Di tengah gempuran tentara Rusia, milisi dan tentara Ukraina mencoba bertahan dengan mengombinasikan teknologi modern dan racikan taktik prajurit Romawi.
Oleh
KRIS MADA DAN HARRY SUSILO DARI ZAPORIZHIA, UKRAINA
·5 menit baca
ZAPORIZHIA, KOMPAS - Milisi Ukraina berharap bisa mengimbangi persenjataan Rusia. Saat ini, karena ketimpangan persenjataan, Ukraina menggunakan taktik Kekaisaran Romawi digabungkan teknik pertempuran abad ke-21 dalam perang melawan Rusia. Garis depan pertempuran semakin melebar di banyak provinsi Ukraina.
Seorang milisi di Ukraina Selatan, Dorolenko, mengatakan bahwa kini perang memadukan serangan udara, rudal jelajah, dan artileri. Serangan artileri pun memadukan pemantauan satelit dan pesawat nirawak untuk pemilihan sasaran. ”Perang senapan semakin jarang. Sekarang, kami dan musuh berjauhan,” ujarnya kala ditemui di salah satu pos milisi di Ukraina Selatan, Rabu (22/6/2022).
Rusia mengandalkan berbagai rudal dengan jangkauan ratusan kilometer, artileri berjangkauan hingga 30 km, serta mortar. Sementara Ukraina terutama mengandalkan artileri bantuan Amerika Serikat (AS) dan sekutu serta mitranya, artileri medan (armed) dan artileri pertahanan udara (arhanud) untuk menangkal serangan Rusia. Sesekali, Ukraina juga menggunakan pesawat dan pesawat nirawak untuk menyerang posisi pasukan Rusia.
Dorolenko mengakui, persenjataan Ukraina dan Rusia amat tidak berimbang. Karena itu, pasukan Ukraina tidak hanya mengandalkan senjata. ”Kami mengandalkan taktik dan keuntungan berperang di kampung sendiri,” katanya.
Salah satu latihan pokok bagi banyak anggota kelompok milisi adalah menggali parit dan lubang perlindungan. Taktik itu teruji ampuh dalam menghadapi serangan udara dan hujan artileri. ”Kami memadukan semua cara untuk menghadapi lawan yang lebih banyak senjatanya,” katanya.
Taktik perang parit paling tidak sudah dipakai pasukan Kekaisaran Romawi hingga Perang Dunia I. Taktik berusia ribuan tahun itu dipadukan pasukan Ukraina dengan penggunaan pesawat nirawak dan artileri. ”Sekarang pesawat nirawak semakin mudah digunakan. Kami menggunakan semua pilihan untuk memenangi perang ini,” kata Sergei, seorang perwira menengah di angkatan bersenjata Ukraina.
Fungsi utama pesawat nirawak bertujuan memantau posisi musuh. Pesawat nirawak memungkinkan regu pemantau berada beberapa kilometer di belakang. Dengan demikian, pasukan semakin jauh dari jangkauan lawan. ”Dulu harus lebih dulu mengirimkan patroli pemantau untuk mengetahui apakah di depan aman atau ada musuh. Sekarang cukup dengan menerbangkan pesawat nirawak sampai beberapa kilometer ke depan,” ujar Sergei.
Karena itu, Ukraina melarang penggunaan pesawat nirawak tanpa izin. Operator akan ditangkap dan pesawat nirawaknya ditembak jika menerbangkan tanpa izin. Opsi itu diambil karena Rusia teruji memanfaatkan berbagai pesawat nirawak untuk mencari posisi pasukan dan persenjataan Ukraina. Setelah posisi diketahui, artileri hingga rudal ditembakkan. ”Sasaran menjadi lebih tepat karena sudah dipantau dengan menggunakan kamera dari pesawat nirawak,” kata Dorolenko.
Bantuan terlambat
Ia tidak menampik, AS dan sekutu serta mitranya memberikan berbagai jenis persenjataan. Berbagai kelompok milisi dan aparat Pemerintah Ukraina telah menerima persenjataan bantuan itu. Namun, bantuan itu terlambat. ”Bantuan dalam jumlah besar baru dijanjikan setelah bulan ke dua perang. Banyak persenjataan yang belum diterima sampai sekarang,” katanya.
Karena itu, milisi di lapangan bersiap pada potensi perang melewati musim dingin. Periode itu akan sama berat bagi kedua belah pihak. Dalam kondisi suhu di bawah nol derajat celsius, pasukan di lapangan harus berkonsentrasi dalam pertempuran.
Selain kekurangan senjata, perang bisa panjang karena garis depan terus bertambah. Penguasa darurat militer di Chernihiv, Sumy, Kharkiv, Poltava, Dnipropetrovsk, Odesa, hingga Ternopil terus melaporkan ada serangan udara di wilayah mereka. Sementara penguasa darurat militer di Luhanks, Donetks, Zaporizhia, Kherson, dan Mykolaiv melaporkan pertempuran sengit terjadi di wilayah kewenangan mereka.
Penguasa darurat militer Zaporizhia, Oleksandr Starukh, mengatakan, pasukan Ukraina di Zaporizhia mulai bisa mengimbangi Rusia. Pasokan artileri dan rudal antitank AS dan sekutunya menjadi faktor utama perimbangan itu.
”Kini, kami bisa membalas lebih baik,” katanya.
Sebagian Zaporizhia masih diduduki Rusia. Provinsi di tenggara Kyiv telah menerima sebagian meriam dan peluru artileri dari Washington dan sekutunya.
Setelah bisa mengimbangi, Zaporizhia berusaha membebaskan semua wilayahnya. Zaporizhia membutuhkan armed dan arhanud untuk bisa mengimbangi, kemudian menyerang balik. Sebab, provinsi itu juga menjadi sasaran rudal.
Perkembangan perang
Tidak hanya serangan rudal, provinsi-provinsi di Ukraina timur dan selatan juga menjadi sasaran adu artileri dan mortar. Penguasa darurat militer Sievierodonetsk, Oleksandr Stryuk, mengatakan, hampir 7.000 orang masih bertahan di sana. ”Hampir mustahil membujuk mereka melakukan evakuasi dari sana,” katanya dalam pernyataan tertulis.
Padahal, hampir semua bagian kota itu hancur. Penyaluran bantuan pangan dan obat-obatan juga sulit dilakukan. Selain hujan artileri, otoritas Sievierodonetsk dan Luhansk juga menduga ada banyak penembak runduk di kota itu. Siapa pun yang berada di tempat terbuka bisa menjadi sasaran penembak runduk dan tentu saja artileri.
Penguasa darurat militer Luhansk, Sergei Gaidai, mengatakan, kawasan industri di sekitar pabrik kimia Azot terus dipertahankan pasukan Ukraina. Selain itu, ada 568 warga sipil yang menolak dievakuasi dari sana. Karena itu, pasukan Ukraina di luar kawasan itu mencoba terus memasok makanan dan obat-obatan ke kawasan industri itu.
”Musuh mencoba menguasai Sievierodonetsk sepenuhnya. Pertempuran sengit berlangsung di Sievierodonetsk dan sekitarnya,” katanya.
Ia memahami penolakan warga di pabrik Azot. Dengan kondisi sekarang, keluar dari tempat perlindungan di pabrik itu justru lebih berbahaya. Gempuran artileri dan serangan udara Rusia bisa membuat siapa pun jadi sasaran jika keluar dari tempat perlindungan. Dibangun sebagai pabrik nitrogen semasa kejayaan Uni Soviet, tembok pabrik itu dan tempat perlindungannya amat tebal. Dulu petinggi Uni Soviet khawatir pabrik itu jadi sasaran serangan, dan karena itu harus dibuat tahan gempuran. Dalam perang Rusia-Ukraina, bayangan petinggi negara yang pernah menaungi Rusia-Ukraina itu terwujud.
Wilayah Luhansk yang dalam gempuran hebat bukan hanya Sievierodonetsk. Gaidai mengakui, Lysychansk semakin didekati Rusia. Meriam-meriam Moskwa kini semakin merapat ke Lysychansk. ”Musuh mencoba mengepung Lysychanks-Bakhmut,” ujarnya.
Di Toshkivka, Rusia mengerahkan puluhan tank dan kendaraan lapis baja ke arah distrik yang sudah berhari-hari digempur artileri tersebut. Bahkan, Pidlisne dan Myrna Dolyna di dekat Toshkivka sudah diduduki Rusia.
Komando Operasi Selatan Ukraina mengumumkan, 44 rudal kaliber Rusia kini diarahkan ke Odesa, Mykolaiv, dan Kherson. ”Dengan jangkauannya, rudal-rudal itu bisa mengancam seluruh Ukraina,” kata juru bicara Komando Operasi Selatan, Natalia Humeniuk.
Sementara Penguasa Darurat Militer Mykolaiv, Vitali Kim, menyebut tujuh rudal Rusia menyasar ibu kota provinsi itu. Seluruhnya bisa dicegat di udara. Meski demikian, pecahan rudal berjatuhan dan menimpa sejumlah bangunan. Kerusakan akibat insiden itu masih terus diperiksa.