Perdana Menteri Kanada Tetap Hadir di KTT G20 meski Putin Datang
Kanada menyatakan pembicaraan tentang ekonomi global di KTT G20 sangat penting. PM Trudeau juga merasa Barat perlu hadir untuk melawan narasi Rusia.
OTTAWA, KAMIS - Kanada menyatakan akan hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada November 2022 meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin hadir. Hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Kamis (30/6/2022). Langkah Kanada ini menyusul Inggris dan Jerman yang sebelumnya mengindikasikan akan hadir di KTT G20.
Ditanya saat konferensi pers KTT NATO di Madrid, apakah Ottawa akan hadir dalam pertemuan G20 jika Putin juga hadir, Trudeau mengatakan akan hadir. ”Kami berharap Kanada dan semua anggota G7 akan hadir di G20,” katanya.
”Pembicaraan tentang ekonomi global itu sangat penting. Sangat penting bagi kita berada di sana, untuk melawan suara dan kebohongan yang mungkin akan diajukan Rusia. Masih ada beberapa bulan lagi sebelum itu dan apa pun bisa terjadi,” katanya.
Selain Kanada, G7 juga mencakup Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat.
Baca juga : Indonesia, Ukraina, G20
Keputusan Kanada ini merupakan langkah penting, mengingat pada April 2022 Menteri Keuangan Kanada Chrystia Freeland keluar dari pertemuan keuangan G20 di Washington, AS, saat delegasi Rusia berbicara. Ia bersama pejabat beberapa negara peserta memprotes invasi Rusia ke Ukraina yang dinilai membahayakan ekonomi global.
Saat ini, Indonesia memegang jabatan presiden bergilir G20 dan telah mendapat tekanan Barat untuk mengecualikan Rusia dari pertemuan puncak. Namun, Indonesia memilih mengundang Rusia dan Ukraina untuk hadir bersama dalam KTT G20 tersebut.
Indonesia, seperti kebanyakan negara lain, telah mencoba untuk mempertahankan posisi netral dan menyerukan resolusi damai atas perang Ukraina-Rusia. Presiden Joko Widodo bertemu dengan Putin di Moskwa pada Kamis, sehari setelah dia mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv.
Jokowi mengundang Zelenskyy ke KTT G20 pada 15-16 November 2022 di Bali. Zelenskyy mengatakan akan menghadiri KTT meski tergantung siapa yang akan hadir. Sebelumnya, Rusia juga mengatakan Putin juga akan hadir meski tidak menutup kemungkinan kehadirannya dalam bentuk berbeda.
Baca juga : RI Jembatani Komunikasi Rusia-Ukraina
Pada Rabu, PM Inggris Boris Johnson mengingatkan agar negara-negara tidak memboikot KTT G20 di Bali. Alasannya, ketidakhadiran mereka hanya akan memberi ruang bagi ”pihak lain untuk melancarkan propaganda”. Pihak yang dimaksud adalah Rusia dan China.
Sebelumnya PM Australia Anthony Albanese mengonfirmasi kehadirannya pada KTT G20 saat berkunjung ke Indonesia, awal Juni 2022. Ia mengatakan, kehadirannya tersebut untuk bertemu Presiden Jokowi, bukan Putin. Sebagai sahabat, Australia mendukung presidensi Indonesia di G20 tahun ini.
Pulau Ular
Dari medan perang Rusia-Ukraina dilaporkan, meski pasukan Rusia telah keluar dari Pulau Ular pada Kamis, tidak demikian halnya dengan kota-kota lain di Ukraina. Perang secara intensif masih terjadi di beberapa tempat.
Di kota selatan Ukraina, Mykolaiv, tim penyelamat menemukan mayat tujuh warga sipil di puing-puing bangunan yang hancur, kata layanan darurat. Kota Lysychansk di Donbas yang menjadi fokus serangan Rusia saat ini juga menghadapi pengeboman tak henti. ”Banyak penembakan dan dari berbagai arah. Tentara Rusia mendekat dari arah yang berbeda menuju Lysychansk. Tidak ada kata menyerah,” kata Gubernur Regional Luhansk Sergiy Gaidai dalam video di Telegram.
Seorang pejabat dari pemerintah separatis pro-Rusia di provinsi tersebut mengatakan kepada kantor berita RIA, kilang minyak Lysychansk sekarang sepenuhnya dikendalikan pasukan Rusia dan milisi pro-Rusia. Semua jalan menuju Lysychansk juga berada di bawah kendali mereka. Ukraina mengatakan, jalan utama sebagian besar tidak dapat dilalui karena pertempuran, tetapi kota itu belum sepenuhnya terputus.
Baca juga : Misi Jokowi ke Ukraina-Rusia Jadi Momentum Tinggalkan Sikap ”Inward Looking”
Sinyal positif kembali muncul setelah pasukan Rusia keluar dari Pulau Ular pada Kamis. Rusia mengklaim itu bagian dari niat baik Rusia yang tidak akan menghalangi upaya PBB mengatasi krisis pangan dengan memungkinkan pengiriman biji-bijian dari Ukraina.
Pulau Ular telah menarik perhatian dunia sejak Rusia merebutnya dari Ukraina pada hari pertama perang. Tempat itu strategis karena berada di samping jalur pelayaran di dekat pelabuhan Odesa, Ukraina.
Baca juga : Sinyal Baik Datang dari Konflik Ukraina-Rusia
Ukraina mengklaim penarikan pasukan dari Pulau Ular sebagai kemenangan besar karena berhasil mengusir pasukan Rusia setelah serangan artileri dan rudal besar-besaran semalam. ”KABOOM!” cuit Andriy Yermak, Kepala Staf Presiden Ukraina, dalam unggahan di Twitter. ”Tidak ada lagi pasukan Rusia di Pulau Ular. Angkatan bersenjata kami melakukan pekerjaan dengan baik,” tulisnya.
Komando militer selatan Ukraina mengunggah foto udara pulau tersebut di Facebook. Tampak lima kolom asap hitam besar membubung di atasnya. ”Musuh buru-buru mengevakuasi sisa pasukannya dengan dua kapal cepat dan meninggalkan pulau. Saat ini, Pulau Ular dilalap api, penuh ledakan,” tulisnya.
Kondisi tersebut benar-benar membuat Ukraina bersuka cita. ”Saya berterima kasih kepada para pembela wilayah Odesa yang mengambil tindakan maksimal untuk membebaskan bagian penting dan strategis dari wilayah kami,” kata Valeriy Zaluzhny, Panglima Militer Ukraina, di Telegram.
Baca juga : Kunjungan Kemanusiaan Jokowi di Kyiv
Kabar keluarnya pasukan Rusia dari Pulau Ular mendapat respons baik dari Inggris. ”Pada akhirnya terbukti mustahil bagi Putin untuk menahan negara yang tidak mau tunduk pada perintahnya,” kata PM Johnson. Ia mengingatkan Rusia, kesepakatan damai pada akhirnya akan sesuai dengan syarat dari Ukraina.
”Kami telah melihat apa yang dapat dilakukan Ukraina untuk mengusir Rusia. Kami telah melihat apa yang mereka lakukan di sekitar Kyiv dan Kharkiv, sekarang di Pulau Ular,” katanya menambahkan.
Baca juga : Diplomasi Jokowi dari Kyiv ke Moskwa, Indonesia Siap Damaikan Ukraina-Rusia (Bagian 24)
Di masa damai, Ukraina adalah pengekspor gandum utama. Invasi Rusia telah merusak lahan pertanian dan membuat pelabuhan Ukraina berhenti beroperasi sehingga pengiriman biji-bijian ke luar negeri terhenti. Hal itu berpotensi menimbulkan kelaparan di Afrika karena mereka importir terbesar biji-bijian dari negara tersebut.
Namun, Rusia membantah telah memblokade pelabuhan. Mereka justru menyalahkan kekurangan pangan sebagai dampak atas sanksi Barat, yang dikatakan membatasi ekspornya sendiri. ”Kami tidak mencegah ekspor biji-bijian Ukraina. Militer Ukraina memasang ranjau di dekat pelabuhan. Tidak ada yang mencegah mereka membersihkan ranjau di sana. Kami menjamin keamanan pengiriman biji-bijian dari sana,” kata Putin, Kamis.
Baca juga : Presiden Jokowi: Spirit Perdamaian Tak Boleh Luntur
Pada hari itu juga sebuah kapal yang membawa 7.000 ton biji-bijian berlayar dari pelabuhan Berdyansk yang diduduki Rusia. Evgeny Balitsky, kepala pemerintahan pro-Moskwa, mengatakan, ranjau di pelabuhan tersebut telah dilucuti sehingga kapal-kapal di Laut Hitam bisa berlayar. Rusia memastikan keamanan perjalanan tersebut. (REUTERS/AFP)
Baca juga : Rusia Versus Ukraina, ”Invasi” atau ”Perang”?