Ukraina Resmi Kandidat Anggota UE, Negara Balkan Ingatkan soal ”Ilusi Eropa”
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut gembira keputusan Uni Eropa (UE) menetapkan negaranya sebagai kandidat anggota UE. Namun, PM Albania Edi Rama mengingatkan Ukraina untuk tidak terperangkap "ilusi Eropa".
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·6 menit baca
BRUSSELS, JUMAT — Ukraina secara resmi ditetapkan menjadi kandidat anggota baru Uni Eropa. Keputusan ini diambil para pemimpin Uni Eropa atau UE dalam sidang di markas UE, Brussels, Belgia, Kamis (23/6/2022), saat serangan Rusia ke Ukraina mulai memasuki bulan kelima. Selain Ukraina, Moldova juga ditetapkan menjadi kandidat lain anggota baru UE.
Proses aksesi Ukraina dan Moldova di UE akan memakan waktu bertahun-tahun, bahkan mungkin lebih dari satu dekade. Beberapa negara Balkan dibuat frustrasi setelah bertahun-tahun pengajuan untuk bergabung UE tidak kunjung menemukan titik terang. Turki mengalami hal serupa. Perdana Menteri Albania Edi Rama mengingatkan rakyat Ukraina untuk tidak terperangkap ”ilusi Eropa”.
Meski demikian, salah satu keputusan pada pertemuan puncak di markas UE itu menjadi langkah simbolik tekad UE untuk memperluas pengaruh lebih dalam ke negara-negara bekas Uni Soviet. ”Hari ini UE mengirim pesan solidaritas pada rakyat Ukraina bahwa kalian berada di keluarga Eropa, bahwa kalian berada di UE,” kata PM Irlandia Micheal Martin.
Para pemimpin UE juga menyepakati ”perspektif Eropa” bagi negara pecahan bekas Uni Soviet lainnya, Georgia. Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan, UE akan siap menyetujui status kandidat Georgia setelah ”prioritas-prioritas utama” diperhatikan.
Kyiv dan Brussels menyambut keputusan penetapan Ukraina sebagai kandidat anggota UE dan menyebutnya sebagai ”momen bersejarah”. ”Masa depan Ukraina berada di UE,” cuit Presiden Volodymyr Zelenskyy lewat akun Twitter-nya.
”Ini kemenangan. Kami telah menantinya selama 120 hari dan 30 tahun,” tambahnya melalui Instagram, merujuk durasi perang melawan Ukraina dan sejak Ukraina lepas dari Uni Soviet.
”Momen bersejarah,” cuit Charles Michel, Presiden Dewan Eropa. ”Hari yang baik bagi Eropa,” ujar Ursula von der Leyen, Ketua Komisi Eropa. Presiden Perancis Emmanuel Macron menyebut keputusan para pemimpin UE memberi ”sinyal sangat kuat” terhadap Rusia bahwa Eropa mendukung aspirasi Ukraina yang pro-Barat.
Belum ada reaksi Kremlin atas keputusan UE tersebut. Pekan lalu, Putin menyatakan tidak menentang hal tersebut. ”Kami tidak menentangnya. (UE) itu bukan blok militer. Hak setiap negara untuk bergabung perkumpulan ekonomi,” ujar Putin.
Ruang pengaruh Rusia
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut perkembangan tersebut sebagai ”angin perubahan terbaru di Benua Biru”. ”Sejarah sedang menggelinding,” ujarnya menjelang dimulainya pertemuan puncak UE, Kamis.
”Saya tidak hanya berbicara soal perang agresi Putin,” lanjut Von der Leyen. ”Saya berbicara soal angin perubahan yang sekali lagi berembus di benua kita. Dengan pengajuan pendaftaran mereka, Ukraina, Moldova, dan Georgia, memberi tahu kita bahwa mereka ingin perubahan.”
Namun, di balik ”angin perubahan” yang bertiup di Eropa tersebut, ada keprihatinan di tubuh UE soal bagaimana blok itu mampu tetap koheren saat keanggotaan mereka meluas. Bermula pada 1951 sebagai organisasi enam negara untuk mengatur produksi industri, UE kini beranggotakan 27 negara. UE menghadapi aneka tantangan, mulai dari perubahan iklim dan kebangkitan China hingga perang di depan tangga ”rumah” mereka.
Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan ”operasi militer khusus” ke Ukraina, akhir Februari 2022, sebagian dipantik oleh perluasan Eropa terhadap apa yang kerap dilukiskan Rusia sebagai ruang pengaruh geografisnya.
Lampu hijau UE terhadap Ukraina, menurut Duta Besar Ukraina untuk UE Vsevolod Chentsov, merupakan ”sinyal terhadap Moskwa bahwa Ukraina dan negara-negara lain bekas Uni Soviet tidak dapat diakui dalam ruang pengaruh Rusia”.
Persyaratan ketat
Ukraina mengajukan diri untuk menjadi anggota UE kurang dari sepekan setelah Moskwa menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022. Untuk menjadi anggota UE, negara-negara kandidat harus memenuhi berbagai persyaratan ekonomi dan politik yang rinci, termasuk komitmen pada penegakan hukum dan prinsip-prinsip demokrasi. Ukraina juga harus menjamin pemberantasan korupsi dan mengadopsi sejumlah paket reformasi yang lain.
Status kandidat anggota UE tidak memberikan jaminan keamanan secara langsung. Namun, begitu resmi menjadi anggota blok Eropa itu, negara tersebut akan dilindungi klausul traktat UE yang menyatakan bahwa jika satu negara anggota menjadi sasaran agresi bersenjata, negara-negara UE lainnya wajib memberikan seluruh bantuan yang dimiliki.
Meski demikian, keuntungan utama bagi anggota UE adalah aspek ekonomi. Keanggotaan UE akan memberikan akses pasar 450 juta konsumen dengan pergerakan bebas tenaga kerja, barang, layanan, dan modal.
Ukraina sebenarnya semula juga ingin bergabung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), aliansi militer. Namun, bukan hanya ditentang keras oleh Rusia, yang merasa terancam dengan perluasan NATO ke negara tetangganya, NATO juga belum akan menawarkan undangan pada Kyiv untuk bergabung. Sebagian alasan NATO terkait isu korupsi di Ukraina, keterbatasan pada pertahanan, dan isu perbatasan yang masih diperselisihkan.
Pengalaman Turki-Balkan
Kembali pada soal keanggotaan di UE, proses bergabungnya sebuah negara ke blok Eropa tersebut memakan waktu panjang dan berliku. Turki, misalnya, mengajukan diri menjadi anggota UE pada 1987, lalu menerima status kandidat pada 1999. Negara itu harus menanti hingga 2005 untuk memulai perundingan-perundingan terkait keinginan masuknya ke UE.
Keseluruhan proses itu saat ini mengalami kebuntuan. Ada sejumlah perselisihan dan perbedaan antara Turki dan UE. Hal yang sama dialami oleh sejumlah negara Balkan yang sudah bertahun-tahun mengajukan diri untuk menjadi anggota UE.
Pada pertemuan dengan para pemimpin UE di Brussels, Kamis kemarin, beberapa pemimpin negara Balkan juga mengungkapkan kemarahan terhadap UE yang tidak kunjung memberi titik terang atas pencalonan negara-negara sebagai anggota UE. ”Macedonia sudah menjadi kandidat (anggota UE) selama 17 tahun jika saya tak salah hitung. Albania sudah delapan tahun. Jadi, selamat datang untuk Ukraina," kata Edi Rama, Perdana Menteri Albania.
”Hal yang baik telah memberikan status kandidat pada Ukraina. Tetapi, saya berharap, rakyat Ukraina tidak banyak berilusi,” lanjut Rama.
Negara-negara Balkan itu sangat frustrasi terkait kebuntuan langkah mereka untuk bergabung UE. Bulgaria memblokir awal perundingan dengan Albania dan Macedonia Utara terkait perselisihan dengan dua negara itu dengan Belgrade.
Bersama mitranya dari Macedonia Utara dan Serbia, Rama sempat mengancam untuk memboikot pertemuan dengan para pemimpin UE, Kamis kemarin, tetapi kemudian membatalkan ancamannya. ”Apa yang terjadi saat ini adalah masalah serius dan pukulan serius bagi kredibilitas Uni Eropa,” kata PM Macedonia Utara Dimitar Kovacevski.
”Kita membuang banyak waktu berharga yang berada di luar jangkauan. Kini saatnya bagi Uni Eropa memenuhi janji-janjinya,” ujar Kovacevski menambahkan.
”Negara-negara dan warga Balkan Barat telah menanti hampir 20 tahun untuk kemungkinan menjadi anggota Uni Eropa,” kata Kanselir Jerman Olaf Scholz. ”Menurut saya, sangatlah penting bahwa janji ini kredibel.”
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan, para pemimpin UE juga sepakat untuk mempertimbangkan Bosnia menjadi kandidat anggota UE. Bosnia telah mendaftar untuk bergabung dengan UE pada 2016. Namun, hingga kini negara itu terhenti pada level ”kandidat potensial” setelah gagal membuat kemajuan dalam sejumlah paket reformasi yang dipersyaratakan Brussels. (AP/AFP/REUTERS)