AS Bentuk Aliansi Baru untuk Tangkis Pengaruh China di Kepulauan Pasifik
AS membentuk aliansi baru untuk memperkuat hubungan ekonomi dan diplomasi di kawasan Pasifik Selatan. AS dan sekutunya tak ingin kawasan itu jatuh ke dalam pengaruh China.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO, MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Amerika Serikat membentuk aliansi dengan negara-negara lain untuk menandingi pengaruh China di kawasan Pasifik Selatan. Kelompok aliansi ini terdiri dari AS, Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Inggris. Kelompok informal tersebut dibentuk dengan tujuan meningkatkan hubungan ekonomi dan diplomasi dengan negara-negara Kepulauan Pasifik.
Kelompok itu diberi nama Partners in the Blue Pacific (PBP). Kelompok tersebut berupaya mendukung kawasan Pasifik dan memperkuat hubungan ekonomi antara negara-negara di kawasan itu dan dunia luar.
”Kami bersatu dalam tekad bersama untuk mendukung wilayah yang bisa memberi manfaat pada rakyat Pasifik. Kami juga bersatu dalam bagaimana meralisasikan visi ini—berdasarkan prinsip-prinsip regionalisme Pasifik, kedaulatan, transparansi, bertanggung jawab, dan hampir semuanya dipimpin dan dipandu oleh Kepulauan Pasifik,” demikian pernyataan Gedung Putih.
Koordinator Gedung Putih Indo-Pasifik Kurt Campbell mengatakan, pada Kamis (23/6/2022), pihaknya mengharapkan lebih banyak lagi pejabat AS yang berkunjung ke negara-negara di Kepulauan Pasifik di tengah upaya melawan China di kawasan yang semakin penting dan strategis itu.
Menurut Campbell, AS membutuhkan lebih banyak fasilitas diplomasi ke seluruh kawasan Pasifik. ”AS juga membutuhkan lebih banyak kontak dengan negara-negara yang selama ini menerima perhatian lebih sedikit dari dunia,” kata Campbell.
Hal itu sejalan dengan janji Presiden AS Joe Biden sebelumnya yang mengatakan akan mendukung penuh negara-negara yang haus dengan investasi di Kepulauan Pasifik. Sebelum PBP dibentuk, AS sudah membentuk berbagai aliansi formal, seperti AUKUS dengan anggota Australia, Inggris, dan AS sebagai kekuatan besar. Aliansi ini bertujuan meningkatkan kerja sama bidang teknologi dan pertahanan.
Aliansi lainnya disebut QUAD atau Dialog Keamanan Segi Empat (The Quadrilateral Security Dialogue/Quad). Quad beranggotakan Australia, India, Jepang, dan AS. Aliansi itu lahir sebagai bentuk kemitraan longgar, ditujukan untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan mempercepat pemulihan India yang terdampak tsunami pada 2004.
Kedua aliansi tersebut selalu dimanfaatkan untuk melawan pengaruh China. Meningkatnya pengaruh China di kawasan Pasifik Selatan ditandai dengan kesepakatan pakta keamanan antara negara itu dengan Kepulauan Solomon tahun ini. Negara-negara mitra AS di kawasan, seperti Australia dan Selandia Baru, khawatir bahwa kesepakatan pakta keamanan itu akan memberi jalan bagi China membangun pangkalan militernya di Pasifik Selatan.
”Kedaulatan adalah sentral dalam segi bagaimana kami melihat Pasifik secara keseluruhan. Inisiatif apa pun yang mengompromikan atau mempertanyakan masalah kedaulatan itu, saya pikir, hal itu akan menjadi perhatian kami,” ujar Campbell tanpa merujuk pada China.
Buka kedutaan
Sebelumnya, pada tahun ini Washington telah mengumumkan akan mempercepat pembukaan kedutaan besar di Kepulauan Solomon. Rencana itu diumumkan Menlu AS Antony Blinken saat berkunjung ke Fiji. Ini merupakan kunjungan pertama menlu AS ke Fiji dalam empat dekade terakhir.
Campbell mengatakan, Fiji akan menjadi salah satu hub pelibatan AS di Pasifik Selatan. ”Mantra kami adalah tidak ada Pasifik tanpa Pasifik. Kami tidak akan menerima begitu saja ikatan-ikatan ini,” ujarnya. Campbell mengakui adanya persepsi bahwa Washington tidak selalu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan warga Kepulauan Pasifik secara memadai.
Monica Medina, yang bertanggung jawab pada Urusan Samudra dan Lingkungan Internasional serta Keilmuan pada Departemen Luar Negeri AS, mengatakan, beberapa area di mana Kepulauan Pasifik membutuhkan bantuan secara khusus mencakup isu perubahan iklim dan mengatasi masalah pencurian ikan. ”Kami tahu, banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan,” ujar Medina.
Sementara itu, ketegangan terkait rivalitas Amerika Serikat dengan China terus meningkat di kawasan lain di Asia Pasifik. Pada Sabtu (25/6/2022), China menyebut penerbangan pesawat oleh militer AS melalui Selat Taiwan mengganggu situasi kawasan dan mengancam perdamaian juga stabilitas politik.
Juru Bicara Komando Tentara Pembebasan Rakyat China Kolonel Shi Yi mengatakan, pihaknya menyiapkan pasukan khusus militer angkatan udara untuk memantau operasi pesawat AS. Pihaknya juga terus waspada dengan aktivitas AS di kawasan.
Penerbangan pesawat AS melalui Selat Taiwan itu terjadi pada Jumat (24/6/2022). AS unjuk kekuatannya di kawasan tersebut mulai dari Laut China Selatan, Semenanjung Korea, hingga Selat Taiwan. Aktivitas militer AS meningkat pasca-China meluncurkan kapal induk yang ketiga dengan teknologi yang menandingi kapal induk AS. (REUTERS)