Mungkin ini salah satu wajah paradoks dari perang. Di satu sisi, perang jelas mendatangkan penderitaan bagi puluhan juta warga Ukraina. Namun, di sisi lain perang mendatangkan pundi-pundi laba bagi produsen senjata.
Oleh
KRIS MADA, HARRY SUSILO
·4 menit baca
AFP/YASUYOSHI CHIBA
Tank-tank tempur utama Ukraina melaju di sebuah jalan dekat Bakhmut, Ukraina timur, 15 Mei 2022.
Perang berkepanjangan di Ukraina tidak hanya menghadirkan penderitaan dan kesulitan bagi warga di negara itu dan banyak negara lain. Perang tersebut juga menghadirkan peluang keuntungan untuk sejumlah pihak di beberapa negara.
Pasokan persenjataan melimpah dari AS dan sekutunya untuk Ukraina menghasilkan kegembiraan, antara lain, bagi para pengelola industri persenjataan. Bursa saham New York dan Paris mencatat kenaikan saham lima pemain besar industri pertahanan. Sebelum perang meletus pada 24 Februari 2022, pergerakan harga saham Thales, Lockheed Martin, Northrup Grumman, General Dynamics, dan Raytheon tidak jauh berbeda dengan rata-rata indeks bursa saham New York (NYSE).
Selepas perang meletus, saham lima perusahaan AS dan Perancis itu terus naik. Thales, raksasa industri pertahanan dari Perancis, melonjak sampai 60 persen sebelum terkoreksi menjadi kisaran 50 persen pada Mei 2022. Sementara pemain besar industri pertahanan AS mencatatkan kinerja sedikit di bawah Thales. Meski demikian, tetap saja kinerja perusahaan itu jauh lebih baik dibandingkan banyak perusahaan lain.
”Kebal dari guncangan ekonomi karena pasar produk pertahanan tidak berhubungan dengan permintaan ekonomi sipil,” kata Richard Aboulafia, Direktur Pengelola AeroDynamic Advisory, sebagaimana dikutip Bloomberg.
Ia merujuk pada fakta bahwa perekonomian AS sedang tertekan oleh inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Dalam kondisi itu, Washington menjanjikan paket 40 miliar dollar AS untuk membantu Kiev. Sebelum itu, Washington juga telah mengucurkan miliaran dollar AS untuk membantu Kiev dalam menghadapi serangan Moskwa.
AP PHOTO/EFREM LUKATSKY
Tentara Ukraina melepas ikatan pada rudal-rudal Javelin yang dipasok oleh Amerika Serikat di Bandara Boryspil, luar kota Kiev, Ukraina, 11 Februari 2022.
Meski disebut untuk membantu Ukraina, tidak semua paket 40 miliar dollar AS yang diusulkan Biden itu akan dikucurkan ke Ukraina. Sebagian uang itu akan digunakan untuk mengisi ulang gudang-gudang persenjataan AS yang berkurang isinya karena dikirimkan ke Ukraina. Pengisiannya tentu saja menggunakan produk buatan AS. Dengan kata lain, sudah ada calon pembeli pasti untuk Lockheed Martin dan perusahaan sejenis.
Pengisian ulang cadangan persenjataan tersebut menjadi kepastian di AS dan sekutunya. Selain AS, ada belasan negara lain yang mengirimkan aneka peralatan perang ke Ukraina. Berdasarkan waktu pengiriman dan tanggal kedaluwarsa pada sebagian peralatan dan persenjataan itu, jelas memperlihatkan semua peralatan perang tersebut bukan barang baru dari pabrik. ”Alih-alih barang baru, semua pasokan itu diambil dari cadangan di masing-masing negara,” kata Marcus Hellyer, analis senior Australian Strategic Policy Institute.
Mengacu pada data Departemen Pertahanan AS, dokumen dengar pendapat Kongres AS, dan Centre for International Strategic Studies (CSIS) AS, Washington telah memberikan 5.500 rudal Javelin dan 1.400 rudal Stinger ke Kiev. AS juga memberikan meriam, roket, radar, hingga pesawat nirawak. Bahkan, CSIS dan Senat AS menaksir sedikitnya 33 persen cadangan Javelin dan Stinger AS sudah diberikan ke Ukraina.
Pada akhirnya, menurut Hellyer, cadangan itu harus diisi ulang. ”Saat AS dan negara lain mulai mengisi ulang cadangan mereka, inilah masa panen industri (pertahanan),” ujarnya.
Tidak langsung
Pernyataan Hellyer mengindikasikan, panen industri persenjataan AS memang belum dimulai. Karena itu, para pemimpin produsen persenjataan AS berusaha merendahkan dampak perang pada kas mereka.
Kepala Kebijakan Keuangan Lockheed Martin, Jay Malave, mengatakan bahwa secara umum perusahaan senang dengan kebijakan pemerintahan Joe Biden. Setelah mendapatkan kenaikan di 2022, Departemen Pertahanan AS akan kembali mendapatkan tambahan anggaran pada 2023. Kenaikan itu termasuk, antara lain, untuk membeli dan merawat jet tempur F-35 buatan Lockheed Martin.
AP PHOTO/PETROS KARADJIAS
Pesawat tempur F-35B mendarat di atas landasan pacu di Pangkalan Angkatan Udara Akrotiri Royal di kota Limassol, Siprus, 21 Mei 2019.
Sementara CEO Raytheon, Greg Hayes, menyebut bahwa belum ada potensi kenaikan pendapatan terkait perang Ukraina. Kenaikan mungkin akan terjadi pada 2023 dan tahun-tahun selanjutnya. ”Kami mengantisipasi pesanan besar, baik untuk Javelin maupun Stinger, yang terbukti sangat sukses di lapangan,” ujarnya.
Beberapa media, seperti The New York Times, The Washington Post, hingga Forbes telah menyebutkan bahwa Raytheon mendapatkan kontrak sedikitnya 700 juta dollar AS untuk pengadaan Javelin dari AS saja. Kesuksesan Stinger dan Javelin di Ukraina membuat banyak negara memesan rudal panggul untuk antitank dan antipesawat itu.
Adapun General Dynamic mengantisipasi lonjakan pesanan F-16 dari sejumlah negara Eropa dan Asia. Sejumlah negara mulai merundingkan kontrak bernilai miliaran dollar AS dengan General Dynamic dan sejumlah produsen persenjataan AS. (AFP/REUTERS)