Pasukan Ukraina harus mundur dari kota Lysychansk dan mengakui keunggulan militer Rusia di wilayah itu. Jatuhnya Lysychansk membuat Rusia diyakini bisa mendikte jalannya perang ke depan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
KYIV, SENIN– Militer Ukraina terpukul setelah kota Lysychansk jatuh ke tangan militer Rusia, Minggu (3/7/2022), dan membuat mereka harus meninggalkan kota tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertekad untuk kembali merebut kota penting di timur Ukraina itu bila bantuan persenjataan dari sekutu Barat tiba.
Pernyataan militer Ukraina yang disampaikan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Ukraina Letnan Jenderal Serhiy Shaptala, Minggu, memastikan mundurnya militer Ukraina dari wilayah tersebut. ”Setelah bertempur hebat untuk mempertahankan Lysychansk, kami dipaksa mundur dari wilayah tersebut,” katanya.
Dia menyatakan, untuk saat ini, pasukannya harus mengakui keunggulan peralatan tempur militer dan jumlah personel Rusia. Dalam kalkulasinya, bila upaya untuk mempertahankan Lysychansk diteruskan, akan memberi dampak yang lebih fatal, tidak hanya bagi pasukan Ukraina, tetapi juga warga yang masih berada di dalam wilayah tersebut. ”Keputusan untuk mundur akhirnya diambil,” kata Shaptala.
Penarikan mundur pasukan Ukraina setelah pertempuran sengit selama beberapa minggu terakhir untuk mempertahankan Lysychansk menjadi terobosan terbaru bagi militer Rusia. Rusia menggunakan hasil tersebut untuk mengklaim upaya membebaskan Luhansk, yang disebut Rusia menjadi dasar agresi militernya ke Ukraina akhir Februari lalu, berhasil. Bagi Rusia, jatuhhnya Lysychansk menandai kemenangan dan pembebasan Luhansk dari ”penjajahan” Ukraina.
Lysychansk adalah kota besar terakhir di Luhansk di wilayah Donbas, Ukraina timur, yang masih berada di tangan Ukraina. Sebelumnya kota tetangga, Sievierodonetsk, juga telah dikuasai Rusia. Mundurnya militer Ukraina dari Lysychansk membuat Rusia diperkirakan menguasai separuh dari wilayah Donetsk. Mundurnya Ukraina juga membuat jalan bagi militer Rusia merangsek ke Kramatorsk dan Sloviansk menjadi terbuka.
Sejumlah ahli militer memperkirakan, jika Rusia menguasai seluruh wilayah Donbas, Ukraina tidak hanya akan kehilangan wilayahnya, tetapi juga sebagian besar kekuatan militernya. Hal ini membuat Kremlin diperkirakan akan memanfaatkan ”penguasaannya” atas wilayah-wilayah tersebut untuk mendikte kemauannya pada Pemerintah Ukraina.
Dalam pidato pada Minggu malam, Zelenskyy bersumpah Ukraina akan terus berjuang. Dirinya memastikan pasukan Ukraina memiliki perlengkapan serta senjata paling modern untuk menghadapi Rusia. Dia mengutip keberhasilan pasukannya dalam merebut kembali wilayah lain. ”Akan ada hari ketika kita akan mengatakan hal yang sama tentang Donbas. Kami akan membangun kembali tembok, kami akan memenangi kembali tanah, dan orang-orang harus dilindungi di atas segalanya,” katanya.
Seusai merebut Lysychansk, militer Rusia tidak berhenti dan terus berupaya untuk menguasai kota-kota di sekitarnya. Di Sloviansk, militer Rusia membombardir kota tersebut dengan artileri berat dan mengakibatkan setidaknya enam orang tewas, termasuk seorang anak berusia 9 tahun, serta puluhan warga lain terluka.
Situasi serupa juga terjadi di kota Siversk, 30 kilometer sebelah barat Lysychansk. Warga mengalami serangan sepanjang malam. ”Serangan itu sangat kuat. Mereka menembak dari semua sisi,” kata seorang perempuan yang berlindung di ruang bawah tanah.
Di tengah kabar kejatuhan Lysychansk, militer Ukraina dikabarkan memenangi pertempuran di kota Melitopol setelah mereka berhasil menghentikan aksi di sebuah pangkalan militer Rusia. Serangan Angkatan Udara Ukraina juga dikabarkan menghancurkan dua depot amunisi. ”Kota Melitopol diselimuti asap,” kata Wali Kota Ivan Fedorov yang tengah berada di pengasingan.
Pembangunan kembali
Sejumlah pemimpin negara dan organisasi internasional kini berkumpul di kota Lugano, Swiss, untuk membicarakan tentang pembangunan kembali Ukraina pascaperang. Peta jalan rekonstruksi Ukraina diperlukan untuk membangun kembali negara tersebut yang diperkirakan akan menelan biaya ratusan miliar dollar AS.
Salah satu negara yang memastikan diri ikut serta dalam proses rekonstruksi itu adalah Inggris. Menteri Luar Negeri Inggris Liz Struss memastikan negaranya akan memberikan dukungan jangka panjang bagi rekonstruksi Ukraina pascaperang.
Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Inggris, Truss, dalam konferensi itu, akan menyatakan, pemulihan Ukraina akan menjadi simbol kekuatan demokrasi atas kekuatan otoriter. ”Ini akan menunjukkan kepada (Presiden Rusia Vladimir) Putin bahwa upayanya untuk menghancurkan Ukraina hanya menghasilkan negara yang lebih kuat, lebih makmur, dan lebih bersatu,” kata Truss.
Dia menambahkan, Inggris akan tetap mendukung integritas teritorial Ukraina dan tetap akan mendampingi hingga negara itu muncul sebagai negara demokrasi yang kuat.
Atas permintaan Zelenskyy, Inggris akan mendukung pemulihan ibu kota Ukraina dan wilayah sekitarnya, kata Kementerian Luar Negeri Inggris. Truss akan mengumumkan rencana untuk menjadi tuan rumah konferensi pemulihan tahun depan, mendirikan kantor di London untuk membantu mengoordinasikan proses pemulihan yang dipimpin Ukraina. (AP/AFP)