Roket Nuri Buka Jalan Korea Selatan ke Luar Angkasa
Roket Nuri berhasil mencapai orbit dan menempatkan satelit di sana. Korea Selatan berjanji roket ini tidak digunakan untuk kepentingan militer.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
SEOUL, SELASA — Korea Selatan meluncurkan roket antariksa Nuri pada Selasa (21/6/2022). Roket ini bagi Korsel adalah langkah berarti dalam perkembangan teknologi kedirgantaraan mereka.
Dilansir dari kantor berita nasional Korsel, Yonhap, roket Korea Satellite Launch Vehicle II atau yang dikenal sebagai Nuri seberat 200 ton itu diluncurkan dari Pusat Antariksa Naro yang terletak di pesisir selatan. Roket Nuri berhasil meletakkan sebuah satelit di orbit dan ini dianggap sebagai tahap sangat bermakna bagi ilmu keantariksaan.
”Kita telah membuka jalan ke luar angkasa bagi Korea Selatan. Setelah berjuang melawan segala keterbatasan selama 30 tahun, kini kita bisa mencapai antariksa. Ini harapan yang besar bagi generasi muda kita,” kata Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dalam telewicara kepada para ilmuwan yang terlibat.
Yoon melanjutkan, Korsel harus berambisi menjadi salah satu negara termaju dalam penelitian keantariksaan. Hal ini sesuai dengan janji kampanyenya, yaitu membangun badan keantariksaan dan sistem untuk teknologi sekaligus industri di bidang tersebut.
Roket Nuri merupakan buatan dalam negeri Korsel. Ini percobaan peluncuran yang kedua. Delapan bulan lalu, percobaan pertama gagal meletakkan satelit model ke orbit. Padahal, seluruh tahap berlangsung lancar. Roket berhasil mencapai ketinggian 700 kilometer. Akan tetapi, ketika hendak meletakkan satelit model, mesin berhenti terbakar lebih cepat dari jadwal. Peristiwa itu sempat menjadi pukulan berat bagi Korsel.
Kali ini, selain mengangkut satelit, Nuri juga mengangkut roket satelit verifikasi dan empat satelit berbentuk kubus buatan empat perguruan tinggi. Dilansir dari Al Jazeera, butuh satu dekade untuk membuat Nuri dengan biaya 1,5 miliar dollar AS. Ukuran panjangnya 47,2 meter dengan berat 200 ton. Roket ini memiliki enam mesin.
Korsel merupakan perekonomian terbesar ke-10 di dunia. Produk paling terkenal dari negara ini antara lain semikonduktor, gawai pintar, dan mobil. Bahkan, telepon genggam produksi Korsel, yaitu Samsung, mendominasi dunia. Akan tetapi, di segi penelitian dan industri keantariksaan, Korsel tertinggal dari China, India, dan Jepang.
Pada 2012 dan 2016, tetangga Korsel, Korea Utara, justru berhasil menempatkan dua satelit pemantau di orbit. Meskipun demikian, tidak ada data yang menyebutkan kedua satelit itu pernah mengirim foto ataupun video mengenai luar angkasa kepada Pemerintah Korut. Pada setiap peluncuran, Perserikatan Bangsa-Bangsa menjatuhkan sanksi atas Korut. Ini karena proyek pembuatan roket dan keantariksaan Korut dianggap sebagai kedok pengembangan senjata jarak jauh.
Korsel tidak mau kalah dari Korut. Selama ini, Korsel rajin mengirim satelit ke orbit. Akan tetapi, semua dilakukan memakai roket buatan negara lain dan dari tempat peluncuran di luar Korsel. Baru pada 2013 Korsel meluncurkan roket dari dalam negeri walaupun roketnya buatan Rusia.
Setelah peluncuran Nuri, Korsel berencana membuat Nuri-Nuri yang lain. Mereka juga berniat mengembangkan kendaraan untuk permukaan Bulan dan alat-alat peluncur satelit berskala besar. Pemerintah Korsel mengatakan bahwa proyek Nuri ini tidak akan dipakai untuk tujuan militer.
Kwon Yong-soo, mantan dosen Universitas Pertahanan Korsel, menjelaskan, teknologi roket militer sudah tergambar dari keberhasilan peluncuran Nuri. ”Tinggal ganti satelit dengan hulu ledak, roket berubah menjadi senjata. Nuri ini menunjukkan keberhasilan roket jarak jauh yang bisa dengan mudah dikembangkan menjadi rudal jarak jauh,” ujarnya.
Dari segi bahan bakar, Nuri memakai bentuk cair. Menurut Lee Choon-geun, peneliti Institut Kebijakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Korsel, guna menjadi roket militer, Nuri harus diganti berbahan bakar padat. Rudal jarak jauh Korut memakai bahan bakar cair, tetapi sangat beracun dan lebih cepat habis terbakar dibandingkan Nuri. (AP)