Dialog Shangri-La dimulai dengan Jepang dicecar oleh China terkait ambisi geopolitiknya.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·5 menit baca
KYODO NEWS VIA AP
Dalam foto bertanggal 13 Oktober 2011 ini, pesawat pengintai angkatan laut Jepang terbang di atas Pulau Senkaku atau yang oleh China disebut sebagai Pulau Diaoyu. Wilayah ini diperebutkan kedua negara.
SINGAPURA, JUMAT – Dialog Shangri-La, sebuah ajang pertemuan perwakilan 42 negara di Asia Pasifik guna membahas perkembangan pertahanan dan keamanan wilayah resmi berlangsung di Hotel Shangri-La, Singapura pada hari Jumat (10/6/2022) yang dihadiri 500 orang delegasi dari 42 negara maupun perusahaan-perusahaan di bidang keamanan. Walaupun debat antara Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin dengan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe masih menjadi acara utama yang ditunggu-tunggu, China mulai dengan menyerang Jepang.
Serangan ini berupa artikel-artikel yang mendiskreditkan Jepang di media-media nasional China. Salah satu yang paling keras berbicara adalah tajuk rencana surat kabar Global Times. Perihalnya dimulai dengan kabar mengenai isi pidato kunci yang akan disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Bukan rahasia umum bahwa Kishida hendak meningkatkan anggaran pertahanan dan keamanan Jepang. Salah satunya ialah dengan cara menambah anggaran militer Jepang. Dalam kampanye pemilihan umum awal tahun 2022, Kishida menjanjikan membawa Jepang ke posisi yang lebih tinggi dan berbobot serta aktif di dalam geopolitik Asia Pasifik.
Kishida memberi contoh hal-hal yang harus ditanggapi secara tegas oleh Jepang. Pertama ialah mengusir kehadiran Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang berpatroli dengan kapal-kapal militer di perairan Pulau Senkaku. Ini merupakan pulau sengketa antara kedua negara. Oleh China, Pulau Senkaku disebut dengan Pulau Diaoyu.
Kedua terkait dengan semakin banyaknya intrusi pesawat tempur PLA di wilayah pertahanan udara Taiwan. Pulau tersebut merupakan wilayah otonom dengan pemerintahan sendiri yang berbasis republik. Jepang dan negara-negara Barat menunjukkan dukungan terhadap Taiwan dengan alasan sama-sama berlandaskan asas demokrasi.
AFP/POOL/KIYOSHI OTA
Perdana Menteri Jepang Kishida saat memberi pernyataan pers dalam jumpa pers di sela-sela dialog negara-negara anggota Quad, di Tokyo, 24 Mei 2022.
Pada awal Mei lalu, Kishida berkunjung ke London untuk bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Di dalam jumpa pers, dikutip oleh BBC, selain kedua belah pihak mengumumkan sanksi ekonomi atas Rusia akibat perbuatan mereka menyerang Ukraina, Kishida juga membuat pernyataan bahwa Asia Timur bisa saja bernasib serupa dengan Ukraina.
Menurut Kishida, Asia Pasifik tengah menghadapi munculnya kekuatan unilateral yang merusak keseimbangan kawasan. Ia tidak menyebut secara langsung bahwa kekuatan yang dimaksud adalah China. Akan tetapi, publik bisa memahaminya. Dalam pertemuan Pakta Pertahanan Quadrilateral antara Jepang, AS, India, dan Inggris, mereka kembali membahas pentingnya menahan perkembangan hegemoni China di Asia Pasifik.
“Jepang terperangkap khayalan masa jaya mereka sebelum Perang Dunia II. Mereka ingin kembali menjadi bangsa nomor satu di Asia Pasifik, padahal sekarang ini mereka tidak lagi mempunyai kekuatan militer dan ekonomi yang signifikan,” kata tajuk rencana Global Times.
Pengamat politik China Song Zhongping menjelaskan, Jepang melangkah ke area berbahaya dan justru menunjukkan Kishida kurang cakap dalam politik luar negeri. Menurut dia, situasi antara Taiwan dan Kepulauan Diaoyu berbeda dengan Ukraina sehingga tidak bisa dibandingkan. Ini langkah diplomasi yang keliru dari Kishida.
“Berbicara mengenai Taiwan adalah membahas kesepakatan Satu China (One China Policy), sebuah dokumen perjanjian global yang disetujui oleh hampir semua negara di dunia yang jelas mengatakan bahwa Taiwan merupakan bagian dari China. Jika Kishida menyinggung ini, ia memasuki teritori campur tangan urusan dalam negeri China,” tutur Song.
REUTERS/STRATTON
Para pejabat senior Kementerian Pertahanan Jepang, perwakilan AS di Jepang, dan perwakilan perusahaan Lockheed Martin hadir di hanggar Pasukan Bela Diri Udara Jepang atau Angkatan Udara Jepang untuk mengikuti upacara penyerahan pesawat tempur F-35A Lightning II pertama untuk Wing Udara 3 Angkatan Udara Jepang di Pangkalan Udara Misawa, Jepang, 24 Februari 2018.
Demikian pula dengan Kepulauan Diaoyu yang merupakan wilayah sengketa. Situasinya berbeda dengan Ukraina yang hendak bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Penyelesaian Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah dari dialog China dengan jepang, bukan melalui pakta pertahanan.
“Agenda Jepang tampak sekali disetir oleh kepentingan Barat, terutama AS. Semestinya Jepang ingat bahwa AS hanya mementingkan diri sendiri. Mereka tidak segan meninggalkan mitra mereka untuk berjuang sendirian menyelesaikan kekacauan seperti di Suriah dan Afghanistan,” ujar Song.
Meskipun begitu, patut juga melihat alasan Jepang untuk menambah anggaran militer dan mengupayakan kehadirannya secara global sejak masa pemerintahan pendahulu Kishida, yaitu Shinzo Abe. Pada Oktober 2014, dua warga negara Jepang, kontraktor militer Haruna Yukawa dan wartawan lepas Kenji Goto diculik oleh organisasi teroris Negara Islam Irak dan Suriah di Suriah (NIIS).
NIIS menuduh Jepang memprovokasi mereka karena memberi dana sebesar 200 juta dollar AS kepada negara-negara yang berperang melawan organisasi ini. Oleh sebab itu, NIIS meminta Jepang membayar jumlah yang sama untuk menebus kedua sandera dalam kurun 72 jam.
REUTERS/TORU HANAI
Perdana Menteri Jepang 2012-2020 Shinzo Abe.
Abe berusaha menegosiasi pembebasan sandera. Ia mengatakan, dana yang diberikan jepang itu sejatinya untuk bantuan kemanusiaan, bukan persenjataan. Di saat yang sama, Abe juga mengatakan tidak akan mau bertekuk lutut pada permintaan teroris.
Hal yang membuat ia paling kesal adalah Jepang tidak bisa menggerakkan pasukannya ke luar negeri untuk operasi pembebasan sandera. Sejak kekalahan di Perang Dunia II, militer Jepang diatur sedemikian rupa agar tidak bisa melakukan kampanye internasional. Buruknya penanganan krisis itu mengakibatkan Yukawa dan Goto dieksekusi NIIS.
“Abe kemudian menggaungkan kampanye agar Jepang proaktif mewujudkan perdamaian global. Cara untuk meraih kepercayaan global adalah dengan menunjukkan Jepang mampu bertindak secara strategis di sektor keamanan,” Jeff Kingston, Direktur Pusat Kajian Asia Universitas Temple Tokyo kepada majalah Time edisi Januari 2015.
Sementara itu, memulai ajang Dialog Shangri-La, Lloyd Austin dan Wei Fenghe telah melakukan pertemuan empat mata selama satu jam. Wei ketika dicegat oleh wartawan dan dilansir oleh South China Morning Post, mengutarakan rapat berlangsung lancar. Kedua belah pihak berjanji menyisihkan waktu lagi untuk pertemuan lebih intensif di ajang yang berakhir pada hari Minggu (12/6/2022) itu. Akan tetapi, kemulusan rapat Austin dan Wei belum tentu menjamin tidak ada debat yang panas di forum seluruh delegasi.
