penembakan Massal di Gereja Alabama
Sara Hainsfurther, warga Highland Park yang berada di lokasi kejadian, menceritakan, ketika itu suasana tengah ramai. Hari masih pagi, pukul 10.15. Parade baru selesai di jalanan. Tiba-tiba, terdengar suara letupan berturut-turut.
Hainsfurther heran karena mengira pesta kembang api telah dimulai, padahal masih pagi. Ia mendongak, tetapi di langit tidak ada kembang api. ”Suara letupan itu tidak juga berhenti. Baru saya menyadari kalau itu suara tembakan,” katanya.
Ia segera merangkul anggota keluarganya. Sambil membungkuk, mereka berusaha melarikan diri dari lokasi. Hainsfurther menggambarkan kepanikan ketika para pengunjung acara lari bercerabutan. Mereka saling mendesak dan menindih. Ada sejumlah orang yang terjatuh dan terinjak-injak.
Polisi segera mengamankan tempat kejadian. Menurut keterangan resmi Kepolisian Chicago, penembak beraksi dari atap salah satu gedung. Akibat perbuatan itu, enam orang tewas dan 36 orang luka-luka. Mereka telah menangkap seorang laki-laki berusia 22 tahun bernama Robert Crimo yang saat ini berstatus sebagai tersangka.
Baca juga: Teror Senjata Api Merambah Philadelphia
Kepala Koroner Lake County Jennifer Banek mengatakan, lima korban tewas adalah orang dewasa. Salah satunya ialah Roberto Velasco, seorang pejabat Pemerintah Meksiko yang merupakan direktur urusan Amerika Utara. Satu korban tewas lagi belum dibuka identitasnya.
Para korban luka-luka dilarikan ke Rumah Sakit North Shore. Menurut keterangan humas rumah sakit, rentang usia mereka yang terkena peluru ini adalah 8-85 tahun. Ada lima anak yang terluka.
Sementara itu, di kota Philadelphia, Negara Bagian Pennsylvania, juga terjadi penembakan menjelang pesta kembang api di Taman Benjamin Franklin pada pukul 21.45. Dua petugas polisi tertembak. Mereka dilarikan ke rumah sakit dan sekarang sudah dibolehkan pulang.
Baca juga: Senjata Merupakan Simbol Status Sosial bagi Kulit Putih
Media lokal Philadelphia, KYW, mengatakan bahwa ada 100.000 lebih pengunjung festival di Taman Benjamin Franklin. Mereka semua berhamburan ketika mendengar suara tembakan. Akibat kasus-kasus ini, Chicago dan Philadelphia membatalkan perayaan hari kemerdekaan di lokasi-lokasi lain.
Penyakit
Gubernur Illinois JB Pritzker dalam jumpa pers menyampaikan rasa frustrasinya. Pritzker adalah salah satu politikus AS yang mendukung pengurangan penjualan dan pengendalian ketat senjata api.
”Menyedihkan sekali ulang tahun bangsa kita dilukai wabah khas masyarakat AS. Saya marah karena hari kemerdekaan adalah perayaan satu kali dalam setahun, tetapi penembakan massal ini malah menjadi tragedi mingguan,” ujar Pritzker.
Presiden AS Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris yang sedang melakukan aktivitas terpisah sama-sama menyampaikan kesedihan mereka. Keduanya juga mengatakan menurunkan aparat penegak hukum federal untuk membantu aparat penegak hukum Chicago dan Illinois melakukan penyelidikan.
”Kita harus serius menangani peredaran senjata api karena bukti-bukti kasus penembakan yang semakin sering terjadi,” kata Harris, dikutip oleh ABC News.
Baca juga: Mengapa AS Jadi Endemi Kekerasan Senjata Api?
AS belum selesai berduka dari serentetan kasus penembakan massal. Bulan Juni, negara itu dikejutkan oleh penembakan di SD Robb di Uvalde, Texas. Sebanyak 29 guru dan murid tewas. Sebelumnya, ada penembakan di Buffalo, New York, yang menewaskan 18 orang.
Masyarakat dan sejumlah politisi mendesak agar ada hukum federal yang secara ketat mengatur peredaran senjata api. Negara-negara bagian yang dikuasai Partai Demokrat seperti New York dan California berinisiatif membuat peraturan daerah melarang peredaran senjata api.
Namun, semuanya buyar ketika pekan lalu Mahkamah Agung AS mengeluarkan putusan bahwa berbagai peraturan daerah soal pengendalian senjata api itu tidak sah dan harus dibatalkan. Mereka melandasi keputusan dari Pasal 2 Undang-Undang Dasar AS yang menyatakan bahwa warga sipil diperkenankan membawa senjata api untuk melindungi diri.
Pada bulan Mei, Yahoo News bekerja sama dengan lembaga survey YouGov melakukan jajak pendapat atas 1.573 warga dewasa. Mereka yang dipilih sebagian berafiliasi dengan konsep politik demokrasi liberal dan sisanya adalah berhaluan republik, terutama pendukung mantan Presiden Donald Trump. Terungkap, 1 dari 5 responden menganggap penembakan massal adalah fakta yang harus diterima oleh masyarakat AS karena merupakan bagian dari demokrasi dan aturannya tertera dalam UUD.
Pakar kebijakan publik Universitas Indiana, Pierre Atlas, menulis di majalah The Conversation. Ia menerangkan, obsesi AS terhadap senjata api ini ialah romantisisme dari zaman koboi. Zaman dulu, senjata api adalah kebutuhan. Akan tetapi, masyarakat melupakan bahwa di zaman ”Daerah Barat yang Liar” atau Wild West, aturan pemakaian senjata api sangat ketat.
”Warga sipil tidak boleh menyembunyikan senjata api miliknya. Semua harus tercatat oleh penegak hukum setempat. Bahkan, di Wild West ini ada banyak catatan sejarah menunjukkan orang-orang yang melanggar aturan ditindak tegas,” tutur Atlas.
Baca juga: Negeri Koboi Kembali Diguncang Tragedi Penembakan Massal
Ia mengutip penelitian sejarawan Pamela Haag bahwa sejatinya walaupun warga zaman Wild West menenteng senjata api, baku tembak seperti di film-film koboi sangat jarang terjadi. Setelah Perang Saudara AS berakhir di 1865, AS memulai babak baru industrialisasi. Di kala ini, keadaan relatif stabil dan senjata api sebenarnya tidak lagi dibutuhkan.
Haag menulis, perusahaan pembuat senjata api Colt serta Winchester kemudian memakai taktik baru untuk menjual produk mereka. Senjata api dikemas dalam narasi romantisisme masa-masa liar. Pemilik senjata api akan tampak lebih tangguh, berwibawa, dan berjiwa petualang seperti citra para koboi masa lampau.
Akan tetapi, pada saat yang sama, pemahaman masyarakat AS mengenai konteks senjata api bagi budaya Wild West beserta aturan yang mendampinginya luntur. Akibatnya, tampak hingga zaman sekarang. Senjata api menjadi simbol kemerdekaan dan hak individu warga AS yang jika dilarang atau diperketat dianggap sebagai serangan terhadap nilai-nilai demokrasi itu sendiri.
Pemujaan senjata api ini menjadi tak terkendali. Senator dari Negara Bagian Georgia, Marjorie Taylor Greene, seperti dikutip oleh Newsweek dalam jumpa pers terkait penembakan di SD Robb malah mengatakan gagasan bahwa semestinya para guru sekolah dilengkapi dengan pistol agar bisa balas menembak. Dilansir dari NBC, Direktur Ekskutif Asosiasi Senjata Api Nasional (NRA) Wayne LaPierre bersikukuh mengatakan bahwa yang bisa menghentikan penjahat bersenapan adalah orang baik bersenapan. (Reuters/AP)