Demi Kemurahan Alam bagi Rakyatnya, Wali Kota di Meksiko Menikahi Buaya
Wali Kota Victor Hugo Sosa, yang jadi pengantin laki-laki, dalam upacara perkawinan itu memondong dan mencium mulut pasangannya, "pengantin perempuan". Bukan manusia, tetapi seekor buaya.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
SUPRIYANTO
Ilustrasi
San Pedro Huamelula
Wali Kota San Pedro Huamelula, Meksiko, Victor Hugo Sosa, Kamis (30/6/2022), menikah dengan seekor buaya betina berumur tujuh tahun dalam upacara tradisional. Seperti layaknya pengantin, buaya—selaku mempelai perempuan—didandani dengan gaun putih dan mengenakan mahkota pengantin.
Buaya itu dibopong memasuki lokasi pernikahan, diiringi tiupan terompet dan tabuhan drum. Sosa, wali kota yang jadi pengantin laki-laki, memondong buaya itu dan mencium mulutnya. Jangan membayangkan ciuman mereka seperti pengantin manusia. Mulut sang buaya diikat dengan tali agar tidak menggigit.
Ritual pernikahan manusia dan buaya ini diperkirakan sudah jadi tradisi sejak berabad-abad silam pada masa pra-Hispanic dalam komunitas adat Chontal dan Huave di Negara Bagian Oaxaca. Jangan bertanya, apakah setelah menikah keduanya akan berbulan madu? Menurut adat setempat, tujuan pernikahan itu adalah untuk berdoa dan memohon berkah pada alam.
”Kami meminta kemurahan alam agar cukup hujan, cukup makanan, agar kami memiliki ikan di sungai,” kata Hugo, wali kota yang memimpin kawasan nelayan di Oaxaca, wilayah Pantai Pasifik.
Buaya dianggap menyimbolkan ibu pertiwi. Pernikahan pemimpin dengan ibu pertiwi dianggap sebagai simbol penyatuan manusia dengan Sang Pencipta.
Oaxaca berlokasi di daerah miskin bagian selatan Meksiko. Meski begitu, wilayah itu kaya dengan upacara adat budaya. Masih banyak penduduk di sana yang berupaya mempertahankan bahasa dan tradisi mereka. Adat pernikahan ini diakui sudah mendapat pengaruh agama Katolik. Ini terlihat dari cara mereka mendandani si buaya dengan gaun pengantin putih.
”Sungguh menggembirakan dan membuat saya bangga akan asal usul dan tradisi,” kata Elia Edith Aguilar, penyelenggara pernikahan tersebut.
Ia merasa istimewa karena dipercaya menyelenggarakan upacara itu. Ia menghabiskan waktu cukup lama untuk menyiapkan gaun pengantin yang dipakai oleh mempelai wanita—si buaya. (REUTERS)