77 Tahun Piagam PBB dan Menguatnya Konfrontasi Antarnegara
Piagam PBB sudah berumur 77 tahun. Bertolak dari komitmen bersama tentang perdamaian dan kesejahteraan umum itu, dunia telah mencapai banyak kemajuan. Namun, belakangan ancaman terhadap perdamaian dunia kembali menguat.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·4 menit baca
Hari ini, Minggu (26/6/2022), Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa genap berumur 77 tahun. Komitmen bersama untuk hidup damai sejahtera itu telah menjadi dasar bagi banyak perubahan dan kemajuan bangsa-bangsa sampai hari ini. Namun, ada pula hal yang tak sepenuhnya berubah selama kurun waktu itu, perang.
Hari ini, 77 tahun silam, perwakilan dari 50 negara menandatangani Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di kota San Francisco, Amerika Serikat (AS). Ini menjadi dasar bagi lahirnya PBB pada 24 Oktober 1945.
Piagam yang mencakup pembukaan, 19 bab, dan 111 pasal tersebut mengamanatkan kepada PBB untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, mempromosikan kemajuan sosial dan standar hidup yang lebih baik, serta memperkuat hukum-hukum internasional dan mempromosikan pengembangan hak asasi manusia.
Pembuatan Piagam PBB sekaligus pembentukan PBB merupakan aspirasi dari sejumlah bangsa di dunia yang sadar tentang tragedi perang. Oleh sebab itu, bangsa-bangsa mencita-citakan perdamaian dunia. Perang Dunia II sebagai titik tolaknya telah menunjukkan masifnya tragedi kemanusiaan dan kerusakan peradaban akibat perang.
Dalam pembukaannya, Piagam PBB bertekad untuk mewujudkan empat cita-cita. Pertama, menyelamatkan generasi berikutnya dari bencana perang yang dua kali membawa kesedihan yang tak terhingga bagi umat manusia.
Kedua, menegaskan kembali kepercayaan pada hak asasi manusia yang mendasar, pada martabat dan nilai pribadi manusia, serta pada hak yang sama antara pria dan wanita dan bangsa-bangsa besar dan kecil.
Ketiga, menetapkan kondisi di mana keadilan dan penghormatan terhadap kewajiban yang timbul dari perjanjian dan sumber hukum internasional lainnya dapat dipertahankan. Keempat, mempromosikan kemajuan sosial dan standar hidup yang lebih baik dalam kebebasan yang lebih besar.
Guna mewujudkannya, empat cara ditempuh. Pertama, mempraktikkan toleransi dan hidup bersama dalam damai satu sama lain sebagai tetangga yang baik. Kedua, menyatukan kekuatan bersama untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Ketiga, memastikan, dengan menerima prinsip-prinsip dan institusi metode, bahwa angkatan bersenjata tidak akan digunakan, kecuali untuk kepentingan bersama. Keempat, menggunakan mesin internasional untuk mempromosikan kemajuan ekonomi dan sosial semua orang.
Dalam banyak hal, Piagam PBB dan PBB menjadi institusi yang terus mendorong perdamaian. Di berbagai krisis, PBB melalui misi perdamaiannya juga mengupayakan perdamaian.
Namun, sebagaimana premis kaum realis, tak ada otoritas di atas negara dalam realitas politik internasional. Ini adalah dunia yang anarkistis. Bukan berarti hukum dan aturan main tak ada. Namun, pada akhirnya, jika suatu negara, terutama negara adidaya, menjumpai kepentingan strategis nasionalnya berbenturan dengan hukum internasional, maka kepentingan strategis nasional yang akan keluar sebagai juaranya.
Tak ada otoritas di atas negara dalam realitas politik internasional. Ini adalah dunia yang anarkistis.
Contohnya saat negara kuat melancarkan agresi atau perang. Intervensi PBB acap kali tidak efektif sama sekali. Ini terbukti dari berbagai perang yang selama ini terjadi, termasuk perang Rusia-Ukraina. PBB tidak bisa memaksa pihak-pihak bertikai untuk segera melakukan gencatan senjata dan berunding.
Ini tidak berarti PBB tidak memiliki pengaruh sama sekali. Dari sisi jumlah, jumlah perang dan korban perang terbukti turun setelah Perang Dunia II. Perang Dunia II, 1939-1945, telah membunuh sekitar 75 juta orang. Sebagian besar adalah warga sipil yang mati karena genosida, pembantaian, pengeboman massal, penyakit, dan kelaparan. Selain itu, ekonomi hancur, infrastruktur luluh lantak, kemiskinan merajalela, dan penderitaan tak terperi.
Mengutip kajian PBB bertajuk ”Sebuah Era Baru Konflik dan Kekerasan”, jumlah korban mati akibat perang menurun sejak 1946. Namun, catatannya, ini tidak berarti konflik dan kekerasan jauh berkurang. Sebaliknya, sifat konflik dan kekerasan berubah secara substansial sejak 75 tahun lalu.
Setelah Perang Dunia II, konflik dan kekerasan justru meningkat. Jika dulu pelakunya terutama adalah negara, belakangan pelakunya didominasi aktor non-negara. Sebut saja, misalnya, milisi politik, kriminal, dan kelompok teroris internasional. Konflik juga menjadi lebih terfragmentasi.
Saat ini, kejahatan kriminal membunuh jauh lebih banyak korban daripada konflik bersenjata.
Saat ini, kejahatan kriminal membunuh jauh lebih banyak korban daripada konflik bersenjata. Pada 2017, hampir setengah juta orang di seluruh dunia tewas dalam kejahatan kriminal. Konflik tetap menjadi pendorong utama terorisme. Sebanyak 99 persen dari semua kematian terkait terorisme terjadi di negara-negara yang terlibat konflik kekerasan.
Tahun ini, seiring pecahnya perang Rusia-Ukraina yang telah menjadi perang proksi antara AS dan Rusia, dunia justru semakin konfrontatif. Perlombaan senjata kembali menjadi tren. Sanksi sebagai senjata ekonomi semakin mudah dilancarkan. Perang di mana-mana. Selain di Eropa Timur, perang juga berkobar, misalnya, di Yaman, Nigeria, Kongo, Myanmar, dan Palestina. Di Indo-Pasifik, AS bersama sekutu berhadap-hadapan dengan China.
”Ini adalah sesuatu yang seharusnya memberi kita jeda untuk berpikir. Apa yang terjadi pada umat manusia sehingga kita mengalami tiga perang dunia dalam satu abad? Saya menjalani perang pertama melalui pengalaman kakek saya di Sungai Piave (Italia). Lalu, yang kedua, dan sekarang yang ketiga. Dalam satu abad telah terjadi tiga perang dunia, dengan semua perdagangan senjata di belakangnya. Ini buruk bagi kemanusiaan, sebuah bencana,” kata Paus Fransiskus dalam wawancara dengan La Civiltà Cattolica di Roma, 19 Mei 2022.
Hari ini, sekali lagi, 77 tahun Piagam PBB. Lebih dari waktu-waktu sebelumnya, prasasti cita-cita perdamaian berbagai bangsa itu menjadi semakin mendapatkan tantangan zaman. Selamat ulang tahun ke-77.