Belum mentas dari trauma penembakan massal pekan lalu, masyarakat Amerika Serikat lagi-lagi diguncang insiden yang sudah menjadi endemi di negara itu. Sebuah gereja di Alabama jadi targetnya.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·3 menit baca
BIRMINGHAM, JUMAT — Penembakan massal terus merongrong Amerika Serikat. Kali ini, insiden terjadi di sebuah gereja di salah satu kota besar di Negara Bagian Alabama. Sebanyak dua warga dikabarkan tewas.
Peristiwa itu terjadi pada Kamis (16/6/2022) malam waktu setempat atau Jumat (17/6/2022) pagi WIB. Kejadian berlokasi di Gereja Episkopal Santo Stefanus di Vestavia Hills, daerah suburban kota Birmingham. Gereja Episkopal di Amerika Serikat (AS) adalah anggota dari gereja Anglikan.
Kapten polisi setempat, Shane Ware, dalam keterangan pers, menyatakan, seorang tersangka sudah ditangkap dan dibawa ke tahanan. Namun, ia belum bersedia mengungkap identitas pelaku maupun korban.
Ware juga menolak untuk menjelaskan kronologi kejadian. Ia hanya mengatakan, polisi menerima laporan melalui telepon pada pukul 18.22 waktu setempat. Selanjutnya sejumlah petugas bergegas ke lokasi. ”Kami tahu, tidak ada lagi ancaman, baik bagi komunitas Vestavia Hills maupun daerah sekitarnya,” kata Ware kepada wartawan.
Sejumlah lembaga penegakan hukum berada di lokasi kejadian, di antaranya polisi setempat, pemadam kebakaran, FBI, US Marshals Service, serta Biro Alkohol, Senjata Api, Tembakau, dan Peledak.
Jalur menuju lokasi kejadian telah diblokade dan tempat kejadian perkara juga telah dipasang pita polisi. Sejumlah penyelidik berada di lokasi selama beberapa jam hingga lewat tengah malam.
Pendeta Kelley Hudlow dari Keuskupan Alabama kepada stasiun televisi WBRC mengatakan, gereja dan komunitas terkejut dengan penembakan massal itu. ”Insiden ini sangat mengejutkan. Komunitas Santo Stefanus dibangun atas dasar cinta dan doa. Orang-orang dari berbagai keyakinan bersatu dalam doa untuk penyembuhan mereka yang masih dirawat di rumah sakit,” katanya.
Dia juga menambahkan, gereja menerima pesan dari seluruh Amerika Serikat dan dunia yang berdoa untuk komunitas. ”Kami butuh semua orang. Mohon doa, pemikiran, meditasi, dan ungkapan cinta untuk komunitas ini karena kami semua akan membutuhkan itu semua,” katanya.
AS merupakan salah satu negara di dunia dengan jumlah kekerasan senjata api terbanyak di dunia. Dalam sebulan terakhir saja, sejumlah insiden terjadi.
Korban tewas terbanyak dalam sebulan terakhir terjadi pada kasus di Sekolah Dasar Robb di Kota Uvalde, Negara Bagian Texas, Selasa (24/5/2022) siang waktu setempat. Sebanyak 19 pelajar dan dua guru di SD Robb tewas. Tersangkanya adalah Salvador Ramos (18), pelajar sekolah menengah atas di kota itu.
Tragedi ini terjadi hanya sepuluh hari dari setelah penembakan massal di sebuah supermarket di New York yang menewaskan 10 orang. Insiden di Texas itu sekaligus menjadi kasus terfatal sejak tragedi di Sekolah Dasar Sandy Hook di Connecticut pada 2012 yang menewaskan 26 korban, termasuk 20 murid.
Pada Juni, setidaknya dua kasus sudah tercatat. Pertama adalah penembakan di Gedung Natalie Medical, Rumah Sakit St Francis Campus, Tulsa, Oklahoma. Rabu (1/6/2022). Sebanyak empat warga dikabarkan tewas. Pada Kamis (9/6/2022), penembakan massal terjadi di sebuah lokasi bisnis di Maryland Barat. Sebanyak tiga orang dilaporkan tewas akibat ulah seorang tersangka itu.