Covid-19 Menyebar dari Kelab Malam, Beijing Gelar Tes Usap bagi 3 Juta Warga
Pemerintah Kota Beijing meminta sekolah-sekolah kembali melakukan pembelajaran secara daring setelah kasus Covid-19 di salah satu distrik melonjak. Kasus ini bermula dari penularan yang terjadi di sebuah kelab malam.
Oleh
LUKI AULIA, DARI FUZHOU, CHINA
·4 menit baca
AFP/NOEL CELIS
Petugas kesehatan mengambil tes usap pada seorang warga yang menjalani tes Covid-19 di Beijing, China, Selasa (14/6/2022).
FUZHOU, KOMPAS — Kasus Covid-19 di salah satu wilayah di ibu kota Beijing, China, yakni Distrik Chaoyang, seperti tercatat pada Selasa (14/6/2022) kembali melonjak menjadi 228 kasus. Semua kasus tersebut berasal dari sebuah kelab malam yang buka 24 jam, Heaven Supermarket, di kawasan hiburan malam Workers Stadium.
Akibatnya, Pemerintah Kota Beijing meminta sekolah-sekolah kembali melakukan pembelajaran secara daring. Padahal, baru saja pada pekan lalu masyarakat Beijing bisa menghirup udara segar keluar rumah dan menjalani kehidupan normal.
Kasus penyebaran Covid-19 di kelab malam itu berawal dari diketahuinya seorang warga yang positif Covid-19 setelah datang ke kelab tersebut, Kamis lalu. Dari satu orang itu, 180 orang kemudian terinfeksi, 4 orang d iantaranya karyawan kelab dan 44 orang yang mengalami kontak dengan tamu yang datang ke kelab malam tersebut. Seluruh wilayah di sekitar kelab malam itu ditutup kembali.
Munculnya kasus-kasus seperti ini yang membuat Pemerintah China tetap memberlakukan kebijakan nihil Covid-19 (zero Covid-19) yang menitikberatkan pada tes Covid-19 massal, karantina, dan pelacakan kontak orang yang terinfeksi.
AFP/NOEL CELIS
Warga mengantre saat menjalani tes usap Covid-19 di Beijing, China, Senin (13/6/2022).
Di Distrik Chaoyang yang berpenduduk sekitar 3 juta jiwa itu sedang dilakukan tes Covid-19 massal, Senin (13/6/2022), dan akan berlangsung selama tiga hari. Antrean panjang terlihat di sejumlah lokasi di distrik itu. Waktu menunggu bisa sampai dua jam.
Di luar kasus Covid-19 dari kelab malam itu, di Beijing ada 51 kasus baru per Senin lalu, 22 kasus di antaranya tidak bergejala. Setiap warga Beijing wajib menjalani tes Covid-19 secara rutin, mengenakan masker, dan menggunakan aplikasi di telepon seluler, seperti Peduli Lindungi, jika hendak masuk ke tempat-tempat umum. Secara nasional, kasus Covid-19 di China mencapai 143 kasus. Mayoritas kasus-kasus tersebut ditemukan di Beijing dan Shanghai.
Penyebaran Covid-19 di kelab malam Heaven Supermarket diduga bisa cepat karena lokasinya dipenuhi pengunjung. Kelab malam dan bar itu terkenal sebagai toko minuman beralkohol dengan layanan mandiri yang dilengkapi dengan kursi, sofa, dan meja. Bar ini terkenal di kalangan anak muda dan menyediakan beragam minuman beralkohol mulai dari alkohol produk dalam negeri sampai dengan minuman bir Belgia.
Harian Beijing Evening News menyebutkan, penyebaran Covid-19 di kelab malam itu menunjukkan ketidakdisiplinan warga dalam mematuhi protokol kesehatan. ”Baru saja kehidupan normal bisa pulih. Gara-gara Heaven Supermarket Bar, segala pengorbanan dan penderitaan masyarakat Beijing selama karantina menjadi sia-sia,” tulis media itu.
Frustrasi
Di Shanghai terdapat 502 orang yang terkait dengan tiga kasus positif Covid-19 di salon kecantikan Red Rose. Ratusan orang itu datang dari 15 distrik di Shanghai yang berpenduduk 25 juta jiwa itu. Akibatnya, tes massal Covid-19 dan kebijakan pembatasan kembali dilakukan.
Padahal, baru 1 Juni lalu, Shanghai mencabut kebijakan penguncian yang sudah diberlakukan selama dua bulan. Jalanan dan pertokoan kembali sepi selama akhir pekan lalu. Hanya sebagian restoran yang buka dan itupun hanya boleh melayani makanan dibawa pulang.
AFP/HECTOR RETAMAL
Petugas kesehatan berada di dalam tempat khusus saat mengambil tes usap warga di pinggir jalan Distrik Jingan, Shanghai, China, 12 Juni 2022.
Jika ada warga yang tidak menjalani tes PCR, akan ada kode kuning pada aplikasi status kesehatannya. Jika kuning, orang itu tak boleh masuk ke tempat umum.
Meski kebijakan penguncian sudah dibuka, masih ada sekitar 220.000 orang yang belum boleh keluar rumah karena lingkungannya belum steril. Dalam aturan pemerintah setempat disebutkan, mereka baru boleh keluar rumah hanya jika dalam waktu sepuluh hari tidak ada kasus positif satu pun di kompleks mereka.
Selain itu, ada juga 600.000 orang yang berada di zona kontrol. Di zona ini, pergerakan mereka dibatasi hanya di dalam lingkungan kompleks saja. Untuk memastikan warga tak berkeliaran, dipasang pagar baja besar yang menutup kawasan-kawasan itu.
Situasi tak menentu ini membuat warga Shanghai marah dan protes. Mereka menyebarkan video protes secara daring dan berbarengan berteriak sambil memukul-mukul apa saja di malam hari untuk melepaskan ketegangan. Setelah kemarin sempat dilonggarkan, banyak warga non-Shanghai yang keluar dari Shanghai, termasuk warga asing yang ikut terjebak dalam penguncian.
AFP/HECTOR RETAMAL
Para pekerja dengan memakai baju alat pelindung diri (APD) duduk di balik pagar di area permukiman yang diberlakukan penguncian wilayah di Distrik Huangpu, Shanghai, China, Senin (13/6/2022).
Kasus di Beijing dan Shanghai menunjukkan, betapa sulitnya China mewujudkan kebijakan nihil Covid, sementara negara lain sudah mulai belajar hidup berdampingan dengan Covid-19. Munculnya kembali kasus-kasus baru Covid-19 juga meningkatkan kekhawatiran pada prospek ekonomi terbesar kedua di dunia ini.
”Sekarang kita harus tes PCR setiap hari. Merepotkan, tetapi memang perlu. Gara-gara virus ini, penghasilan turun 20-30 persen,” kata warga Beijing, Cao (21), yang membuka toko kelontong di dekat bar di Distrik Chaoyang. (REUTERS/AP)