Perubahan Taktik Buat Pergerakan Militer Rusia Lebih Efektif
Sejumlah kesalahan strategi diambil para pengambil keputusan ketika Rusia memulai agresinya di Ukraina, akhir Februari. Tapi, kini, mereka mengubah dan menyesuaikan strategi tempurnya di lapangan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
KYIV, SELASA Perubahan taktik militer Rusia di Ukraina membuat misi tempur pasukan Negeri Beruang Merah menjadi lebih efektif, terutama untuk merebut wilayah timur Ukraina. Perubahan taktik ini mengingatkan penerapan taktik yang sama seperti di Perang Dunia I.
Perubahan taktik ini terlihat saat militer Rusia berupaya untuk menguasai Sievieorodonetsk, yang kini kawasan industrinya mengalami kehancuran hingga 90 persen. Perubahan strategi itu adalah, pengerahan satuan khusus-satuan khusus, lalu tidak terburu-buru menguasai satu wilayah, hingga memperbaiki jaringan logistik.
Direbutnya Sievieorodonetsk setelah pertempuran selama beberapa pekan, mengonfirmasi perubahan strategi tempur yang dilakukan oleh militer Rusia. "Militer kami telah mengubah taktik. Mereka tahu bagaimana melakukannya sekarang. Lambat memang, akan tetapi strateginya berhasil dan itu berarti korban jauh lebih sedikit," kata seorang pejabat pemerintah Rusia, Senin (27/6/2022).
Strategi itu berbeda dengan apa yang dilakukan Rusia pada awal perang. Saat itu, Rusia berupaya segera menaklukkan kota-kota utama Ukraina, termasuk Ibu Kota Kyiv. Namun, serangan kilat itu gagal. Rusia kemudian mengalihkan perhatian ke wilayah selatan dan timur.
Analis militer yang berbasis di Polandia, Konrad Muzyka, mengatakan, perubahan taktik yang digunakan oleh Rusia, yaitu pengerahan pasukan yang lebih sedikit tapi efektif, sebagai sebuah keberhasilan. Walau, dalam pandangan Barat, jumlah pasukan yang lebih sedikit dilihat sebagai kekurangan sumber daya. "Apa pun yang mereka lakukan, itu berhasil bagi mereka," kata Muzyka.
Seorang analis militer yang berbasis di Moskwa membandingkan upaya yang dilakukan militer Rusia untuk menguasai Sievierodonetsk dengan strategi Rusia pada PD I. “Strategi Rusia adalah pendekatan Perang Dunia Pertama untuk menghancurkan lawan Anda. Itu bisa berhasil. Ada beberapa bukti bahwa moral Ukraina bermasalah,” kata analis yang meminta namanya dirahasiakan.
Dia menambahkan, tujuan Rusia dalam konflik ini bukan untuk menguasai wilayah melainkan menimbulkan korban maksimum.
Seth G Jones, Wakil Presiden Senior CSIS yang berbasis di Washington, dikutip dari laman CSIS mengatakan, perubahan taktik Rusia di Ukraina tidak terlepas dari beberapa kesalahan yang terjadi pada awal agresi. Dia mengatakan, militer Rusia menghadapi kesulitan logistik dan sumber daya manusia, yang disebabkan buruknya perencanaan dan pelatihan.
Masalah kedua yang dihadapi oleh militer Rusia di awal-awal agresinya adalah kemampuan membaca situasi yang buruk oleh pasukan darat Rusia, terutama untuk menilai reaksi yang diperlihatkan warga Ukraina terhadap “kedatangan” militer Rusia.
“Menguasai dan mengontrol wilayah lawan, yang menjadi tujuan para pengambil kebijakan di Rusia, tidak berjalan mulus. Situasi itu semakin nyata ketika yang bertempur tidak hanya militer, akan tetapi rakyat yang dipersenjatai. Perang tidak semata milik militer, tapi juga milik warga,” katanya.
Tak hanya tidak berpikir untuk menaklukkan kota dan wilayah Ukraina dengan lebih lambat, secara perlahan, menurut Jones, penguatan suplai logistik dan memperbaiki komunikasi menjadi kunci keberhasilan militer Rusia menguasai wilayah selatan dan timur Ukraina. Jones menyatakan, keputusan komando pusat militer Rusia untuk menyatukan kekuatan di wilayah timur dan selatan, membangun dan memperkuat rel kereta api, jembatan, jalan hingga mengamankan jalur logistik laut di sekitar Azov, telah memungkinkan kapal-kapal perbekalan untuk memasok logistik melalui jalur laut.
Sebaliknya, dari perspektif Ukraina, kemampuan bertahan pasukan Ukraina di banyak kota, termasuk Sievierodonetsk, harus dibayar mahal oleh Rusia.
“Pasukan kami harus mundur karena pada dasarnya tidak ada yang tersisa untuk dipertahankan. Kedua, kami tidak dapat membiarkan mereka (pasukan Ukraina) dikepung. Semuanya bisa menjadi jauh lebih buruk jika pasukan Rusia mampu merebut Sievierodonetsk hanya dalam waktu sehari, tiga minggu lalu,” kata Oleksander Musiyenko, seorang analis militer yang berbasis di Kyiv.