Setangkai Bunga dan Romantisisme di Tengah Perang Ukraina-Rusia
Mereka lelah dengan perang, namun tak berdaya apa-apa di antara ego para penguasa. Saat mulut tak lagi bisa bicara, orang-orang sipil ini berbicara melalui bunga.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
Di tengah kerasnya perang Rusia-Ukraina, terselip romantisisme musim semi yang tak bisa tertutupi oleh deru mesiu dan dentuman rudal. Romantisisme dari mekarnya kelopak-kelopak bunga musim semi merona dan hangat sebagaimana seharusnya.
Di kebun bunga milik keluarganya di Vynnyky, Lviv, Ukraina Barat, Ivanna Kuziv (60), pensiunan akuntan, tampak mengumpulkan setumpuk bunga dafodil kuning dan bunga bluebell untuk dijual ke pasar. Secara kebetulan, bunga di kebunnya tersebut menggambarkan warna bendera nasional Ukraina, yaitu kuning dan biru. Sungguh patriotik. ”Saya menyukainya. Ini untuk menghormati Ukraina,” katanya.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, jumlah warga di kota itu terus menyusut. Banyak ibu dan anak mengungsi ke luar negeri, meninggalkan para lelaki berjuang. ”Orang-orang cemas,” kata Kuziv.
Namun, musim semi tidak bisa menunggu, dan bunga-bunga di taman yang dia warisi dari nenek buyutnya sedang mekar. Maka, rasa cemas terhadap perang itu dikesampingkan oleh Kuziv. Musim semi di Ukraina tiba pada Maret dan berakhir saat musim gugur datang, sekitar Oktober.
Hampir setiap hari selama seminggu, Kuziv mengambil beberapa dafodil, memasukkannya ke dalam ember berisi air, dan pergi ke kota untuk menjualnya. Rona bunga dafodil yang kuning dan bluebell yang biru sungguh terasa patriotik pada saat perang seperti sekarang ini. Sejak kecil, anak-anak Ukraina diajari bahwa bendera nasional mereka adalah dua strip warna. Biru mewakili langit dan kuning mewakili ladang gandum.
Tak heran jika kemudian rona patriotik kuning-biru muncul di mana-mana di Lviv. Pada bendera yang berkibar-kibar di pintu mobil, pada menu yang disajikan di restoran, hingga pada buket atau karangan bunga.
Bukan kuning dan biru saja. Di pusat kota, bunga aneka warna juga laris manis diserbu pembeli. Dua wanita bermantel panjang membawa seikat bunga safron besar dan bunga aster nila ke pemakaman militer di katedral. Di antara belasan pria dan wanita yang berjalan dalam keheningan di belakang mobil jenazah, seorang prajurit petugas memegang tulip terkulai dalam dua warna.
Bunga juga tampak di peron stasiun kereta api saat seorang tentara berusia 22 tahun menunggu dengan tidak sabar dengan 101 bunga tulip kuning yang diikat pita biru. Bunga itu sedianya untuk diberikan kepada kekasihnya yang sudah dua bulan tidak dia temui. Sang kekasih akan datang dari Ukraina timur.
Rasa patriotik pada negara juga ditunjukkan penjual bunga dafodil di pasar. Olga Fityo-Styslo (55) menjual dua jenis dafodil. Satu berwarna alami kuning dan lainnya diwarnai biru laut dengan tinta yang telah dicampur air. ”Kami sedang berperang, dan warna bendera kami biru dan kuning. Karena tidak ada bunga biru di awal musim semi, saya memutuskan untuk memberikan sedikit bantuan,” katanya.
Fityo-Styslo, yang telah menjual bunga di pasar sejak tahun 1996, mengatakan, dia berhenti bekerja selama beberapa hari setelah perang meletus. Saat kembali berjualan pada awal Maret, dia terkejut karena pelanggannya menjadi cukup banyak. ”Ada banyak pengungsi, dan mereka menginginkan bunga. Dengan bunga, mereka menemukan beberapa hal positif,” katanya.
Seorang petugas medis yang sedang cuti terlihat menggendong buket besar bunga fuchsia, mawar, dan tulip. Ini hari ulang tahun temannya, dan mereka akan berjalan-jalan. Sementara itu, di kaki monumen Perawan Maria, seorang wanita tua berdoa di depan satu vas tulip merah muda.
Meski banyak dicari, bisnis bunga tidak sebaik dulu, kata penjual bunga, Myroslava Kumechko. Sekitar 70 persen bisnisnya selama ini berasal dari acara pembaptisan, pernikahan, dan perayaan. Itu semua tak banyak dilakukan sekarang ini.
Bunga yang kian diminati semasa perang di Ukraina ini menyimbolkan harapan dan upaya bertahan di tengah konflik yang sudah berlangsung lebih dari empat bulan. Sudah jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan puluhan ribu orang harus membayarnya dengan nyawa.
Warga Ukraina lelah dengan perang, namun tak berdaya apa-apa di antara ego para penguasa. Saat mulut tak lagi bisa bicara, orang-orang sipil ini berbicara melalui bunga, melalui maknanya, atau melalui rona warna yang membiaskan kecantikannya.
Bunga bluebell, misalnya, menurut laman Threebouquets.com, memiliki makna mendalam. Bentuk bunganya yang menunduk menggambarkan rasa rendah hati. Mungkin juga kepasrahan, kerelaan, dan penyerahan hidup kepada Sang Pencipta atas apa yang mereka alami sekarang ini. Dalam budaya Victoria, bluebell dipandang sebagai cara mengomunikasikan perasaan dan pikiran.
Bunga berbentuk lonceng dengan warna lavender dan biru tersebut dapat ditemukan di Amerika Utara dan Afrika Utara. Bunga ini bisa tumbuh di hutan, padang rumput, pegunungan, serta di tebing dekat laut dan tumbuh pada awal tahun mulai April hingga Juni.
Adapun bunga dafodil memiliki arti semangat baru, penghargaan, kehormatan, atau terlahir kembali. Bunga ini mekar pada Maret sehingga banyak disebut juga dengan bunga Maret. Di China, bunga ini menjadi simbol nasib baik. Sementara di Perancis, bunga ini memiliki makna harapan.
Lebih dari itu, secara ilmiah, hasil penelitian juga menyebutkan bahwa tanaman, termasuk bunga, memiliki manfaat kesehatan. Dalam laporan ilmiah yang ditulis Danielle F Shanahan dan kawan-kawan berjudul ”Health Benefits from Nature Experiences Depend on Dose” (2016), yang dipublikasikan di laman Nature.com, disebutkan, orang yang rutin mengunjungi ruang hijau memiliki tingkat depresi dan tekanan darah lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah.
Penelitian ini menyarankan agar masyarakat berkunjung ke ruang terbuka hijau minimal 30 menit selama seminggu agar dapat mengurangi prevalensi tingkat depresi dan tekanan darah tinggi, masing-masing hingga 7 persen dan 9 persen. Semakin lama dan sering, manfaatnya akan semakin terasa. Semakin kompleks vegetasi ditemui di ruang terbuka, manfaat kesehatannya semakin besar.
Idealnya, orang-orang bisa menikmati taman atau hutan kota dengan bahagia setiap hari. Namun, saat perang merenggut itu semua, menggenggam setangkai bunga sudah cukup berarti bagi warga Ukraina. (AFP)