Roket Rusia Hantam Mal, Belasan Tewas dan Puluhan Terluka
Sedikitnya 10 warga sipil tewas dan 20 terluka dalam serangan rudal Rusia di sebuah pusat perbelanjaan di Kremenchuk, Ukraina. Hingga kini, korban terus saja berjatuhan akibat perang Rusia-Ukraina.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
KYIV, SENIN - Sedikitnya 16 orang tewas dan 59 orang dilaporkan terluka saat serangan rudal Rusia menghantam sebuah mal di Kremenchuk, Ukraina tengah, pada hari Senin. Jumlah korban diduga bisa meningkat. Lagi-lagi, warga sipil menjadi korban. “Sampai sekarang, kami mengetahui 16 orang tewas dan 59 luka-luka, 25 di antaranya dirawat di rumah sakit. Informasi terus diperbarui,” kata Kepala Layanan Darurat Ukraina Sergiy Kruk di Telegram, Selasa.
Dia mengatakan tugas utamanya adalah penyelamatan, pemindahan puing-puing, dan pemadaman kebakaran. Semua pihak bekerja intensif," kata Kruk. "Pekerjaan akan berlangsung sepanjang waktu. Saya ingin menekankan sekali lagi: jangan abaikan peringatan udara!" katanya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam unggahan di Telegram mengatakan, bahwa jumlah korban tidak terbayangkan, dengan mengutip laporan bahwa ada lebih dari 1.000 warga sipil berada dalam mal tersebut saat serangan terjdi. "Para penjajah menembakkan rudal ke pusat perbelanjaan di mana ada lebih dari seribu warga sipil. Jumlah korban tidak mungkin untuk dibayangkan," tulis Zelenskyy.
Beberapa menit kemudian, Kyryl Tymoshenko, Wakil Kepala Kantor Kepresidenan, mengatakan dalam sebuah postingan Telegram, bahwa setidaknya dua orang tewas dan sekitar 20 terluka, sembilan di antaranya dalam kondisi serius. Namun berikutnya, dikatakan jumlah korban terus bertambah.
Zelenskyy menekankan bahwa target serangan itu sebenarnya bukanlah ancaman bagi tentara Rusia, dan tidak memiliki nilai strategis. Zelenskyy mengungkapannya dengan tuduhan bahwa Rusia menyabotase upaya orang-orang untuk menjalani kehidupan normal, karena hal itu membuat para penjajah sangat marah.
“Rusia terus menyasar warga sipil biasa. Tidak ada gunanya mengharapkan kesopanan dan kemanusiaan dari mereka,” kata Zelenskyy.
Sebelumnya, Wali Kota Kremenchuk Vitaliy Maletskiy mengatakan, warga yang tewas dan terluka dalam serangan tersebut tidak terkait dengan militer. “Sebuah serangan roket di Kremenchuk menghantam daerah yang sangat ramai, yang 100 persen pasti tidak memiliki hubungan dengan angkatan bersenjata. Ada orang yang terbunuh dan terluka,” tulis Maletskiy, di Facebook.
Gubernur regional Ukraina, Dmitry Lunin, membenarkan bahwa lebih dari seribu warga sipil berada di pusat perbelanjaan tersebut pada saat serangan terjadi. Menulis di Telegram, Lunin mengatakan bahwa bangunan itu dilalap api.
Terdampak
Sementara itu dalam pernyataan resminya, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, serangan ke Kremenchuk diarahkan pada fasilitas militer. Dalam pernyataan resmi yang dikirim via Kedutaan Besar Rusia di Jakarta disebutkan, pada Senin (27/6/2022) disebutkan, Angkatan Udara Rusia meluncurkan serangan udara dengan rudal presisi tinggi.
Target yang disasar adalah depot atau gudang senjata dan amunisi yang diperoleh Ukraina dari Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat. Senjata tersebut rencananya akan dikirim untuk menyuplai pasukan Ukraina di Donbas. Gedung yang digunakan sebagai gudang senjata tersebut adalah pabrik alat berat sepert traktor dan eskavator.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, serangan itu berhasil menghancurkan senjata dan amunisi kirim Barat yang disimpan di gudang tersebut. Menurut Kementerian Petahanan Rusia, ledakan dari amunisi yang hancur dalam serangan itu menyebabkan kebakaran dan kerusakan di sebuah mal yang berada di samping pabrik alat berat itu. Mal itu menurut pihak Rusia tidak berfungsi.
Mengecam keras
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan pernyataan atas serangan itu. Mereka prihatin dengan meningkatnya pertempuran di Ukraina, dan atas serangan "menyedihkan" di sebuah pusat perbelanjaan, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
"Sangat menyedihkan. Segala jenis infrastruktur sipil, termasuk pusat perbelanjaan, dan warga sipil, tidak boleh menjadi sasaran," kata Dujarric kepada wartawan.
Para pemimpin G7 yang sedang berkumpul untuk pertemuan puncak tahunan mereka di Jerman selatan, juga mengecam keras serangan "keji" Rusia di pusat perbelanjaan di kota Kremenchuk, Ukraina.
"Kami bersatu dengan Ukraina dan berduka atas korban tak berdosa dari serangan brutal ini," tulis mereka dalam pernyataan bersama yang di-tweet oleh juru bicara pemerintah Jerman.
"Serangan membabi buta terhadap warga sipil tak berdosa adalah kejahatan perang," tambah mereka. "Presiden Rusia Putin dan mereka yang bertanggung jawab akan dimintai pertanggungjawaban."
Peristiwa itu terjadi saat Rusia melancarkan serangan habis-habisan ke benteng terakhir Ukraina di wilayah timur Luhansk, dan "menumpahkan api" ke kota Lysychansk dari darat dan udara, menurut gubernur setempat.
Gubernur Luhansk Serhiy Haidai mengatakan pasukan Rusia menyerang Lysychansk setelah merebut Sievierodonetsk, dalam beberapa hari terakhir. Ini adalah bagian dari peningkatan ofensif Rusia untuk merebut wilayah Donbas secara lebih luas. Ini menurut para ahli Barat sebenarnya menjadi tujuan utama baru dari perang Presiden Vladimir Putin di Ukraina.
“Mereka menumpahkan api ke kota, baik dari udara maupun dari darat. Setelah pengambilalihan Sievierodonetsk, tentara musuh telah memusatkan semua kekuatannya untuk merebut benteng terakhir (kami) di wilayah Luhansk: Lysychansk,” kata Haidai.
Rusia berusaha memblokade kota dari selatan, “menghancurkan segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh artileri dan beberapa peluncur roket mereka,” kata Haidai. Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Rusia telah merebut beberapa desa dan kota di tenggara Lysychansk, dan berusaha menghentikan akses ke kota dari wilayah selatan.
Sementara itu di sebelah barat, walikota kota Sloviansk - yang berpotensi menjadi medan pertempuran besar berikutnya - mengatakan pasukan Rusia menembakkan amunisi ke kota itu setelah fajar, termasuk mengenai lingkungan perumahan. Pihak berwenang mengatakan jumlah korban tewas dan terluka masih harus dikonfirmasi.
Meski begitu, para pemimpin Barat berjanji terus mendukung Kyiv. Sekjen NATO Jens Stoltenberg di sela-sela pertemuan puncak NATO di Spanyol beberapa waktu lalu mengatakan, aliansia itu sepakat memberikan dukungan militer lebih lanjut ke Ukraina, termasuk komunikasi yang aman dan sistem anti-drone.
Hingga kini, korban terus saja berjatuhan akibat perang Rusia-Ukraina. (REUTERS/AP)