Ferdinand Marcos Jr Lantik Diplomat Karier Menjadi Menteri Luar Negeri
Setelah 20 tahun, Kementerian Luar Negeri Filipina akhirnya dikepalai seorang diplomat profesional.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·2 menit baca
MANILA, JUMAT - Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Junior melantik menteri luar negeri untuk kabinetnya. Pertama kali dalam 20 tahun, Kementerian Luar Negeri Filipina dipimpin oleh seorang diplomat karier yang memiliki pengalaman di kancah politik luar negeri selama 40 tahun.
Kantor berita nasional Philippines News Agency melaporkan, Enrique Manalo dilantik oleh Presiden Marcos di Istana Negara Malacanang, Filipina pada Jumat (1/7/2022). Setelah itu, ia langsung mendampingi Marcos bertemu dengan Utusan Khusus Korea Selatan untuk Pelantikan Presiden Kweon Seong-dong.
Manalo telah berkarier di Kementerian Luar Negeri Filipina sejak tahun 1979. Kedua orangtuanya juga merupakan diplomat profesional. Ayahnya, Armando Manalo pernah menjadi duta besar untuk Belgia. Ibunya, Rosario Manalo adalah mantan duta besar untuk Swedia. Ia kini menjadi pelapor khusus untuk Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW), sebuah lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dalam rentang karier selama 40 tahun ini, Manalo telah 12 kali berdinas di luar negeri. Ia pernah menjabat sebagai duta besar di Inggris, Irlandia, Belgia, dan Luksemburg. Posisi terakhir dia adalah sebagai Duta Besar Tetap Filipina untuk PBB.
Tajuk rencana media Rappler menulis, dilantiknya Manalo sebagai menlu sangat penting bagi Kementerian Luar Negeri Filipina. Selama 20 tahun terakhir, posisi tertinggi di lembaga ini dipegang oleh politikus dari partai koalisi presiden terpilih. Tidak seorang pun dari mereka memiliki pengalaman sebagai diplomat ataupun pakar hubungan internasional.
Belum ada kejelasan mengenai politik luar negeri yang akan dilakukan oleh Marcos. Para pengamat umumnya berpendapat bahwa prioritas diplomasi Filipina saat ini adalah Laut China Selatan atau yang juga dikenal sebagai Laut Filipina Utara. Sengketa terjadi dengan China karena kapal-kapal China terus berlayar memasuki perairan Filipina.
Dilansir dari media Phil Star, Marcos mengatakan bahwa politik luar negeri akan dikembalikan seperti di zaman kepresidenan ayahnya, Ferdinand Marcos Senior. Prinsipnya adalah politik luar negeri yang independen dan diputuskan oleh Filipina secara berdikari.
"Sejarah Filipina menunjukkan segala solusi yang berasal dari pihak asing selalu memecah belah bangsa kita. Hanya Filipina yang paham kebutuhan negara sendiri," ujarnya.