Singapura Diprediksi Masuki Gelombang Baru Covid-19 Per Juli-Agustus
Singapura menambah jumlah tempat tidur bagi pasien rawat inap dan membuka posko-posko pengobatan untuk menghadapi gelombang baru Covid-19 yang diperkirakan pada Juli-Agustus.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
SINGAPURA, RABU — Kementerian Kesehatan Singapura memperkirakan, Singapura akan memasuki gelombang baru pandemi Covid-19 pada Juli atau Agustus mendatang. Kali ini, gelombang akan didominasi oleh galur Omicron, tepatnya varian BA.4 dan BA.5 yang telah terdeteksi sebanyak tiga kasus.
”Saat ini, varian BA.4 dan BA.5 masih sangat sedikit. Akan tetapi, mengingat cepatnya penularan varian ini, pemerintah memperkirakan kasus akan melonjak di bulan Juli ataupun Agustus karena kekebalan tubuh setelah vaksinasi juga menurun,” kata Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung, Selasa (7/6/2022), kepada Channel News Asia.
Ia sudah memperingatkan masyarakat sejak pekan lalu. Saat itu, Pemerintah Singapura belum memiliki prediksi dimulainya gelombang baru tersebut. Omicron varian BA.4 dan BA.5 sejak dua pekan lalu mengakibatkan gelombang kelima pandemi Covid-19 di Afrika Selatan (Afsel).
Melihat situasi tersebut, Pemerintah Singapura menutup kedatangan orang-orang dari Afsel, Lesotho, Namibia, Zimbabwe, Mozambik, Eswatini, dan Botswana. Selain itu, Singapura juga menunda pembukaan koridor pariwisata dengan Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.
Awalnya, tiga koridor pariwisata tersebut hendak dibuka pada 6 Desember mendatang. Akan tetapi, karena perkembangan gelombang BA.4 dan BA.5 di benua Afrika, pembukaan koridor itu ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Wilayah Timur Tengah dianggap terlalu dekat dengan pusat pandemi saat ini.
Ong mengungkapkan, dirinya optimistis Singapura bisa melalui gelombang baru Covid-19. Hal ini karena Singapura masih menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Penduduk belum boleh melepas masker di tempat-tempat umum. Di samping itu, sebanyak 92 persen warganya telah menerima vaksin Covid-19 lengkap dan 76 persen telah menerima dosis penguat (booster).
”Masih ada 12 persen warga lansia yang belum disuntik booster. Mereka harus segera kami prioritaskan,” kata Ong.
Singapura sejak tahun 2020 hingga sekarang memiliki 1,3 juta kasus positif Covid-19 dengan jumlah kematian 1.389 jiwa. Terkait galur Omicron, gelombangnya terjadi pada awal April 2022. Pada bulan Maret, Pemerintah Singapura mengizinkan warga membuka masker ketika berada di ruang terbuka. Per bulan April, sekitar 99 persen kasus Covid-19 adalah Omicron varian BA.2.
Ketika itu, Singapura kewalahan akibat kekurangan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Ong mengatakan, guna mengantisipasi gelombang bulan Juli, pemerintah menambah jumlah tempat tidur bagi pasien rawat inap. Selain di rumah sakit, lokasi rawat inap juga disiapkan di panti-panti jompo karena memiliki cukup ruangan bagi pasien positif Covid-19 yang memerlukan opname jangka panjang.
Pemerintah Singapura turut membuka posko-posko pengobatan untuk pasien bergejala ringan. Sebelumnya, pasien bergejala ringan ataupun orang tanpa gejala harus datang ke klinik dan rumah sakit sehingga jumlahnya membeludak. Pelayanan menjadi lama dan terkendala karena tenaga kesehatan memprioritaskan mereka yang bergejala berat.
Posko-posko tersebut rencananya berbasis komunitas. Selain melakukan pengobatan, posko juga bertanggung jawab memantau pasien isolasi mandiri di wilayah masing-masing.
Maksimalkan vaksinasi
Dalam media The Conversation, epidemiolog dari Universitas North Carolina Chapel Hill di Amerika Serikat, David R Martinez, menjelaskan bahwa vaksinasi Covid-19 harus dimaksimalkan dan dioptimalkan agar penyebaran Covid-19 bisa dikendalikan. Dunia masih fokus dengan galur Omicron setelah menghadapi, antara lain, galur Alpha, Beta, dan Delta.
Kini, sejumlah negara yang pada tahun 2020 mengklaim tidak mengalami Covid-19, seperti Korea Utara, telah terkena. Apabila tidak segera dikendalikan, dikhawatirkan akan muncul galur-galur baru yang mungkin tidak bisa diatasi oleh vaksin yang sudah ada.
Menurut Martinez, perusahaan-perusahaan farmasi tetap harus mengembangkan vaksin Covid-19 jenis baru, misalnya, yang menyasar galur vaksin tertentu atau bisa juga vaksin Covid-19 universal yang bisa mengikuti perkembangan galur di dalam tubuh manusia.
Vaksinasi masih menjadi kendala di sejumlah negara. Di Afsel yang tengah mengalami gelombang kelima, baru 42 persen populasi dewasa yang telah menerima vaksinasi lengkap. ”Kami harus cepat melakukan vaksinasi karena ada 7 juta dosis vaksin Covid-19 yang memasuki masa kedaluwarsa per Juli,” kata Wakil Direktur Jenderal Kesehatan Kementerian Kesehatan Afsel Nicholas Crisp kepada surat kabar Mail and Guardian.
Ia mengkritisi lambannya proses vaksinasi di lapangan dan birokrasi yang berbelit-belit. Crisp mengungkapkan, untuk menangani Omicron, Afsel harus menyuntik 200.000 dosis vaksin setiap hari. Jumlah saat ini masih ketinggalan jauh, yaitu 75.000 dosis per hari.
Afsel juga menghadapi keengganan masyarakat untuk divaksin. Pasalnya, jumlah warga yang pernah tertular Covid-19 tinggi. Mereka berpendapat telah memiliki kekebalan tubuh dari pengalaman terkena virus SARS-Cov-2 sehingga tidak perlu divaksin. Padahal, target Pemerintah Afsel ialah memvaksin 67 persen warganya per Februari 2022.