Presiden Amerika Serikat Joe Biden dipastikan akan berkunjung ke Arab Saudi, pertengahan Juli nanti. Keputusan Biden berkunjung ke Arab Saudi dikritik karena catatan HAM-nya yang masih merah.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Presiden Amerika Serikat Joe Biden memastikan akan berkunjung ke Arab Saudi, Juli mendatang, untuk bertemu Putra Mahkota sekaligus penguasa de facto Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman. Langkah ini menjadi perubahan kebijakan Biden yang saat kampanye pemilihan presiden AS menyatakan akan menjadikan Arab Saudi sebagai negara paria karena catatan pelanggaran hak asasi manusianya.
Kunjungan Biden ke Arab Saudi itu adalah bagian dari perjalanannya ke Timur Tengah, 13-16 Juli. Selain ke Arab Saudi, Biden dijadwalkan akan berkunjung ke Israel dan Tepi Barat. Dalam penjelasan singkatnya kepada wartawan, Selasa (14/6/2022), Biden mengonfirmasi jadwal kunjungannya itu dengan nada bicara sedikit tinggi. Dia menyatakan bahwa semuanya telah coba dilakukannya di Timur Tengah.
Gedung Putih mengumumkan rencana perjalanan tersebut setelah Arab Saudi bulan ini membantu mendorong OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 648.000 barel per hari pada Juli dan Agustus. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi juga setuju untuk memperpanjang gencatan senjata yang dimediasi PBB dalam perang tujuh tahun dengan Yaman.
Biden memuji keputusan Arab Saudi itu dengan menyebutkan bahwa tindakan itu sebuah tindakan yang berani. Pangeran Mohammed bin Salman, yang biasa disebut dengan inisialnya, MBS, memainkan ”peran penting” dalam menengahi perpanjangan gencatan senjata, menurut seorang pejabat senior Pemerintah Arab Saudi.
Sekretaris pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, mengatakan, undangan kepada Biden dilayangkan Raja Salman. Biden sendiri mengunjungi Timur Tengah dalam rangka bertemu negara Dewan Kerja Sama Teluk, yakni Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Irak, dan Jordania.
Biden yang juga akan berkunjung ke Israel menurut rencana akan ambil bagian dalam pertemuan virtual para pemimpin ”I2-U2”, sebuah forum ekonomi yang didirikan akhir tahun lalu. Forum itu mencakup Israel, India, Uni Emirat Arab, dan AS. Biden juga akan bertemu dengan para atlet yang ikut serta dalam Maccabiah Games, kompetisi olahraga yang mempertemukan ribuan atlet Yahudi dan Israel dari seluruh dunia.
Jean Pierre mengatakan bahwa Biden akan mengangkat masalah hak asasi manusia dengan pejabat Saudi tetapi tidak secara langsung menjawab apakah presiden akan berbicara dengan Pangeran Mohammed tentang pembunuhan Khashoggi. ”Penting juga untuk menekankan bahwa sementara kami mengalibrasi ulang hubungan, kami tidak ingin merusak hubungan,” katanya.
Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington menggambarkan kunjungan itu atas undangan raja ”untuk memperkuat hubungan bilateral historis dan kemitraan strategis yang menonjol antara” kedua negara.
HAM dan kepentingan Pragmatis
Organisasi hak asasi manusia dan beberapa sekutu Partai Demokrat mengingatkan Biden soal agenda kunjungan ini. Mereka menilai, kunjungan Biden yang tidak didahului komitmen hak asasi manusia akan menjadi sinyal pada para pemimpin Arab Saudi. Sinyal yang dimaksud adalah bahwa tidak ada konsekuensi atas pelanggaran HAM yang dilakukan penguasa, seperti penangkapan massal, eksekusi, hingga kekerasan terhadap warganya yang berbeda pendapat.
Namun, ada fakta bahwa harga energi terus meroket yang menekan perekonomian AS. Selain itu, AS berkepentingan membendung perluasan pengaruh China. Hal-hal ini membuat Biden dan para penasihat keamanannya memutuskan untuk bisa memoderasi kebijakannya dengan Arab Saudi, khususnya MBS.
Senator Dick Durbin dari Partai Demokrat mengatakan kepada stasiun televisi CNN bahwa Biden memiliki pekerjaan yang sulit, yakni mengatasi meroketnya harga bahan bakar di dalam negeri. Namun, di saat yang sama, Durbin mengakui bahwa pikirannya campur aduk ketika melihat jejak rekam pelanggaran HAM Arab Saudi.
Sementara, di kalangan Republikan, Biden dituduh tidak memperhatikan situasi perekonomian dalam negeri, terutama saat harga bahan bakar meroket. John Thune, Senator Republik dari Dakota Selatan, mengatakan, Biden harus bergandengan tangan dengan Arab Saudi untuk mencoba dan membuat mereka meningkatkan produksi energi. Sebab, hal itu tidak mungkin dilakukan sendiri oleh AS.
Hala Al Dosari, pembela HAM di Arab Saudi yang kini tinggal dan mangajar di AS, menyatakan, keputusan Biden untuk bertemu MBS adalah sebuah pengkhianatan. Dia juga menyuarakan keprihatinannya bahwa kunjungan Biden ke Israel akan menutupi tindakan brutal aparat keamanan Israel yang membunuh jurnalis Al-Jazeera, Shireen Abu Akleh, di Tepi Barat.
Investigasi independen oleh The Associated Press dan beberapa organisasi berita lainnya menyimpulkan bahwa tembakan Israel kemungkinan besar membunuh jurnalis veteran itu. Israel mengatakan akan menyelidikinya.
Al-Dosari menuduh Pemerintah AS memprioritaskan kepentingan jangka pendek di atas tujuan jangka panjang untuk mendukung transisi demokrasi di negara-negara Arab. Ia juga menuding AS memprioritaskan kepentingan mengamankan lebih banyak minyak dan dukungan untuk Israel.
John Kirby, koordinator Dewan Keamanan Nasional untuk komunikasi strategis, dalam sebuah wawancara CNN, Selasa, mengatakan, Biden memahami kesedihan keluarga korban tragedi 9/11 dan tidak akan menghindar untuk mewakili mereka dan keprihatinan mereka. (AP)