Indonesia-Polandia, Modal Lama untuk Kerja Sama Baru
Polandia tengah mencari pemasok batubara dan menjajaki penggunaan cangkang sawit sebagai alternatif biomassa. Ini peluang bagi Indonesia yang punya banyak cadangan kedua komoditas tersebut.
Oleh
KRIS MADA, HARRY SUSILO, dari Warsawa, Polandia
·3 menit baca
Bandara Polonia, peta modern Indonesia, hingga pelayanan umat Katolik di Indonesia timur adalah sebagian dari jejak hubungan Indonesia-Polandia. Bahkan, bendera kedua negara sama persis dan hanya berbeda posisi saat dikibarkan. Meski sudah lama berhubungan, masih banyak yang bisa ditingkatkan dalam relasi Indonesia-Polandia.
Pada abad ke-19, Kesultanan Deli memberikan konsesi tembakau kepada Ludwik Michalski atas jasanya membantu pengamanan keluarga kesultanan. Lokasi konsesi kini dikenal sebagai kawasan Polonia dan di sana pernah ada bandara Polonia. Kini, bandara itu menjadi Pangkalan Udara Soewondo di Medan.
Sementara di awal abad ke-20, Józef Zwierzycki membuat peta beberapa wilayah Nusantara. Kini, karya Zwierzycki menjadi salah satu acuan pembuatan peta modern Indonesia. Zwierzycki juga pernah mengajar di de Techniche Hoogeschool te Bandung, lembaga yang kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
”Ada ratusan warga Polandia menjadi alumni darmasiswa Indonesia. Kini, mereka aktif mempromosikan soal Indonesia dengan cara masing-masing. Ada yang membuat kelompok gamelan,” kata Duta Besar RI untuk Polandia Anita Luhulima, Selasa (7/6/2022), di Warsawa.
Darmasiswa adalah program diplomasi publik Indonesia di luar negeri. Peserta program didanai untuk belajar sosial budaya Indonesia di salah satu provinsi Indonesia selama beberapa waktu. Peserta program itu sebagian dari modal sosial dalam hubungan Indonesia-Polandia.
Secara resmi, hubungan kedua negara terjalin sejak 1955. Sementara catatan soal Michalski dan Zwierzycki menunjukkan hubungan warga kedua negara sudah terjalin jauh lebih lama. Meski demikian, Anita optimistis masih banyak peluang peningkatan kerja sama kedua negara.
Potensi
Sebagai anggota Uni Eropa, Polandia terikat pada EU Green Deal yang bertujuan menekan emisi gas rumah kaca. Untuk itu, Polandia perlu mengembangkan transisi energi dan pembangunan berkelanjutan. ”Sama dengan keinginan Indonesia,” ujarnya
Di sisi lain, perang Rusia-Ukraina memaksa Polandia mengatur ulang kebijakan energinya. Selama puluhan tahun, Warsawa mengandalkan pasokan dari Mokswa. Penolakan Polandia atas serangan Rusia ke Ukraina membuat Moskwa menghentikan pasokan energi ke Warsawa.
Kini, Polandia, antara lain, mencari pemasok batubara. Bahkan, Polandia menjajaki penggunaan cangkang sawit sebagai alternatif biomassa. Penjajakan itu peluang besar bagi Indonesia yang punya banyak cadangan untuk kedua komoditas tersebut.
Selain cangkang, ada pula peluang mengirimkan komoditas lain terkait sawit ke Polandia. ”Dari sisi pengusaha, tidak ada masalah soal minyak sawit dan produk turunannya. Mereka membutuhkan itu dan ingin membeli lebih banyak dan lebih mudah,” ujarnya.
Anita menyoroti fakta sebagian komoditas perdagangan Indonesia-Polandia masih menggunakan perantara. Akibatnya, ada tambahan harga jual komoditas Indonesia di Polandia.
Karena itu, para pengusaha Polandia maupun Indonesia sama-sama berharap perdagangan kedua negara tidak lagi menggunakan perantara. Untuk itu, setidaknya ada dua hal bisa dilakukan.
Pertama, Indonesia memasukkan barang melalui Pelabuhan Gdanks. Pelabuhan besar Polandia itu antara lain dipakai China untuk masuk ke Eropa tengah dan timur. Selama ini, Indonesia masih menggunakan pelabuhan Antwepen di Belgia, Amsterdam di Belanda, atau Hamburg di Jerman.
Kedua, penuntasan perjanjian dagang Indonesia-Uni Eropa atau Indonesia-EU CEPA. Pengusaha Polandia salah satu pihak yang sangat berhasrat pada penuntasan perjanjian yang sudah dirundingkan lebih dari 11 kali putaran tersebut. Sebagai salah satu anggota Uni Eropa, Polandia berkepentingan dengan penuntasan perjanjian itu. Perjanjian itu diharapkan bisa membuka peluang-peluang kerja sama perdagangan dan investasi Indonesia-Uni Eropa.
Peluang yang bisa dimanfaatkan, antara lain, Indonesia menjadi bagian dari rantai pasok industri Polandia atau sebaliknya. Seperti lazimnya di masa kini, proses produksi bisa melibatkan berbagai pihak di banyak negara.