Aksi mogok sopir truk kargo di Korea Selatan telah mendisrupsi industri domestik negeri itu. Jika aksi terus berlanjut, dikhawatirkan rantai pasok global juga bakal terganggu.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO, MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
SEOUL, SENIN — Sudah seminggu ribuan sopir truk di Korea Selatan mogok kerja dan berunjuk rasa menuntut adanya jaminan upah minimum di tengah terus naiknya harga bahan bakar minyak. Unjuk rasa itu mengakibatkan disrupsi besar-besaran pada angkutan kargo dan produksi di sejumlah sektor industri. Pejabat setempat, Senin (13/6/2022), menyebut unjuk rasa telah menyebabkan kerugian hingga sekitar 1,6 triliun won atau Rp 18,2 triliun.
Jika terus berlangsung dalam waktu lebih lama, unjuk rasa para sopir truk di Korsel tersebut bisa memperburuk rantai pasok global yang saat ini sudah terganggu oleh perang Ukraina-Rusia dan penanganan pandemi di China. Dampak unjuk rasa sejauh ini secara umum masih terbatas pada industri domestik Korsel. Belum ada laporan dari negara ekonomi terbesar ke-10 dunia itu terkait disrupsi ekspor komoditas utama, seperti semikonduktor.
Hingga Minggu (12/6/2022), sudah empat kali perundingan digelar antara sopir truk dan pejabat Pemerintah Korsel. Namun, belum ada kesepakatan. Senin (13/6/2022), Serikat Solidaritas Sopir Truk Kargo mempertimbangkan untuk memblokade pengiriman batubara ke pembangkit listrik jika pemerintah masih menolak tuntutan mereka.
Selain itu, mereka juga mengancam akan menutup kompleks petrokimia dengan memblokade pengiriman barang ke dalam dan ke luar dari kompleks tersebut. ”Kami memikirkan untuk memblokade total,” ujar Kim Jae-gwang, ketua asosiasi sopir truk kargo, kepada kantor berita Reuters.
Ia merujuk pada pengiriman batubara ke pembangkit listrik di Gunsan, Provinsi Jeolla Utara, yang menggunakan truk-truk untuk mengangkut batubaranya. ”Kami berharap, situasi itu tak terjadi,” ujar Kim.
Kementerian Transportasi Korsel memperkirakan sekitar 7.050 pengemudi truk atau sekitar 32 persen dari anggota asosiasi ambil bagian dalam aksi mogok dan unjuk rasa tersebut. Unjuk rasa pada Senin berlangsung di 14 lokasi di seluruh wilayah Korsel. Serikat Solidaritas Sopir Truk Kargo mengatakan, anggota serikat yang jumlahnya jauh lebih besar menolak bekerja dan tinggal di rumah atau tempat lain.
Dalam sepekan unjuk rasa ini, polisi menangkap sekitar 40 sopir truk yang dinilai mengganggu lalu lintas. Beberapa kali terjadi bentrokan antara polisi dan peserta unjuk rasa yang menyebabkan beberapa sopir truk luka ringan.
Lee Eung-joo, perwakilan dari Serikat Solidaritas Sopir Truk Kargo, mengatakan, polisi telah membebaskan 29 dari 40 pengemudi truk yang itahan. Dia menyebutkan, setidaknya sembilan pengemudi truk terluka ringan dalam bentrokan dengan polisi.
Dampak pada industri
Aksi mogok dan unjuk rasa para sopir truk tersebut berdampak langsung pada aktivitas industri di Korsel. Pengiriman barang pun melambat di pelabuhan di wilayah selatan, Ulsan dan Busan, yang selama ini memasok bahan bagi sektor industri mobil, baja, dan semen.
Pemerintah setempat mengemukakan, kerugian sektor industri mobil, baja, petrokimia, dan semen telah mencapai sekitar 1,6 triliun won atau sekitar Rp 18,2 triliun. Kerugian ini dihitung dari bahan produksi yang tidak tersedia dan pengiriman yang gagal, 7-12 Juni.
Perusahaan penghasil baja POSCO terpaksa menutup sebagian pabriknya karena tidak ada tempat untuk menyimpan barang hasil produksi. Asosiasi Pabrik Otomotif Korsel menyebut para produsen mobil kehilangan potensi produksi 5.400 kendaraan selama 8-11 Juni. Hyundai Motor, misalnya, mengurangi sebagian mesin perakitannya. Sementara produsen semen juga memangkas sebagian produksinya.
Sejauh ini belum ada laporan disrupsi dalam produksi di perusahaan Samsung Electronics, SK Hynix, dan perusahaan semikonduktor lain. Kim Yang-pang, peneliti pada Korea Institute for Industrial Economics & Trade, memperkirakan Samsung Electronics dan SK Hynix dan para pemasoknya memiliki cadangan bahan baku yang cukup untuk sedikitnya selama dua pekan. Ketika dimintai konfirmasi, Samsung tak mau berkomentar, sedangkan SK Hynix belum merespons permintaan tanggapan.
Asosiasi industri yang mewakili 32 perusahaan petrokimia di Korsel mengatakan, rata-rata pengiriman harian dari pabrik dan perusahaan anggota mereka telah anjlok hingga 90 persen akibat pemogokan sopir truk.
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol memerintahkan para menteri dan bawahannya membuat langkah-langkah untuk membantu masyarakat di tengah impitan ekonomi. Inflasi di Korsel akan mencapai level tertinggi dalam 24 tahun terakhir, yakni sebesar 4,8 persen tahun ini.
Yoon juga menyatakan bakal mencari cara untuk mengurangi dampak dari pemogokan pengemudi truk yang sedang berlangsung ke industri.
Bilateral RI-Korsel
Sementara itu, di tengah tekanan ekonomi di Korsel, Wakil Menteri Perdagangan RI Jerry Sambuaga menggelar pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi (MOTIE) Korsel Young Jin Jang di Seoul, Jumat (10/6/2022). Seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Perdagangan RI, dalam pertemuan itu, Korsel ingin berinvestasi di Indonesia untuk mendukung keinginan Indonesia memproduksi mobil listrik yang ramah lingkungan.
Selain itu, kerja sama Korsel dan Indonesia juga terjalin di bidang energi. Korsel merupakan salah satu negara tujuan ekspor batubara di Indonesia. Sekitar 24,7 juta ton batubara atau 6,1 persen dari total ekspor Indonesia dikirim ke Korsel. (AP/REUTERS)