Anak-anak Turut Jadi Korban Rudal
Gempuran Rusia atas berbagai posisi Ukraina di wilayah timur negeri itu belum kunjung mereda. Dalam sejumlah serangan, anak-anak turut menjadi korban.
KYIV, KOMPAS - Rudal Rusia meledakkan dua lokasi di Serhiivka, Odesa, pada Jumat (1/7/2022) dini hari. Paling tidak dua anak tewas dan lima lagi belum diketahui nasibnya selepas serangan itu. Adapun lima anak lain cedera dalam serangan tersebut.
Angkatan Udara Ukraina menyebut, tiga rudal X-22 dilepaskan Rusia dari pesawat Tu-22 yang terbang di Laut Hitam. Semua rudal diarahkan ke Distrik Bilhorod-Dnistrovskyi yang wilayahnya termasuk Desa Serhiivka. Desa itu terletak 55 kilometer di barat laut pusat kota Odesa.
Wali Kota Odesa Gennady Trukhanov menyebut, sedikitnya 18 orang dipastikan tewas dalam insiden itu. Di antara korban tewas ada dua anak- anak. ”Belasan orang terluka,” ujarnya.
Ia khawatir, jumlah korban tewas terus bertambah. Sebab, petugas menerima data sejumlah orang yang belum diketahui nasibnya. Sampai Jumat sore waktu setempat, pencarian di antara reruntuhan terus dilakukan.
Rudal mengenai rumah susun sembilan lantai dan tempat rekreasi di desa itu. Dari reruntuhan rumah susun, petugas mengeluarkan total 40 orang. Sayangnya, 16 di antaranya ditemukan dalam kondisi tewas. Sementara 34 lain, termasuk lima anak, cedera. Petugas masih berusaha menyelamatkan delapan orang dari reruntuhan bangunan itu. Di antara mereka terdapat tiga anak yang belum bisa dipastikan nasibnya.
Adapun di tempat rekreasi, dua orang tewas dan salah satunya anak-anak. Petugas juga mendapat data ada dua anak lain belum ditemukan di tempat yang hancur setelah terkena rudal Rusia tersebut.
Baca juga: Setangkai Bunga dan Romantisisme di Tengah Perang Ukraina-Rusia
Dalam sepekan terakhir, sudah dua anak tewas akibat serangan Rusia. Sebelum di Odesa, seorang anak tewas setelah rudal Rusia menghantam rumah susun dan dua taman kanak-kanak di Kyiv pada Minggu (26/6). Di seberang rumah susun itu terdapat pabrik perakitan kendaraan.
Adapun pada Senin (27/6), Rusia menembakkan rudal Kh-22 ke Kremenchuk, Poltava. Salah satu rudal menghantam pusat perbelanjaan Amstor. Sementara rudal lain menghantam pabrik suku cadang kendaraan. Akibat serangan di Kremenchuk, 20 orang tewas. Pencarian korban terus dilakukan. Hingga Jumat (1/7), petugas terus menemukan potongan tubuh di antara reruntuhan. Sampai sekarang, belum ada informasi soal anak-anak yang menjadi korban dalam serangan di Kremenchuk.
Dalam pernyataan pada 24 Juni 2022, Kejaksaan Agung Ukraina menyebut 338 anak tewas dan 610 lain cedera sejak perang meletus. Korban terbanyak, 335 anak, tercatat di Donetsk. Provinsi itu antara lain membawahi Mariupol, Horvlika, Slovyanks, dan Kramatorsk.
Serangan Gencar
Dalam pernyataan pada 1 Juli 2022, Kantor Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina menyebut bahwa Rusia menggencarkan serangan ke Kramatorks dan Slovyanks. ”Di palagan Slovyanks, pasukan musuh terus bertahan, menata kekuatan, dan memperbaiki posisi taktis. Penyerbu menembakkan artileri ke Dolyna, Mazanivka, Dibrivne, Grushuvakha, Adamivka, Husarivka, dan Ivanivka,” kata juru bicara kantor itu, Oleksandr Shtupun.
Baca juga: Tabah dan Teladan di Okhtyrka
Ia juga menyebut pasukan Rusia berusaha mengepung pasukan Ukraina di Lysychanks. Kota itu merupakan daerah besar terakhir di Provinsi Luhanks yang belum diduduki Rusia. Tetangga Lysychanks, Sievierodonetsk, sudah diduduki Rusia sejak 24 Juni 2022.
”Mereka mencoba menguasai Luhanks sepenuhnya. Mereka menyerang dan menghadang pasokan logistik ke pasukan,” ujar Shtupun.
Penguasa Darurat Militer Luhanks Sergei Gaidai mengatakan, kilang minyak Lysyschanks menjadi sasaran serangan Rusia. Pasukan Rusia kini juga menguasai sebagian kompleks kilang itu. ”Jalan Lysychank dihujani bom,” katanya.
Warga kota itu terpaksa berada di rubahan dari pagi sampai pagi lagi. Warga dianjurkan tetap berlindung sampai evakuasi dimungkinkan. Saat ini, evakuasi belum bisa dilakukan. ”Pengeboman amat intensif. Banyak rumah dan infrastruktur menjadi sasaran. Ada kawasan seluas 500 meter persegi terbakar setelah terkena serangan,” ujarnya.
Baca juga: ”Malaikat Penolong” di Tengah Perang Ukraina-Rusia (Bagian 25)
Sampai Jumat, Rusia belum bisa mengepung Lysychanks. Moskwa masih mengandalkan artileri dan serangan udara untuk menggempur kota itu. ”Belum ada laporan baku tembak di jalanan,” katanya.
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valerii Zaluzhnyi mengatakan, Luhanks dan Kharkiv menjadi fokus sasaran serangan Rusia. ”Dalam 24 jam terakhir, ada 270 serangan artileri dengan 45.000 peluru, ditambah 2 rudal dan 32 pengeboman udara,” katanya.
Dengan kata lain, Rusia menembakkan lebih dari 2.000 peluru artileri per jam ke kedua provinsi timur Ukraina itu. Pekan lalu, Menhan Ukraina Oleksii Reznikov menyebut, Rusia menembakkan 1.000 proyektil per jam ke sejumlah wilayah Ukraina. Selain peluru artileri, Rusia juga menembakkan rudal, roket, dan mortar.
Di Kharkiv, sasaran Rusia antara lain kawasan industri Kharkiv, Distrik Osnovyansky, dan Distrik Nemyshlyansky. Serangan juga dilancarkan ke Chuguyiv, Kharkiv, Bogoduhiv, dan Izyum. ”Rusia memakai rudal jelajah. Ada rumah rusak dan untungnya tidak ada korban jiwa,” kata PDM Kharkiv Oleg Synyehubov.
Ia menyebut, kawasan industri menjadi sasaran karena di sana punya ruang perlindungan paling kuat. Sebagian besar kawasan industri Ukraina dibangun di era Uni Soviet. Di masa itu, tembok bangunan kawasan industri dibuat tebal, dan tempat perlindungannya punya tembok lebih tebal lagi.
Selama perang Rusia-Ukraina meletus, sejumlah kawasan industri memang jadi benteng terakhir pasukan Ukraina. Hal itu antara lain terbukti di pabrik baja Azovstal, Mariupol, dan pabrik kimia Azot, Sievierodonetsk. Pasukan Ukraina bisa bertahan berbulan-bulan dari gempuran artileri Rusia karena berlindung di pabrik itu.
Ranjau Laut
Perang tidak hanya berlangsung di daratan. Rusia-Ukraina saling tuding soal ranjau laut. Dalam pertemuan dengan Presiden RI Joko Widodo, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut ranjau laut yang dipasang Ukraina menjadi faktor utama Kyiv tidak bisa mengekspor produk pangannya dari pelabuhan laut.
”Otoritas militer Ukraina menebar ranjau di sekitar pelabuhan mereka dan tidak ada yang melarang mereka membersihkan ranjau serta menarik kapal berisi hasil panen dari sana. Kami menjamin keamanan,” kata Putin.
Hambatan justru berasal dari sanksi Amerika Serikat dan sekutunya. Sanksi mereka kepada pelabuhan dan pemilik sejumlah perusahaan di Rusia berimbas pada pengiriman pupuk dan produk pangan Rusia. Sulit mencari asuransi dan pembiayaan untuk kapal pengangkut pupuk dan produk pangan Rusia. Lembaga keuangan dan asuransi tidak mau terdampak karena bertransaksi dengan pihak-pihak dalam daftar sanksi.
Putin mengakui, perusahaan produsen pupuk dan pengolah hasil pangan tidak disanksi AS dan sekutunya. Sanksi diarahkan kepada pemilik dan keluarga pemilik. ”Susah membuat kontrak, merumitkan transaksi keuangan,” katanya.
Hingga 45 persen kebutuhan pupuk global dipasok Rusia dan Belarus. Sanksi pada Rusia dan Belarus membuat pasokan tersebut terganggu.
Selain itu, banyak pabrik pupuk memilih berhenti produksi gara-gara harga gas naik. Gas merupakan bahan baku utama pupuk. Kenaikan itu tidak lepas dari rangkaian sanksi AS dan sekutunya pada Rusia yang merupakan pemasok lebih dari 11 persen minyak dan gas bumi ke pasar global.
Putin menuding, penimbunan makanan oleh AS dan Eropa memicu kenaikan harga pangan. ”Dulu, AS menjual lebih banyak dibandingkan membeli pangan ke pasar dunia. Kini, mereka membeli 17 miliar dollar AS lebih banyak dibandingkan yang mereka jual. Mereka mencetak uang, menyebarkannya, dan dari dollar itu mereka membeli pangan. Harga naik dan negara berkembang paling kesulitan,” katanya.
Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov meyakini, ekspor hasil panen Ukraina bisa naik rata-rata 50 persen per bulan. Ukraina sedang bekerja sama dengan Polandia, Slowakia, Hongaria, Romania, dan Moldova untuk mencapai target itu. ”Dalam beberapa bulan mendatang, mungkin akan bisa memulihkan sepenuhnya angka ekspor ke aras sebelum perang,” katanya.
Kini, jalur aman untuk keluar Ukraina memang hanya melalui jalan darat ke tetangganya di barat dan barat daya. Dari Ukraina, aneka produk diangkut dengan truk dan kereta. Di negara tetangga, aneka produk Ukraina dipindahkan ke kapal atau kereta lain untuk dipasarkan ke aneka negara.
Kepada Presiden Jokowi, Putin juga menyebut tetangga Ukraina sebagai alternatif pelabuhan ekspor. Dari Romania, produk Ukraina bisa diangkut melalui Sungai Danube, kemudian ke Laut Hitam. ”Saya sudah menyampaikan soal ini kepada teman-teman Uni Afrika. Kami juga terus berkoordinasi dengan badan-badan terkait di Perserikatan Bangsa-Bangsa soal masalah ini,” katanya.